Minggu, 03 April 2011

barubarubarulagi

Bermain Video Games
(by: g160lo_ok121@yahoo.co.id)

Ini adalah kisahku, kejadian itu....oh ya perkenalkan aku aldry 20 th, waktu itu aku berusia 14 tahun...
Siang itu seperti biasanya aku disamper temanku sebut saja toni untuk bermain....
ya aku kontan langsung menemaninya bermain....
Tidak seperti biasanya rumahnya yang besar itu sepi...aku tanya...bonyok kemana???
pergi ke bandung..jawabnya....
kita main apa....tanyaku.
main sega aja...(waktu itu video game baru itu)
bosan kita main sega dari mulai power ranger,kura-kura ninja dll.
iya menawarkan untuk nonton vidio.
Dry kita nonton vidio ja ya katanya...
boleh...tapi nonton apa?? tanyaku polos...
dia masuk kekamar bonyoknya ternyata dia ngambil bf.
langsung dia nyetel....
nonton ini ja, y dry...??
apa tu...??mang seumuran kita boleh nonton gituan????tanyaku polos...
leh ja ko katanya..
aku lihat flm itu penuh gairah...
gila bener.....pikirku...itu orang kontolnya gede amat apa muat tu ma memeknya sicewe??tanyaku serius???
ya nga lah jawab toni...
Dry u mo ga....kaya gitu...??? tanyanya
ya mo lah....mang ada cewe yang mo kita ajak....jawabku polos
ya nga ma cewe ma gw ja....celeuknya...
seperti disambar petir aku kaget..
aaaa......aku baru terpikir klo itu akal-akalan toni bat mencabuli aku..
lalu tangan nya mulai meraba dadaku..gila lo ton gw cowo kali....bentakku kaget..
dia nga hiraukan aku lagi bahkan dia semakin berani....
dia sudah bugil...lalu di menelanjangiku...
aku pasrah aja ada sesuatu yang enak se...
dadaku dijilati,perut sampai di bawah pusar di membuka celana ku....
sambil melihat kebugilan ku.ku lihat toni sedang mengocok-ngcok kontolnya....
lalu aku mulai bersuara ko lu malah coli gitu se....katanya lo pengen nyepong gw???
sori2 w kagum ko bisa ya anak seumuran kita lo punya kontol gede...katanya
sambil senyum2 ya memeng aku punya kontol ukuran 14cm diameter 4.cukup besar bagi anak seusiaku dulu... sekarang 17 cm 4.5cm.
Penuh nafsu dengan rakusnya kontol tanpa jembut dilahapnya.....
kontan saja...aku melenguh...akh...akh...akh...sambil mengusap rambutnya...
setelah puas dia minta gantian dihisap juga...
lalu aku isap jg puya nya.punyanya tdk sbsr punyaku ooo pertama2 aku jijik tapi lama2 enak juga.
5 menit aku isep kontol toni.....iya mulai orgasme dia mulai merancu...akh..akah dan ia menjerit ketika pejunya keluar kontan aku kaget
lalu dia terkapar.....
2 menit kemudian dia kembali fit dan mulai untuk nyepong lagi....akh...akh....ukh....yeeeeech desah ku smkin menjadi..
dia udh g tahan dia mo masukin batang gw ke pantatnya kontan w kaget.w bilang jangan w jijik....
pake mulut ja.....nga pa2..katanya....lalu dengan kasar dia membanting ku dikasur.lalu dia naik keatas tubuhku sambil mengiring kontolku ke pantatnya...
w dorong lagi....
sori ton gw masih suka cewe..w mo kntol gw msk di memek bkn di pantat...
dia kecewa...untuk menghilangkan kekecewaannya aku biarkan kontol panjangku diisip secra kasar dan kontan saja aku kelojotan 15 menit ku diperlakukan
seperti itu akhirnya aku ta sanggup untuk menumpahkan semburab panas dan aku setengah teriak
aaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.....w pengen kencing...........
lalu muncratlah peju pertama ku....ooooooooooooooooooooooooookkkkkkkkkkkkkhhhhhhhhhhhh eeeeeeeeeeeeenak....
dan setelah kejadian itu aku tdk pernah main lagi ma toni....

My Teacher, My Hero
(by: rustyryans@gmail.com)

Siang itu memang terasa sangat membosankan,setelah hampir 2 minggu menghabiskan waktu liburan akhir semester tanpa kegiatan yang berarti. Akhirnya aQ putuskan untuk berkunjung ke almamater SMA untuk sekedar berbincang dengan guru-guruQ. Kebetulan waktu itu sedang ada penerimaan murid baru,iseng iseng saya melihat daftar siswa yang diterima,meski dengan pikiran yang melayang kemana-mana memikirkan apa yang akan aQ kerjakan nanti. Sewaktu aQ sedang berdiri di depan papan pengumuman itu, datang seorang bapak, kelihatannya seorang guru, ikut nimbrung melihat pengumuman tersebut. Awalnya aQ cuek,namun setelah mendengar suaranya (khas sekali dengan logat jawa yang kental), aQ bertanya-tanya, mungkinkah itu.....
"Pak Leo??" tanyaQ spontan.
"Ya,ada apa?" Jawabnya.
"Benar ini pak Leo,Guru SMP X ?? ini saya Pak, Aryo"
"Aryo??"tanya bapak guru itu sambil berpikir agak lama, kemudian ia bicara "Oh, Aryo to...lama ndak ketemu,gimana kuliahnya??"
"Lumayan lancar pak,bapak sendiri gimana kabarnya??"
"Saya baik..." jawabnya.
Setelah itu kami malah ngobrol panjang lebar menanyakan kegiatan masing masing. Dalam hati saya tak menyangka akan bertemu dengan guru idola saya disini. Setelah hampir 5 tahun tidak bertemu,Pak Leo semakin tampan saja, seksi malah. Betapa tidak,dengan tinggi sekitar 173cm,berkulit putih bersih,wajahnya yang uuuuhhhh.... bikin meleleh,... tampan sekali dengan bekas cukuran kumis serta jambang yang bikin jantung berdebar debar tak karuan... belum lagi bibirnya yang merah bak buah delima...emmm.. pasti manis banget kalo dicium. Sambil ngobrol saya juga perhatikan tubuhnya yang atletis,betapa tidak,di usia-ny yang 40tahun itu, dia masih terlihat sangat gagah,aQ yakin di balik seragam gurunya itu pasti terdapat dada yang bidang dan perut six-pack. Belum lagi tonjolan di balik celananya yang bikin penasaran. Ditambah lagi dengan sifatnya yang ramah dan baik hati kepada muridnya, termasuk aQ. Mungkin itulah alasan aQ menyukai Pak Leo,sampai sekarang. Kenangan indah sewaktu diajar pak Leo pun muncul kembali. Harus kuakui, berkat dirinya-lah akhirnya aQ mengambil jurusan yang sama dengan pelajaran yang diajarnya, yaitu Sejarah. Saya sangat suka waktu dia bercerita tentang ksatria ksatria Romawi yang sangat gagah itu, dan berpikir kalau Pak Leo pun tak kalah gagah dengan mereka.Aaaahhh..... pak Leo. aQ memang memendam rasa suka yang begitu mendalam pada beliau,dan setelah sekian lama akhirnya kami bertemu kembali. Mungkin inilah saatnya untuk menyatakan perasaanQ pada beliau,aQ memutar otak bagaimana caranya agar aQ dapat berdua dengan pak Leo lebih lama,aQ termenung cukup lama sampai akhirnya pak Leo menegur aQ "lho,nak Aryo kok malah bengong,ada apa to??"
aQ agak terkejut,namun aQ justru mendapat ide bagus," ndak apa apa pak, Cuma saya mau tanya bapak sedang sibuk apa ndak??"
"emang kenapa to?",tanya-nya.
"begini pak, kalau boleh saya mau mengajak bapak makan siang,sekalian melanjutkan obrolan, sekaligus mengobati rasa kangen saya sama bapak,kalau bapak tidak keberatan".
"oh begitu, ya sudah malah kebetulan kalau ada temannya,saya juga senang"
Akhirnya kami berdua berangkat menuju restoran terdekat untuk makan siang,setelah Pak Leo bersikeras untuk pergi naik motornya,alih alih naik mobilQ yang kemudian aQ suruh sopirQ untuk membawanya pulang saja,soalnya Pak Leo juga memaksa untuk mengantarQ pulang. Ya sudahlah, toh justru ini akan semakin mendekatkanQ sama Pak Leo,bayangin, sepanjang perjalanan aQ bisa memeluk tubuhnya,sambil mencium aroma wangi tubuhnya yang sangat maskulin. Duuuhhh... bikin ngaceng saja.
Di restoran, kami melanjutkan perbincangan kami yang sempat tertunda,sambil menikmati santapan makan siang. Selama ngobrol,aQ tak henti- hentinya memandang centi demi centi wajahnya,rambutnya yang hitam berkilau dengan potongan yang membangkitkan birahi,alisnya,matanya,hidungnya,uuhhh.... aQ ngaceng berat,sampai sampai omongan pak Leo aQ tanggapi sekenanya.
Tiba tiba Pak leo kembali menegurQ," hayo,kok ngelamun lagi to?"
"ah, engga papa kok pak"jawabQ.
"nak Aryo udah selesai makan? Kalau sudah gimana kalo habis ini nak Aryo ikut bapak kerumah, kebetulan bapak lagi butuh bantuan buat bikin presentasi besok, gimana?".deg !! benarkah apa yang barusan pak Leo bilang??. Wah,pucuk dicinta ulam pun tiba. Senangnya,pikirQ.
"Gimana nak Aryo,mau apa ndak?"
"oh, boleh pak,lagian saya juga ndak ada kerjaan". dalam hati aQ senang bukan kepalang,aQ bertanya tanya apa yang akan terjadi di rumah pak Leo,mungkinkah??
Aaaaahhh.... aQ terlalu banyak berkhayal, kan belum tentu juga Pak Leo mau sama aQ. Engga apa apa deh,jalan sama pak Leo aja aQ usah seneng.
"Yuk, berangkat sekarang nak Aryo".
"baik,Pak",jawabQ.

Akhirnya aQ kembali duduk di belakang pak Leo, sambil tak henti-hentinya memeluk nya dan menciumi aroma tubuhnya yang hmmmm....wangi. aQ ga berani menggerakan tanganQ lebih jauh,kalo pak Leo marah dan menurunkanQ di tengah jalan, kan repot jadinya,apalagi aQ belum sempat menyatakan perasaan sukaQ pada beliau,
Sesampainya di rumah pak Leo...
"lho pak,kok rumahnya sepi banget"tanyaQ. "Istri bapak mana?"
Bukannya menjawab pak Leo malah tertawa"hahaha,istri saya masih saya cari"
"lho maksudnya pak?? Berarti bapak masih...." tanyaQ heran.
"ya begitulah, engga ada yang mau sama bapak"jawabnya.
"masa sih pak engga ada,secara bapak kan pinter,baik, tampan lagi,masa engga ada yang mau.pasti ada",kataQ.
"masa? Siapa emang?",tanya pak leo.
"aQ suka sama bapak,banget"jawabQ dalam hati.
"sudahlah, kok jadi ngomongin saya,oya nak Aryo mau minum ap?",tawarnya.
"sudah pak ga usah repot repot,saya kan disini mau membantu bapak,bukan mau santai minum minum",jawabQ.
"oh ya,sebentar ya saya ambil materinya".kata pak leo sambil menuju ke kamarnya.
Jujur, selama membantu pak leo mengerjakan presentasinya,yang meliputi perjalanan karier sang kaisar romawi Yulius Caesar,aQ g bisa konsentrasi,gimana bisa konsentrasi kalo didepanQ ada orang yang sangat seksi.aaahhh... pak leo.
Setelah hampir 2 jam berdiskusi,akhirnya selesai juga. Kali ini aQ tidak bisa menolak waktu pak leo menawariQ minum. Sempat terjadi kekikukan diantara kami setelah tidak ada yang bisa kami kerjakan atau obrolkan. aQ berpikir inilah saatnya untuk bicara tentang perasaanQ pada pak leo.
"pak,ada yang mau saya sampaikan sama bapak",kataku memulai pembicaraan.
"oya,ada ap nak Aryo?"
"sebenernya saya...emmm...saya... saya menyukai bapak,sudah lama saya menyukai bapak,semenjak bapak jadi guru saya, i love you pak leo" ucapQ tercekat. Pak leo diam saja,saya coba menebak apa reaksinya,marah mungkin,bingung,ah entahlah aQ tak tahu,nasi sudah terlanjur jadi bubur.aQ sudah khawatir pak leo akan marah dan mengusirQ pergi,namun...
"aduh, nak Aryo,kenapa ndak dari dulu bilang kalau suka sama bapak,"katanya sambil tersenyum.
"ma..mm..maksud bapak,bapak ngga marah sama saya?"tanyaQ masih tak percaya.
'Kenapa bapak harus marah sama nak Aryo,justru bapak malah senang sama kejujuran nak Aryo" katanya sambil masih tersenyum.
Haaahhh...benarkah apa yang dikatakan pak leo ini? Ini bahkan lebih dari yang aQ bayangkan...
"Saya sungguh tidak percaya pak,kalau begitu boleh saya duduk disebelah bapak"pintaku,ragu.
"Tentu nak Aryo,sini". aQ duduk mendekati pak Leo,sambil terus menatap senyuman manisnya itu,sebegitu dekatnya. Perlahan,aQ gerakkan tanganQ menyentuh pipinya,Pak leo hanya tersenyum. Lalu, semua tejadi begitu cepat. Kami sudah berciuman,oh... ternyata bibir pak Leo lebih manis dari yang aQ bayangkan.emmmmppphhh..... aaaaahhhh.... yeahh.... lama kami berpagutan bibir,aQ menyedot-nyedot bibir bawahnya dengan penuh gairah,lalu pak leo memasukkan lidahnya ke dalam mulutQ,lidah kami bergulat,aQ menjilati bibir manisnya.... uuuhhhh.....
"oohhh.... pak leo bibir bapak manis sekali,saya ingin menjilatnya terus'
"silahkan nak Aryo, lakukan.."seru pak Leo mendesah desah penuh kenikmatan.aaahh....
Belum lagi karena bulu2 halus yang tumbuh di kumis dan jambangnya,membuat sensasi geli yang teramat nikmat uuuuhhh......Thats my first kiss.
Perlahan aQ mulai membuka baju seragam pak Leo,sambil terus menciumi wajah,bibir dan lehernya,sampai aQ membuat beberapa tanda kemerahan hasil cupanganQ.ooohhhh.... cup..cup..emmm...aaahhh...
Kemudian aQ beralih pada dadanya. Ya ampun! Ternyata dadanya ditumbuhi bulu halus yang sangat seksi. Langsung saja aQ menjilatinya,dan pak leo pun melenguh keenakan "aaahhhh...terus nak Aryo,terus...emmm...nikmaaat...sekali..."racaunya.
Kali ini aQ melancarkan seranganQ pada puting susunya yang tegang,aQ hisap,aQ jlati dan aQ sedot kuat2.kembali pak leo mendesah nikmat."ayo nak Aryo,bikin bapak puas,kalo tidak,akan saya hukum kamu",omongan pak leo semakin ngawur,tapi justru malah semakin membuatQ terangsang dan terus menjelajahi tubuhnya. Kini giliran perut six-packnya yg aQ incar. aQ jilati dengan sapuan dahsyat,sampai sampai pak leo menggelinjang dibuatnya.
Puas menjelajahi perutnya,aQ beralih ke ketiaknya.'Pak,saya ingin menjilat ketiak bapak"pintaQ.
"ayo nak Aryo,lakukan,buat bapak puas",jawabnya masih merem melek. aQ pun membuka lengannya dan terkejut betapa lebatnya bulu ketiak miliknya. aQ pun semakin bernafsu untuk menjilatinya,ooohhhh.... bau keringatnya sungguh sangat jantan.emmmm aQ terus menjilati kedua ketiak pak leo.aQ isap isap bulu ketiaknya sampai basah. Perlahan aQ menuruni lengan pak leo sambil terus menjilat dan mengecup.kini giliran jari jari tangan pak leo yang menjadi incaranQ. aQ jilat jilat,aQ kulum jari-nya seperti sedang mengulum penis,aQ sedot kuat kuat,emmmmppphhhh... rasanya nikmat sekali.
Setelah puas dengan tubuh bagian atas pak leo, kini aQ mulai membuka risleting celananya.di baliknya terdapat celana dalam putih yang lansgsung aQ cium dan jilati. Sosis didalamnya rupanya sudah sangat membesar. Tak mau menunggu lama,pelan pelan aQ lepas celana dalamnya,lalu muncullah si sosis extra-large itu. aQ takjub. Penis pak Leo ternyata sangat panjang dan besar, 20cm dengan diameter sekitar 4cm.apalagi bulu penisnya juga sangat lebat.
Perlahan,aQ mulai menjilat jilat bulu di area penisnya,kulihat pak leo semakin hanyut dalam kenikmatannya. Kemudian aQ mulai menelusuri pangkal penisnya centi demi centi dengan lidahQ sambil aQ sedot kuat-kuat.ooooaaaaahhhh.... emmm... pak leo mengerang nikmat. Sambil trus menjilat,aQ sampai pada kepala penisnya yang brwarna merah muda,sangat indah dengan setetes precum di ujungnya. Langsung saja aQ jilat dan sedot kepala penisnya,ditambah dengan pijatan dan remasanQ pada testisnya. Pak Leo kelojotan,tak sanggup menahan nikmat tiada tara. aQ jilati lubang kencingnya,aQ coba memasukkan semua penisnya kedalam mulutQ, tidak muat! Karena terlalu panjang.lalu aQ sedot penisnya maju mundur sambil lidahQ aQ mainkan di penisnya. Pak Leo semakin brutal"ayo nak Aryo,sedot yang kuat" sambil memegang kepalaQ seraya memaju-mundurkan kepalaQ dengan ganas. aQ berusaha sebaik mungkin,kusedot,kujilat penis pak leo agar beliau puas. Semakin lama,gerakan tangannya mengarahkan kepalaQ semakin cepat. Penisnya berdenyut denyut di mulutQ. Pak leo akan segera ejakulasi! aQ perkuat sedotan sedotanQ pada penisnya,precum pun mulai mengalir semakin banyak. Lalu tiba tiba pak Leo mengerang...
"aaaaahhhh.... bapak keluar nak...aaaahhh.... ooooh...." penisnya membesar dan sedetik kemudian penisnya menembakkan spermanya.CRROOOOTTT...CROOTTT..CROOOTTT...CROTTT....ooohhh....rasanya sungguh nikmat.aQ menelan semua spermanya sambil terus kusedot. Pak leo menjambak rambutQ sambil membenamkan kepalaQ dalam-dalam.aQ tetap menyedot penis pak leo selama semenit berikutnya. Sayang sekali untuk melepaskan penis senikmat itu keluar dari mulutQ.
Setelah istirahat beberapa saat, kini giliran Pak Leo yang 'mengerjaiQ'. Dia mulai melucuti pakaianQ. Saat itulah aQ mempunyai ide cemerlang,aQ mengatakan "pak boleh saya minta sesuatu?"tanyaQ. "ada apa nak Aryo sayang?"tanyanya penuh mesra. "saya ingin bapak nge-fuck saya"kataku."nak Aryo serius?". "apapun asal bapak puas akan saya lakukan",jawabQ mantap. Akhirnya pak leo setuju. aQ pun kembali menjilati penisnya agar basah dan licin sehingga memudahkan untuk penetrasi. Setelah dirasa cukup, aQ pun naik ke pangkuan pak leo sambil perlahan-lahan memasukkan penisnya ke dalam anusQ. Uuuhhh... penisnya yang besar membuatQ kewalahan,terus terang awalnya memang terasa sakit sekali, tetapi setelah beberapa menit,akhirnya penisnya masuk juga.PLOP! begitu bunyinya. Lantas aQ pun mulai menggenjot penisnya. Oh ternyata rasanya nikmat sekali dan pak Leo juga nampaknya sangat menikmatinya,terbukti dia merem melek sambil terus meracau"ayo Aryo lebih kuat aaaahhhh.... come on.." aQ pun membakar nafsunya dengan menimpalinya "yeah come on fuck me come on fucking harder...aaaahhh.... hooosssshhh…" racauQ. Tak hanya menggoyang pantat naik turun aQ jugamempermainkan putting susunya,aQ pelintir dan hisap terus menerus. Selain itu terkadang aQ juga melakukan goyang ngebor ala inul agar pak leo semakin terangsang, dan juga aQ mainkan otot sfingter anusQ agar menjepit penisnya. Yang terakhir itu membuatnya semakin membara.
'oohh.. nak Aryo teruss,enak banget,anusnya seret banget… ayo terusss hooossshhh…. Hoossshh…"
"aaahhh…enak kan pak ayo terus pak,lebih keras pak…ayo terusss…"
"hoossshh….emmmpphhhh … yeah"
"ohh….oh…oh…aaahhh…'
Setelah sekitar sepuluh menit…
"ayo nak A ryo,terus… bapak mau keluar",mendengar itu,aQ semakin mengencangkan otot -otot sfingter anusQ,benar saja tak lama kemudian…
"haaaahhh….nak Aryo bapak ssssaaammm….peee.. aaaaahhh… ooohhhh"CROOOT…CROOT…CROOT… Kembali pak leo ngecret! Kali ini di dalam perutQ..
Oooohhhh… sungguh nikmat rasanya… ooohhh… pak Leo idamanQ nge-fuck aQ….
aQ masih duduk di pangkuan pak leo sambil mencium bibirnya. Lama kami melakukan itu.
"I Love U pak Leo"
'I love U nak Aryo"
………………………..

Liburan akhir semester sudah usai,itu artinya aQ harus berpisah dengan pak Leo karena aQ harus kembali merantau,. Ooohhh… aQ kangen sama seorang guru yang telah mengajariQ akan arti kenikmatan. Semoga ada pak guru lain yang bisa mengajariQ kenikmatan itu lagi.




Di Stasiun Kota
(by: hanurapta@yahoo.com)

Ketika itu siang hari sekitar pukul 11.00 aku sudah sampai di stasiun kota Surabaya, karena aku memang berniat untuk negadakan perjalanan dengan menggunakan kereta api Rapih Dhoho, karena aku tidak pernah berpergian dengan meggunakan kereta api, maka akupun juga tidak mengetahui jadwal keberangkatan kereta api kejurusan yang akan aku tuju. Setelah aku membeli tiket dengan tujuan Kediri, maka aku segera memasuki peron dan sambil jalan-jalan aku lihat dimana kereta yang akan membawa pergi sedang menunggu, karena jam keberangkatan masih lama yaitu pada pukul 12.50, jadi masih ada waktu kurang lebih hampir dua jam.

Iseng-iseng aku masuki gerbong tersebut dan sambil melihat nomor tempat duduk yang tertera ditiketku, setelah kudapatkan aku duduk dikursi yang sesuai dengan nomor tempat dudukku. Suasana didalam gerbong masih begitu sepi dan tidak ada orang sama sekali, sambil duduk dibangku tersebut, aku mulai melamun merasakan kesendirianku diantara banyak temanku dan kesepianku diantara keramaian kota Surabaya ini.

Sampai-sampai aku tidak menyadari akan kehadiran seseorang yang menawarkan buah jeruk kepadaku, ternyata dihadapanku telah berdiri seorang penjual jeruk asongan yang biasa kita dapati didalam gerbong kereta api.

"Jeruk Mas, jeruke manis koq Mas," tawarnya.
"Nggak," jawabku singkat.
"Ayolah Mas. Mbok ditukoni jeruke, sewu oleh telu koq Mas," sambungnya dengan tidak putus asa.
"Nggaklah, aku lagi males," jawabku lagi.

Dengan harapan sipenjual jeruk itu akan segera berlalu dari hadapanku dan aku akan kembali meneruskan lamunanku yang sempat buyar itu. Tapi yang menjadi harapanku tidaklah menjadi kenyataan malah sebaliknya, sipenjual jeruk itu malah mengambil tempat dikursi yang ada dihadapanku dan malah duduk disitu sambil memandangi aku tanpa mengucapkan kata-kata yang merayu untuk membeli dagangannya lagi. Aku sendiri jadi heran dengan semua ulahnya itu, tapi aku berusaha cuek aja sambil melemparkan pandanganku keluar jendela kereta. Tanpa kuduga akhirnya dia bertanya,

"Onok opo see Mas, koq ketokane sumpek"
"Opo ditinggal pacare yoo," lanjutnya.

Aku berusaha untuk tetap diam saja sambil mencuekin dia, tapi dia kayaknya nggak putus asa, dan memang naluri seorang penjual tidak boleh putus asa begitu saja kalau sekali ditolak.

"Opo pengin golek konco, tak golekne gelem tah Mas," cerocosnya.
"Konco opo?" akhirnya aku juga jadi penasaran.
"Lha sing yok opo sing dikarepne?"

Iseng-iseng aku menjawab sekena saja.

"Sing koyok awakmu wae," jawabku.
"Ah, sing temanan," jawabnya.
"Iyo, nek sampeyan gelem lho"
"Sampeyan gelem koncoan karo aku, sing dodol buah iki, sing dadi pedagang asongan nang sepur koyo ngene iki," jelasnya lagi.

Dari pembicaraan itu akhirnya kita ngobrol ngalor ngidul sampai akhirnya aku memancing kemasalah pribadinya.

"Oh, yaa Mas, sampeyan anake piro?" tanyaku.
"Oalah, Mas, rabi wae durung koq duwe anak, sopo sing gelem karo wong dodol asongan koyo aku iki," jawabnya.
"Lha, terus yok kepengin ngono yok opo?" tanyaku lagi.
"Yoo, ditokne dewe Mas, arepe mbalon yoo ora duwe duit," jelasnya lagi.

Akhirnya aku mulai memberanikan diri untuk duduk disebelahnya dan tanganku kutumpangkan dipahanya dan diapun tidak bereaksi untuk menepisnya hingga kusenggol selakangannya sambil bertanya.

"Lha iki wis pirang dino ora ditokne"
"Wis ono limang dina bek menowo," jawabnya lagi.
"Gelem tah tak tokne?" tanyaku lagi.
"Gelem, yok mbok mut," jawabnya tanpa ragu-ragu lagi.

Akhirnya segera kuremas-remas daging dan otot yang ada diselakangannya itu dan mulai mengeras sambil dia mulai merintih-rintih menahan gejolak nafsunya sampai beberapa saat ketika akan kubuka celananya, dia menolak karena takut kalau ada orang lain yang masuk ke gerbong tersebut, sebagai tindakan berikutnya dia malah menyeretku ketoilet yang ada digerbong itu dan tanpa dikomando lagi dia segera merosot celana panjangnya dan kemudian celana dalamnya setelah terlebih dulu mengunci pintu toilet itu sedangkan barang dagangannya tetap dibiarkan diatas kursi yang kami duduki tadi.

Kemudian dia segera menyuruhku untuk jongkok dan segera menghisap penisnya yang sudah tegang dan lumayan besar juga. Setelah kujilati ujung kepalanya yang merah kehitaman itu segera mulai kumasukan kepalanya ke dalam mulutku dan dia makin merintih-rintih sambil berdiri didinding kamar mandi yang sempit itu.

"Aaahh, hseess, sstt"
"Ooohh, ssess"
"Ssseess, sseess"

Dan mungkin dengan hisapan dan masuk keluar mulut yang kulakukan akhirnya dia mendekati puncaknya dan rupanya dia tidak sabar lagi segera direngkuhnya kepalaku dengan kedua tangannya agar tertahan dan dia segera menggoyangkan pinggangnya maju mundur, jadi sepertinya mulutku sedang dikentot olehnya. Dan gerakan maju mundur itu makin lama makin cepat, sampai-sampai rasanya aku nggak bisa bernafas dan menahan agar aku tidak tersedak dimasukin penisnya yang besar itu sampai kepangkalnya hingga akhirnya terdengar"AAaahh" dan cret crett creet terasa cairan asin, hangat menyembur dimulutku dan dia terus mengerang keenakan sampai beberapa saat, kemudian dia memakai celana dalamnya lagi dan celana panjangnya yang tadi merosot sampai lututnya, kemudian dia tersenyum puas dan mencium pipiku sambil membisikan kata.

"Suwun yoo Mas"

Kemudian kami berdua melangkah keluar dari kamar mandi tersebut dan kembali ketempat duduk yang kami duduki berdua sebelumnya, kemudian dia mengambil keranjang dagangannya dan diambilnya tiga biji buah jeruk kemudian diangsurkannya kepadaku sambil bergurau dia berkata,

"Iki lho Mas, gawe opahe mau iku?" katanya sambil tertawa.

Dan segera kuambil buah jeruk yang diberikannya tadi, itung-itung untuk pencuci mulut agar mulutku tidak berbau amis pejuh kalau nanti dalam perjalanan. Kemudian dia mengambil keranjang dagangannya dan mohon pamit.

"Sik yoo, Mas, aku tak dodolan disik"
"Kapan-kapan awake dewe ngobrol-ngobrol maneh yoo," lanjutnya.
"Yoo," jawabku singkat.

Dalam hati aku merasa puas dan senang dan berpikir kapan kita ketemu lagi, sampai kereta yang membawaku ke Kediri berangkat aku tidak menjumpainya lagi. Dalam perjalanan itu aku tidak melamun lagi tapi sebaliknya mengkilas balik kejadian yang baru kualami mulai dari awal sampai akhir sehingga tidak membuat perjalanan itu menjemukan akan tetapi malah sebaliknya, walaupun penisku terus ngaceng ingin mengeluarkan isi yang ada didalamnya, karena tadi dia tidak menjamah aku sedikitpun apalagi penisku yang sebetulnya sangat tegang sekali.

Kejadian diatas mungkin sudah berlalu dua atau tiga bulan dan sudah hampir hilang dari ingatanku, hingga suatu hari Minggu ketika aku akan pergi kerumah kawanku yang ada di Mojokerto, akupun iseng-iseng naik kereta api KRD jurusan Surabaya-Jombang yang berangkat sekitar pukul 05.30 dari stasiun Wonokromo, tidak lama kemudian kereta berangkat setelah aku aku mengambil tempat duduk yang masih banyak yang kosong, perjalanan setelah keluar dari Stasiun Wonokromo, perjalanan lancar-lancar saja dan aku duduk sambil melihat pemandangan pagi sepanjang rel kereta. Sampai beberapa saat kemudian banyak pedagang asongan yang menawarkan bermacam-macam makanan memasuki gerbong tempat aku duduk. Dan mataku tertuju pada salah seseorang yang pernah kukenal, juga ikut menawarkan dagangannya, cukup lama aku mengawasinya, tapi dianya tidak merasa. Dan mungkin dia merasa risi juga kalau sedang diawasi seseorang sehingga dia akhirnya menoleh dan pandangan matanya bertemu dengan pandangan mataku dan diapun tersenyum dan segera menghampiriku sambil bertanya,

"Dewekan wae Mas?"
"Yoo"
"Arep nang endi?" tanyanya.
"Mojokerto," jawabku.
"Wis suwe yoo ora tahu ketemu," lanjutnya.

Aku diam saja sambil mengawasi matanya yang seolah mengajakku untuk mengulangi peristiwa beberapa waktu yang lalu sambil tangannya menunjuk kebelakang, yang berarti gerbong paling belakang sendiri yang tentunya makin sepi dari penumpang karena pada saat itu aku duduk di gerbong ketiga dari belakang. Aku tahu maksudnya, setelah dia berlalu menuju gerbong belakang tidak berapa lama kemudian aku menyusulnya dan kulihat dia sudah berdiri dekat pintu paling ujung dibelakang sendiri, setelah tahu kalau aku juga ikut menyusulnya, dia langsung berinisiatif masuk kekamar mandi kecil yang ada diujung gerbong itu dan akupun segera menyelinap tanpa sepengetahuan penumpang yang ada digerbong itu, mungkin ada sekitar lima orang penumpang saja.

Setelah aku menyelinap masuk dan dia segera menguncinya dari dalam, suatu pemandangan yang sangat menggairahkan terpampang di depan mataku, bagaimana tidak? Ternyata dia sudah melepas semua celananya tinggal hanya baju kaosnya saja yang sudah digulung sampai kedada, dan kulihat keselakangannya ternyata penisnya sudah ngaceng penuh dan segera minta dihisap, walaupun pada waktu itu kereta dalam keadaan berjalan dan bergoyang-goyang dengan suara yang berderak-derak diantara sambungan rel, dan hal itu yang lebih menguntungkan bagi kami berdua karena bisa goyang sendiri tanpa harus mengeluarkan tenaga ekstra juga suara benturan roda besi dengan rel bisa menenggelamkan suara erangannya dan kecipak suara ludah dimulutku yang sedang menghisap-hisap penisnya itu.

"Uuuhh, aauucch"
"Sssesstt, sstt enake Mas"
"Ayo terus Mas, diluk maneh Mas"
"Yoo, ayoo terus, terus, terus sing banter Mas," rengeknya.
"Aaahh"

Kurasakan cret cret cret dan asin, hangat dimulutku dan terdengar erangannya tanda puas, kemudian dia membantu aku berdiri dari jongkokku karena memang tempat itu bergoyang-goyang terus, setelah itu aku segera menyelinap keluar dan segera menuju kepintu belakang dekat kamar mandi itu. Tidak berapa lama kemudian dia menyusul keluar setelah terlebih dulu dia merapikan pakaiannya dan tidak berapa lama kereta berhenti distasiun Krian dan dia segera turun sambil melambaikan tangannya dan tersenyum katanya,

"Ngenteni sepur sing ngetan (Surabaya)"

Akupun membalas lambaian tangannya, dan akupun juga tidak berharap banyak untuk bisa menjumpainya lagi karena memang aku jarang sekali berpergian dengan menggunakan kereta api, dan ternyata perjalananku yang kedua itu juga membawa keberuntungan untuk bertemu dengannya lagi dan tidak tahu apakah dalam perjalananku selanjutnya akan bertemu dengannya atau tidak. Kita tunggu aja yaa.

E N D




Cowok Metropolitan
(by: kotaro_bee@yahoo.com)

Tak banyak yang berubah dari diriku sejak aku pindah ke Denpasar selain dari gaya hidup tentunya. Baru empat bulan saja, kota ini telah mampu menyulap gaya hidupku berubah seratus delapan puluh derajat menjadi layaknya ABG di kota-kota besar. Namun salah satu yang masih tak berubah dari diriku adalah aku tetap tak pernah menyukai dunia gemerlap, bau menyengat minuman keras di diskotik atau pun party night. Aku memang lebih memilih melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat dari itu, yang tentunya tak kalah memberikan hiburan yang menyenangkan, misalnya duduk-duduk di tepi pantai Kuta sambil makan es krim saat menjelang petang, menikmati beberapa potong tiramizu di kafe langgananku sambil mendengarkan alunan live musik yang menurutku jauh lebih tenang dan romantis, menikmati jagung bakar di taman kota ketika malam tiba, dan lain sebagainya. Aku adalah aku, aku tak ingin kehilangan jati diriku dengan mengikuti arus yang tak aku suka hanya karena terseret oleh lingkungan, meskipun ada banyak suara sumbang yang menyebutku: konyol, bodoh, kampungan, atau pun penganut aliran kunoisme.

Apalagi seminggu belakangan, aku sudah punya seorang teman yang bisa diajak jalan-jalan. Bagiku, berdua selalu lebih baik dari pada seorang diri. Namanya sebut saja Aldy, seorang cowok ganteng dari ibukota yang sedang berlibur ke Bali selama dua minggu liburan sekolahnya, ia baru kelas dua smu dan kebetulan punya om yang tinggal di Bali, dimana Aldy menginap saat itu. Pada hari kedua sejak Aldy tiba di Bali, secara tak sengaja kami bertemu di salah satu mal di pusat kota Denpasar. Waktu itu Aldy sedang menunggu keluarga om-nya yang sedang berbelanja, mereka janjian ketemu di pintu samping, di dekat deposit counter. Sementara pada saat yang hampir bersamaan aku baru saja keluar dari dalam mal setelah berbelanja beberapa t-shirt dan sepotong celana jeans. Saat aku berpapasan dengan Aldy di depan pintu, aku tak begitu menaruh perhatian padanya, aku cepat-cepat saja melangkah menuju kantin yang berada tepat di seberang pintu, masih di dalam kompleks mal yang sama.

Aku memesan sepiring nasi goreng hongkong dan segelas air putih, untuk mengisi perutku yang keroncongan di tengah udara yang begitu panas menyengat tengah hari itu. Sambil menunggu pesananku datang, aku pun iseng-iseng melongok keluar kantin, melihat beberapa orang yang keluar masuk mal. Memang tidak begitu ramai pada jam segini, dan justru itulah yang menolongku untuk bisa memperhatikan sesosok remaja yang berdiri di depan pintu, jika dalam kondisi ramai, mana mungkin aku bisa memperhatikan Aldy. Segar juga mataku mendapat pemandangan sesosok ABG yang good looking dan tampak innocent itu. Cukup lama juga aku memperhatikannya, mataku tak berkedip dan tak beralih sedikit pun dari Aldy. Tiba-tiba aku terkejut karena Aldy mendekat ke arahku. Jangan-jangan ketahuan kalau aku memperhatikannya sejak tadi, gawat nih, pikirku. Aku pun segera mengalihkan pandanganku. Ternyata Aldy tak sedang mendekat ke arahku saat itu, ia sedang menuju kantin yang sama dimana aku berada saat itu. His performance was very cool, like me of course.

Aldy memilih tempat yang hanya berjarak sepelemparan saja dari mejaku, tidak begitu jauh. Pokoknya saat itu posisi pandangku cukup nyaman untuk melihatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, hanya saja aku tak begitu bebas memelototinya karena posisi kami yang saling berhadapan saat itu, jadi sesekali saja aku mencuri-curi pandang ke arahnya. Dalam suatu kesempatan, secara tak sengaja kami saling beradu pandang, tiba-tiba bagaikan menang lotere di siang bolong, tak kusangka dan tak kuduga, Aldy melemparkan sebuah senyuman untukku. Jantungku pun seakan mau berhenti berdetak saat itu,

"Oh, my God!" kataku dalam hati sambil mengelus-elus dadaku. Senyumannya memang betul-betul bisa merontokkan gigi dan meruntuhkan iman, pikirku. Bagaimana tidak, begitu melihat senyumnya itu, aku seolah-olah ingin segera menelannya hidup-hidup. Tiba-tiba tanpa terkontrol, tanganku melambai ke arah Aldy, memanggilnya. Tingkahku saat itu memang seperti orang konyol, tapi sungguh, antara otak dan tanganku sudah benar-benar korslet saat itu, tidak sinkron.

Aldy memandangku dengan bingung, tapi toh ia tak cukup kuat juga untuk menahan gaya magnet yang kumiliki. Aldy pun akhirnya mendekat juga ke mejaku, mengambil tempat duduk tepat di depanku, menyodorkan muka gantengnya tepat di depan batang hidungku. Ingin segera kujamah dan kuremas-remas saja mukanya itu dengan gemas dan dengan nafsuku yang membara saat itu. Tetapi tentu saja, itu adalah hal yang sangat kurang ajar yang tak mungkin kulakukan saat itu.

"Halo, Namaku Ferry. Kau?" kataku sambil menyodorkan tangan, mengajak bersalaman. Aldy menyambutnya dengan hangat.

"Aldy!" sahutnya. Oh, suaranya terdengar sungguh seksi! Yang jelas, tak membuat bulu kudukku berdiri ketika mendengarnya! Aku memang tak kalah gantengnya dengan Aldy, hanya saja teman-temanku selalu memberi skor di bawah lima untuk keseksian suaraku. Mungkinkah ada penilaian untuk kategori suara terseksi jika suata saat kelak diadakan kontes pemilihan cowok sejagat? Jika iya, maka aku harus mengambil kursus privat hanya untuk bisa berbicara seksi.

Dalam pertemuan yang cukup singkat itu, aku cukup banyak mengenal Aldy, dan begitu pun sebaliknya. Aku dapat menangkap kesan bahwa Aldy adalah teman yang sangat menyenangkan, di samping tentunya juga sangat menggiurkan dan menggairahkan meski kami hanya mengobrol tidak lebih dari lima belas menit. Sebab sesudah itu, Aldy dijemput oleh om-nya. Aku sebenarnya kecewa sekali pada si om, tapi kekecewaanku tidak terlalu berat sebab paling tidak aku sudah mengantongi alamat dan nomor telepon kediaman Aldy selama di Bali.

Esok paginya sekitar jam delapanan aku menelepon Aldy, niatku untuk mengajaknya jalan-jalan untuk menikmati betapa indahnya pulau Bali itu. Bali is one of most wonderful islands in the world. Aldy setuju, sebab ia memang tak akan keluar kecuali malam hari bersama keluarga om-nya, pagi sampai sorenya om-nya ngantor sehingga tak bisa mengantar. Sementara anak-anak om-nya yang dua orang itu masih terlalu kecil untuk diajak jalan-jalan, bisa-bisa ia malah dianggap pengasuh anak nantinya jika ia jalan-jalan ke mal bersama kedua anak itu.

Kami memulai perjalanan kami ke beberapa obyek wisata yang sangat menarik di daerah Tabanan, yaitu Alas Kedaton dan Tanah Lot, pulangnya kami mampir ke kawasan puncak-nya Bali, Bedugul. Di sana kami sempat memancing di danau yang pemandangan alamnya sangat luar biasa indahnya, makan jagung manis rebus, menyewa speed boat, dan mengunjungi kebun raya, menikmati ketenangan di alam nan hijau. Itu pengalaman hari pertama kami. Hari-hari selanjutnya kami pun bergiliran mengunjungi hampir semua obyek wisata yang ada di Bali; Candi Dasa, Lovina beach, Besakih, Pusat kerajinan emas Celuk, Kintamani, Danau Batur, Nusa Dua, dsb. Aku hanya ingin membuat Aldy puas dan bahagia dengan liburannya kali ini.

Hari Keempat, Aldy menginap di tempatku, tentu saja atas seijin om-nya. Karena ia menginap di tempatku malam itu, maka ku ajak saja dia menikmati kehidupan malam di kota Denpasar yang sangat fantastik. Malam itu tak lagi ada batasan waktu jam berapa kami harus pulang, tidak seperti ketika Aldy menginap di tempat om-nya yang seolah-olah tidak pernah ada di luar rumah lewat dari jam sepuluh malam. Aldy bisa memaklumi kalau aku tak mengajaknya ke diskotek, night club atau tempat-tempat semacamnya malam itu, karena ia tahu kalau aku sangat membencinya. Kami lebih memilih ke tempat-tempat yang memiliki kesan romantis seperti yang telah kesebutkan pada awal cerita ini.

Malam itu, seperti biasanya, aku mengajak Aldy ke suatu tempat yang paling romantis di dunia, pantai Kuta di waktu malam. Kami banyak mengobrol, bercanda, tertawa, dan berdiam diri sambil berbaring di atas pasir dan menghitung bintang di langit. Kami pun bahkan tak sadar kalau kami ketiduran di tempat itu, pengalaman pertama aku tidur di tepi pantai semalaman. Kami baru terbangun esok paginya, ketika kurasakan silaunya sinar matahari yang baru terbit. Aku melihat Aldy masih tidur seperti bayi yang lugu di dekatku sambil melingkarkan badannya, tampaknya ia kedinginan. Wajahnya yang tampak imut itu, membuatku ingin membelainya. Aku pun lantas mengulurkan tanganku, membelai rambutnya dan mengusap mukanya yang putih mulus itu, kemudian aku mencium keningnya. Aku tak perduli lagi dengan sekelilingku, mungkin saja ada orang yang melihatnya, sebab waktu itu sudah hampir jam tujuh pagi.
Aku hanya membayangkannya seperti ketika aku membelai girlfriend-ku sebelumnya.

Beberapa saat, Aldy terbangun dan duduk di sebelahku. Rambutnya yang tebal dan bercukur pendek itu acak-acakan, mukanya masih kelihatan kusut, dan beberapa kali ia mengucek-ucek matanya yang masih terasa berat itu. Aldy memandangku dengan tatapan heran,

"Apa yang kau lakukan barusan di mukaku?" tanyanya dengan nada sewot. Aku pun tersentak kaget mendengarnya, tampaknya Aldy merasakannya.

"Nanti deh aku jelaskan di rumah, kita pulang yuk!" ajakku sembari mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Kau telah membuat celanaku basah!" bisik Aldy sambil kemudian meraih tanganku dan menuntunnya untuk memegang bagian celana yang basah, tepat di seputar kontolnya, sebagai bukti kalau celananya memang benar-benar basah saat itu.

"Kau ngompol yah?" tanyaku kemudian, aku memang tak mengerti.

"Ngompol, enak saja! Akibat ulahmu barusan tuh!" katanya dengan rada ketus. Aku makin merasa berdosa saja padanya, aku jadi benar-benar kikuk saat itu. Padahal Aldy hanya bercanda saja, ia memang tukang plonco yang hebat. Singkat cerita, kami pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke tempat kosku di pusat kota Denpasar.

Setibanya di kos, aku langsung membanting tubuhku ke kasur, terus terang aku masih mengantuk pagi itu. Tapi, di luar dugaan, Aldy pun tiba-tiba ikut membanting tubuhnya ke atas kasur, ia tengkurap dan aku terlentang di sebelahnya, Aldy mendekatkan tubuhnya, mukanya didekatkan sampai tepat di depan batang hidungku.

"Kau belum cerita kenapa kau menciumku tadi, sekarang jelaskan padaku!" kata Aldy. Sesaat lamanya aku hanya mematung sambil bola mataku bergerak-gerak memandangi muka Aldy yang begitu dekat dengan mukaku, aku seperti kena skak mat saat itu.

"Kau, Kau terlalu merangsang sih!" sahutku kemudian, aku menjawabnya dengan serius dan berusaha sejujurnya, tetapi Aldy malah menganggapnya lelucon, ia tertawa mendengarnya.

"Kalau kau suka, kenapa tidak lakukan yang lebih dari itu? Sekarang aku sudah di dekatmu, lakukan saja apa yang kau mau. I'm yours today," Mataku langsung terbelalak mendengar ucapan Aldy barusan yang sungguh di luar dugaan, aku sungguh tak mempercayainya! Sebelum Aku sempat berbuat apa pun saat itu, Aldy sudah bangkit dari kasur, lagi-lagi ia sepertinya kebingungan dengan celananya.

"Kau bisa pakai celanaku dulu selama kau jemur celanamu itu!" usulku kemudian. Aldy mengangguk setuju, aku pun segera bangun dari kasurku dan mengambilkan sebuah celana pendek dan sekaligus celana dalamku untuk kupinjamkan pada Aldy. Sesudah itu Aldy melepas celananya, di depan mataku. Sebelum ia sempat membuka retsletingnya, tanganku secara refleks mencegahnya,

"Biar aku bantu!" kataku sambil kemudian berjongkok di depan Aldy dan membantu memelorotkan celananya. Begitu lepas, mataku langsung tertumbuk pada tonjolan besar yang masih terbungkus celana dalam putih yang super seksi itu dengan jembut-jembut halus di sekelingnya. Kudekatkan tanganku, ku pegang batang kejantanan Aldy dan kuremas-remas seperti orang meremas adonan roti. Aku sungguh menikmatinya sampai-sampai air liurku pun menetes seperti pancuran. Setelah itu, ku dekatkan mulutku, langsung saja kucaplok kontol Aldy yang sudah mengeras itu, tampaknya cukup besar juga. Kugigit-gigit dan kumain-mainkan kontol yang masih terbungkus CD itu dengan mulutku. Aldy mengerang-erang sambil makin lama makin bergerak mundur dan sampai akhirnya bersandar pada tembok. Kedua belah kakinya dibuatnya mengangkang. Pahanya sangat putih dan agak berbulu, sungguh merangsang.

Karena tak tahan lagi aku ingin segera menikmati secara langsung batang kejantanan Aldy di dalam mulutku, maka dengan cepat saja kupelorotkan celana dalam Aldy itu. Sesuatu yang besar dan panjang langsung melesak keluar begitu CD itu kutarik ke bawah hendak kulepaskan. Kontol Aldy bergerak-gerak naik turun dengan keperkasaannya, bergoyang-goyang seperti batang bambu tertiup angin. Aldy sudah full ereksi saat itu sama halnya denganku. Karena CD-ku sudah terasa tak muat lagi menampung kontolku yang makin mengeras itu, aku pun akhirnya membuka juga semua celanaku. We are panthless.

Aku segera saja melumat kontol Aldy dengan mulutku, menjilatinya dari ujung ke pangkalnya dengan lidahku yang liar, menghisap dan mengempotnya keluar masuk mulutku dengan tempo yang makin cepat seiring dengan birahi yang makin membara dan suasana yang makin memanas. Kumain-mainkan kontolnya yang 13 cm itu dengan lidahku, terasa nikmat dan begitu menggairahkan.

"Ach! Teruskan Fer!" pinta Aldy dengan manjanya. Aku tak begitu menggubrisnya, aku masih asyik dengan permainanku. Seolah aku sedang bernostalgia dengan pengalaman bersama teman-teman smu-ku dulu.
Aku kemudian mengangkat sedikit buah pelir Aldy, untuk bisa kunikmati kedua belah selangkangannya yang menebarkan aroma kejantanan seorang Aldy, cowok ganteng dari metropolis.

Setelah puas bermain-main dengan bagian bawahnya, aku langsung mendekap badan Aldy dengan erat, kudaratkan ciuman-ciuman mautku ke bibirnya yang seksi itu sambil membimbingnya menuju ranjang asmara. Kubaringkan badannya di atas kasur dan kemudian kutindih, lagi-lagi aku menciuminya. Kali ini tak hanya di bibir, kutanggalkan t-shirt yang dipakainya dan ku jelajahi setiap lekuk-lekuk tubuhnya dengan bibir dan lidahku, tak dapat lagi ku tahan gelora nafsu seorang remaja kala itu.
Kugigit kedua puting susunya yang memerah, mengelus-elus dadanya dan perutnya yang seksi, menciumi kedua belahan ketiaknya dan menikmati semuanya yang ada pada Aldy. Ini bukan yang pertama, baik untukku maupun untuk Aldy, karena kami sudah sama-sama berpengalaman untuk hal semacam ini. Aldy sebetulnya sudah punya seorang boyfriend di Jakarta, dan mereka berdua sudah cukup sering melakukannya.

Permainan Aldy pun tak dahsyatnya, ia mengeluarkan semua jurus yang ia punya. Boleh dikatakan kami saling bertukar ilmu dan pengalaman. Aldy ternyata lebih suka main belakang, ia menyuruhku telungkup dan kemudian menindih badanku, setelah itu mulailah ia menciumi rambutku dan seluruh wajahku dengan ciuman-ciuman bibirnya, perlahan-lahan makin turun ke punggung dan ke belahan anusku, yang kurasakan hanya kegelian dan nikmat semata. Kemudian Aldy mulai menciumi kedua belahan selangkanganku, kedua kakiku mengangkang. Setelah itu ia mengangkat sedikit tubuhku naik, lantas mulai meraih kontolku dari belakang, ia mengocoknya makin lama makin cepat, sementara kurasakan kontol Aldy bergerak-gerak di pantatku sambil mengeluarkan cairan precumnya.

"Argh, aku sudah mau keluar!" erangku kemudian. Aldy seketika membalikkan badanku dan membuatku telentang, kemudian dimasukkannya kontolku ke dalam mulutnya, dihisapnya sampai muncrat lahar putihku itu di dalam mulutnya. Aldy menjilatnya sampai ludes, ia tak menyisakannya sedikit pun.

Untuk sejenak ia membiarkanku mengambil nafas dan mengobati keletihanku. Setelah itu, lagi-lagi Aldy membalikkan badanku, mengaturnya dalam posisi bersujud, dan kemudian ia pun mulai melumasi jarinya dengan air liur untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam lubang anusku. Aku sebetulnya agak segan dianal, pengalaman pertamaku dulu cukup menjadi trauma tersendiri untukku, sebab anusku sakit sekali sesudah itu. Bukannya kapok, melainkan hanya sebuah trauma, justru aku sebenarnya ketagihan dengan permainan ini. Tapi entahlah, kali ini aku sepertinya tak kuasa untuk menolak, aku seolah pasrah saja di tangan Aldy.

Setelah berhasil memasukkan dua jari ke dalam lubang anusku, ia pun mulai mencoba mengganti dengan kontolnya, ia mendekapku dengan erat dengan gaya doggy style sambil memompa kontolnya masuk. setelah berhasil, ia pun mulai memompanya naik turun berirama, temponya dari mulai yang paling lambat sampai yang paling cepat. Cukup lama ia menganalku sampai spermanya muncrat di dalam lubang anusku. Dan masih saja kurasakan hal yang sama dengan yang dahulu, nyeri dan nikmat!

*****

Setiap komentar yang dikirim harap dilengkapi biodata, supaya dapat aku balas.

E N D






Article Directory: http://www.sumbercerita.com




Gairah Seorang Pelatih 01
(by: rekesan80@yahoo.com)

Kisah yang betul-betul nyata ini aku alami kira-kira pada tahun 1996, ketika aku masih umur 16 tahun dan aku masih duduk di kelas 3 SMP di kotaku. Waktu itu aku sudah bergabung dengan salah satu klub senam yang memang menjadi salah satu olahraga favorit anak-anak seusiaku, selain sepak bola dan bulu tangkis tentunya. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku dimasukkan ke klub senam, kok bukan yang lainnya, karena aku masuk bukan karena kehendakku tapi kehendakorangtua dan aku sendiri tidak bisa menentang dan membantah, karena disamping aku harus patuh sama orangtua dan lagian aku tahu kalau setiap orangtua pasti memilih yang terbaik untuk putranya.

Tiap hari sehabis pulang sekolah aku musti latihan dengan baik dan giat, karena kalau tidak latihan satu hari saja, maka orangtuaku pasti mendanpratku habis-habisan dan besoknya aku pasti mendapat hukuman dari pelatihku. Mulai disuruh push up, set up, scot jump dan lain-lain. Tapi hasil didikan yang begitu keras dan melelahkan itu cukup bagus, terbukti kami selalu dikirim ke kejuaraan baik tingkat desa, kecamatan atau kabupaten bahkan tingkat propinsi pun pernah kami rasakan. Dan itu semua tidak lepas dari sistem pembinaan di tubuh klub yang aku tempati.

Bayangkan saja tiap kelompok (1 kelompok terdiri dari 10 anak) mempunyai 1 palatih yang tentunya sangat profesional dan tidak diragukan lagi kemampuannya. Dan aku pun beserta 9 anak lainnya, juga dilatih oleh seorang pelatih yang profesional. Om Ferdy begitu biasanya dia di panggil. Sedangkan nama lengkapnya **** (edited). Dia seorang laki yang kira-kira umur 32 tahun, bertubuh tinggi tegap, agak gempal, berbulu lebat baik di dada, tangan dan ketiaknya. Walaupun wajahnya biasa-biasa saja tapi tidak mengurangi ke-macho-an dan keperkasaannya. Apalagi tatapan mata dan senyumnya, aku yakin dapat meruntuhkan semua gadis-gadis di dunia ini. Walaupun dia agak dingin tapi hatinya baik dan sopan sekali. Malah kadang-kadang dia suka humor. Karenanya banyak anak-anak yang ingin dilatihnya. Mungkin karena dia teman dekat ayahku sehingga aku sangat beruntung dilatih oleh Om Ferdy. Seorang pelatih tampan, gagah, macho dan profesional tentunya. Pada mulanya aku tidak menghiraukan semua itu. Biar dia macho kek, tampan kek aku tidak perduli, toh dia laki-laki aku pun laki-laki memang mau apa pikirku kala itu. Mungkin karena faktor usiaku yang masih anak-anak dan belum mengenal dunia yang macam-macam, hingga aku tidak tertarik sedikitpun padanya.

Akhirnya aku hanya berlatih, berlatih dan berlatih. Dan Om Ferdy aku anggap sebagai ayahku sendiri, karena dia begitu sayang dan perhatian padaku ketimbang pada yang lainnya. Waktuitu aku tidak mengerti kenapa dia seolah-olah menganak-emaskan aku dan selalu lebih dekat pada diriku ketimbang pada anak-anak yang lainnya. Sehingga tak heran jika banyak teman-temanku yang iri melihat perhatiannya Om Ferdy padaku yang melampui batas. Hingga suatu hari ketika kami sedang latihan, "Aldy, kakinya kurang lurus!" instruksinya ketika aku kurang sempurna dalam melakukan teknik trampolin (salah satu teknik dalam senam dengan posisi kaki di atas dankepala di bawah). Sejurus kemudian dengan ketelatenannya dia meluruskan kakiku. Tapi tegangannya kali ini terasa aneh sekal. Dia tidak hanya memegang betisku yang perlu diluruskan tapi pahaku juga ikut-ikutan dipegang dan agak mengelus-elus daerah yang merangsangkan itu, hingga akhirnya aku tidak konsentrasi lagi dan posisiku langsung rusak, karena merasa geli sekali diraba-raba begitu rupa. "Lho kok berhenti, ayo ulangi lagi," katanya. Tanpa menugguperintah yang kedua kalinya aku pun mengulangi teknik trampolin. Tapi kali ini salah lagi katanya, aku pun mencobanya lagi tapi salah lagi, begitu seterusnya hingga aku mengulangi teknik ini berpuluh-puluh kali tapi selalu kegagalan yang aku dapatkan.

Aku sendiri tidak tahu mengapa teknikku salah terus katanya, padahal bagiku sudah benar dan tidak ada yang salah.
"Sudah Aldy, nanti kamu cedera," katanya.
"Tapi aku belum bisa Om," bantahku.
"Oke, karena waktunya sudah habis kamu boleh istirahat. Tapi oh ya nanti kamu bolehke rumahku untuk menambah porsi latihan, bagai mana mau?"
"Hmm.. oke," jawabku enteng.
Memang aku sering menambah porsi latihan apalagi kalau ada teknik yang belum aku kuasai, tanpa disuruHPun aku pasti menambah porsi latihanku di rumah Om Ferdy. Dan memang, di rumah kontrakannya ada ruangan khusus untuk menambah porsi latihan.

Setelah aku pamitan sama orangtua, kira-kira jam 19:00 WIB aku berangkat ke rumah Om Ferdy. Sesampainya di sana aku merasa heran, yang ada kok cuma aku yang lainnya mana? pikirku. Karena kalau menambah porsi latihan itukan biasanya sama teman-teman satu kelompok. Tapi kali ini kok aku sendirian. Tapi akhirnya aku tidak mengacuhkan keadaan ini. Mungkin Om Ferdy ingin memberiteori khusus pada diruku, pikirku kala itu. "Oke, ganti baju dan segera kita mulai," katanya. Aku pun langsung ganti baju (cuma pakali celana pendek dan telanjang dada). Tapi anehnya matanya yang tajam itu selalu menatapku bagai burung elang yang mau menangkap mangsanya. "Gila! kenapa dia?" gerutuku dalam hati. Tapi aku tak menggubris semua itu. "Oke kita mulai Al!" suruhnya. Dengan gerakan yang sangat lincah bagai burung walet aku pun memperagakan satu persatu teknik yang aku pelajari. Mulai teknik trampolin, pommel horse dan lain-lain. "Coba kamu ulangi lagi teknik trampilon!" suruhnya. Tanpa ba-bi-bu aku pun mengulangi teknik itu.
"Tangannya kurang lurus!"
"Begini Om?"
"Bukan, begini lho.."
Dia memegangi tanganku untuk diluruskan. Tapi anehnya dia tidak meluruskan tanganku malah mengelus-elus tangan yang masih dalam posisi tegak itu, hingga membuatku tidak konsentrasi lagi dan aku hampir jatuh kalau tidak ada tangan kekar dan hangat menangkap pinggangku. Ternyata tangan yang hangat dan kekar tadi itu tangannya Om Ferdy, yang tahu-tahu sudah membopongku.
"Terima kasih Om."
"Are you welcome."
"Turunkan aku Om!" pintaku, karena aku malu dibopong lama-lama dengan cuma pakai celana pendek dan telanjang dada.
Tapi bukan jawaban yang aku terima tapi sebuah kecupan lembut dan hanagat sekali tiba-tibamendarat dikeningku.
"Apa maksud Om?"
"Nanti kamu akan tahu," katanya, sembari membawaku ke tempat tidurnya.
Entah mengapa aku tidak berontak waktu itu. Padahal aku ingin menolak tapi bagai terhipnotis diriku menurut saja ketika aku dibawa ke kamar yang harum sekali dan dipenuhi gambar-gambar cowok. Dengan lembut sekali dia membaringkan aku seiring kecupan yang mendarat dikeningku dengan sangat mesra sekali.

Oh nikmatnya kecupan yang membuatku terlena, pikirku kala itu. Entah mengapa aku ingin diperlakukan yang lebih dari sekedar kecupan dari laki-laki yang menjadi pelatihku ini. Kemudian bibirnya yang hangat itu mencium pipiku dengan beringasnya, dengan sesekali menjilati pipiku yang masih ranum itu. Sejurus kemudian bibirnya memagut bibirku. Oh.. betapa nikmatnya pertemuan dua bibir itu, membuat aku mabuk kepayang. Apa lagi ketika dia menyuruh mengeluarkan lidahku, lalu lidah yang aku julurkan itu disedotnya dalam-dalam penuh arti sejuta nikmat. Sedangkan tangan Om Ferdy tak tinggal diam. Dengan pengalamannya dia mengelus-elus pahakuyang lembut dan lunak itu dengan sangat mesra sekali. Dibelainya pahaku yang segar itu, hinggamembuat darah mudaku mendesir tak karuan. Setelah puas menjilati dan mengecup wajahku, kini giliran ketiakku yang mendapat jilatan dan kecupan yang sangat hangat oleh lidahnya yang sesekali dikeluarkannya. Baik ketiak kanan dan kiri tak luput dari incarannya. Lalu susuku yang mendapat giliran berikutnya. Kadang dihisap, kadang ditarik, kadang digigit dan kadangdengan lidahnya dia memutar-mutar puting susuku searah bentuknya.

"Oh.. enaak.." rintihku.
"Kamu suka Aldy," katanya, sambil tangannya melepaskan celana pendek dan CD yang aku pakai.
"Teruskan Om!" pintaku.
Medapat permintaan seperti itu langsung saja dia memburu perut dan pusarku yang merangsangkan sekali. Sedang aku sendiri pun tidak tinggal diam. Merasakan Om Ferdy mempermainkan gairahku, dengan pengalamanku yang tergolong minim, kupreteli semua busana yang melekat pada tubuhnya. Mungkin dia mengerti yang aku mau hingga dia tidak memberontak tatkala kulepas busana yang dipakainya. Sempat kaget aku melihat dzakar yang sudah menantang di depan mata.
"Wow besar sekali."
"Kamu pasti suka, cobalah!"
"tidak ah aku tidak bisa Om."
"Coba dulu!"
Dengan agak memaksa dia menyuruhku untuk mengoral zakarnya yang belepotan prescum itu. Agak tersedak kerongkonganku ketika zakar yang berukuran kira-kira 21 cm itu masuk ke mulutku sampai pangkalnya. Sedangkan dengan pengalamannya dia mencoba membantuku dengan memaju-mundurkan kemaluannya yang besar itu. Oh.. enaak sekali rasanya. Sedangkan tanganku pun tidak tinggaldiam. Dengan tangan kiriku, kupermainkan buah zakarnya yang agak kemerah-merahan itu. Kuelus dengan hati-hati sekali dan penuh pengertian, lalu benda yang ada telurnya itu aku tarik perlahan-lahan. "Oh enaak teruskan Al!" rengeknya, sambil menggelinjang tidak karuan.

Sedangkan tangan kananku kugunakan untuk mengocok zakarku sendiri yang sudah berdiri daritadi. Rupanya dia betul-betul pengalaman sekali, terbukti jika aku mempercepat kulumanku padadzakarnya dia mempercepat gerakannya, begitu juga sebaliknya bila aku memperlambat gerakanku dia pun memperlambat gerakannya. "Oh enaak.." rancaunya, tatkala lidahku memainkan lubang kecil yang berada di ujung benda yang kenyal itu. Aku memeng paling suka mempermainkan lubang kecil itu. "Hmm.. lezaat.." mungkin begitu pikirku kala itu. Setelah agak lama aku mengulumpisang ambon Om Ferdy, rupanya dia dikuasai oleh nafsu birahi yang tak tertahankan, hingga wajahnya bersih itu makin lama makin memerah bak kepiting di rebus. "Aku mau keluar Al.." rintihnya, seiring dengan cepatnya gerakan Om Ferdy dan akhirnya, "Crott.. crott.. crott.." Kami mengeluarkan mani hampir beesamaan. Kutelan semua sprema Om Ferdy yang walaupun agak asin itu tapi nikmat sekali, lalu kujilati sisinya. Begitu pula dia, dijilatinya spermaku yang muncrat kemna-mana, di jilatinya satu persatu, mulai mani yang ada di zakarku, lalu di pahakusampai di ubin pun di lahapnya habis. Tidak ada kata-kata yang dari keluar dari mulut kamiberdua, karena kenikmatan dan kebahagian dan kenikmatan yang kami rasakan tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Bersambung ke bagian 02





Article Directory: http://www.sumbercerita.com



Gairah Seorang Pelatih 02
(by: rekesan80@yahoo.com)

Sambungan dari bagian 01

Kami cuma saling pandang, dengan pandangan yang penuh arti. Ya aku telah menjadi pacarpelatihku. Lalu dengan perlahan Om Ferdy mendekap diriku, dibelainya rambutku dengan sesekalimendaratkan ciuman di pipiku sampai akhirnya aku tertidur pulas dalam pelukannya. Setelah kejadian di malam yang indah itu Om Ferdy tambah perhatian sama aku. Kalau dulu aku berangkat sekolah sendirian kini tidak lagi karena ada Om Ferdy yang selalu setia mengantarku dan menjemputku jika aku pulang sekolah. Malah kadang-kadang dia memberiku uang untuk sekedar beli jajan atau buku pelajaran, maklum sebentar lagi sebentar lagi aku akan Ebtanas jadi aku harus giat belajar disamping latihan yang tidak boleh kutinggalkan. Malahan dia memasukkan aku kePrimagama untuk persiapan Ebtanasku. Apalagi kalau habis gajian aku ditraktirnya makan di restoran yang menjadi favoritnya, lalu aku di ajak ke mall untuk beli macam-macam yang sebenarnya aku tidak butuh. Habis itu lalu kita chek-in di hotel. Walaupun kami sangat akrab sekali tapi keluargaku tak menaruh curiga yang macam-macam, karena keluargaku tahu kalauOm Ferdy itu kan pelatihku. Lagian dia jugakan teman akrab ayahku, jadi pantas kalau keluargaku termasuk ayah tidak pernah curiga sedikitpun kalau aku sudah menjadi "isteri" Om Ferdy tersayang. Pokoknya kami berdua melewati hari-hari indah ini tanpa terganggu dan menggangu pekerjaan lain, latihan misalnya.

Walaupun aku berhubungan dengan Om Ferdy, latihanku tetap tidak dikurangi malah aku sering manambah porsi latihan di rumahnya. Seperti malam itu aku manambah porsi latihanku di rumah kontrakan Om Ferdy yang memang tinggal sendirian. Setelah aku selesai berlatih kami duduk santai di ruangan tengah. Aku menyandarkan kepalaku pada dada Om Ferdy yang bidang itu.
"Om mungkin aku tidak ikut kejuaraan," kataku membuka pembicaraan.
"Kenapa?" tanyanya.
"Aku tidak enak badan Om," jawabku.
Memang akhir-akhir ini aku tidak enak badan. Mungkin karena di samping aku harus berlatih kerasaku juga harus melayani kebuasan pelatihku itu. Apa lagi akhir-akhir ini Om Ferdy selalu minta jatah lebih. Yang asalnya 3 kali sehari, kini menjadi 5 kali sehari. Memang aku akui Om Ferdy memang laki-laki yang sangat jantan dan perkasa. Jadi bukan cuma tubuhnya saja yang bikin birahiku naik, tapi permainannya yang oke selalu membuat aku jadi ketagihan. Entah dia pakaiobat kuat atau tidak aku kurang tahu. Padahal 2 hari lagi aku harus ikut kompetisi.

"Aldy kamu harus ikut kompetisi ini sayang!" katanya sambil membelai rambutku.
"Aku tidak enak badan Om," bantahku manja.
"Aldy asal tahu saja ya, hanya kamu satu-satunya harapan Om pada kompetisi kali ini."
"Kan masih banyak yang lainnya Om? ada Hasan, Heru, Agus dan Rudy," kataku lagi.
"Kamu betul Al, tapi Hasan dan Heru kan cedera sedangkan Agus dan Rudy masih payah. Lagian teknik keduanya tidak sebagus kamu lho."
"Jangan terlalu memuji nanti tidak aku kasih jatah lho," ancamku main-main.
"Oh ya, kalau Om maksa bagaimana?"
"Ya tidak mau."
"Kalau maksa terus."
Itulah kata-kata terakhirnya. Karena sejurus kemudian tangannya yang kekar dan berotot itu membelai rambutku dengan sangat mesra. Lalu tangannya yang banyak ditumbuhi lebat itu mengelu-elus keningku, lalu ciuman hangat mendarat di keningku, "Oh nikmatnya kecupan Om Ferdy ini," pikirku kala itu, apalagi waktu kumisnya yang tipis itu sedikit menusuk kulitku yang lembut itu, "I love you," bisikku. Tanpa mengiraukan kata-kataku lagi Om Ferdy langsung mengecup bibirku dengan mendatangkan nikmat tiada tara. Bibir kami pun saling beradu, saling memberidan menerima serta saling mengulum lidah. Oh, hangat sekali aku rasa tatkala ludahnya yang bercampur ludahku itu kutelan. Sedangkan tangannya sibuk membuka resliting celana pendekku.

Setelah dia berhasil membukanya, dia langsung mencari "tongkat" panjangku yang sudah tegang dari tadi. Tidak begitu lama dia sudah menggenggam dzakarku yang sudah mengeluarka prescum. Kemudian satu jarinya memainkan lubang kecil yang ada di ujung dzakarku itu, karuan saja prescumkutambah banyak keluar dan aku manggelinjang tidak karuan. Sedangkan bibirnya beraksi di bibirku. Berulang kali dia menelan ludahku yang sudah bercampur dengan ludahnya. Rupanya dia sudah dirasuki nafsu yang membara, hingga dia langsung mempreteli busana yang aku pakai, hingga aku bagai bayi yang siap untuk dimandikan. Mendapat perlakuan seperti itu, aku pun tidak tinggal diam, kugusur pakaian yang dipakainya hingga tak terhalang oleh sehelai benang pun. Oh.. betapa gagah dan macho-nya pangeranku ini. Dadanya yang bidang di tumbuhi bulu-bulu yangagak lebat dengan dilengkapi perut yang berkotak-kotak. Demikian juga pahanya di tumbuhibulu-bulu yang sangat lebat dengan dzakar menggantung yang agak besar menurut ukuran orang Asia, serta di tumbuhi bulu-bulu yang lebat juga. Kulabuhkan diriku pada dada yang bidang itu dan kurasakan kedamaian serta kehangatan yang tiada tiara. Sedangkan Om Ferdy mulai labih bringas. Setelah puas melumat bibirku lalu di menyedot ketiakku dalam-dalam, baik yang kiri maupun yang kanan mendapatkan giliran semua secara bergantian. Setelah puas menyedot ketiakku dia langsung mengulum susuku dan memelintir putingnya baik yang kanan maupun yang kiri seiring bentuknya. "Oh.. hangatnya," desahku, mengeluarkan rasa nikmat yang terpendam di dalam dada.

Apalagi waktu ludahnya yang hangat itu membanjiri puting susuku, oh.. nikmat sekali. Kemudian Om Ferdy menelusuri lekuk-lekuk tubuhku mulai pusar, perut hingga paha, tidak sedikitpun terlewat olehnya. Sampai dia berada tepat di dzakarku yang mulai menegang sejak tadi. Tapi diatidak langsung mengulum kemaluanku yang sudah banyak mengeluarakan banyak perscum, tapi dia hanya memainkan buah dzakarku saja. Dielus-elusnya buah dzakarku itu, lalu dengan manja sekali dia menarik-narik rambut dzakarku. Kemudian dengan kedua tangannya dia menggenggam benda yang ada di sekitar dzakarku itu. Mendapat perlakuan super dahsyat itu, aku menggelinjang tak karuan, aku menggelinjang sekuat tenaga, sampai spreinya sudah tidak karuan bentuknya. "Oh.. kulum Om! aku tidak tahan nih!" rengekku. Tapi dia tak menghiraukan rengekanku, padahal aku sudah betul-betul tidak kuat, malah dengan enjoinya dia menggosok-gosok benda di sekitar dzakarku dengan kedua tangannya, karuan saja aku tambah blingsatan dan prescumku tambah banyak keluar. Karena aku sudah tidak kuat lagi maka akupun melingkarkan kakiku di pinggangnya dengan sangat rapat sekali. Dan diapun agaknya mengerti maksudku, lalu dia membalikkan tubuhnya dengankaki di atas dan kepala di bawah. Dan kami pun melakukan gaya "69". Aku masukkan semua dzakarku yang agak besar dan panjang itu ke mulut Om Ferdy mulai ujung sampai pangkal tanpa tersisa. Demikian pula Om Ferdy, dia memasukkan dzakarnya yang besar itu mulai ujung sampai pangkal.

Seperti biasa kalau pertama hubungan aku merasa tersedak dengan zakarnya Om Ferdy yang besar itu, tapi aku tahu akhirnya ini semua mendatangkan kenikmatan yang tiada tara. Setelah kamiagak lama saling mengulum, saling memberi dan saling menerima maka, "Crott.. crott.. crott.." Kami keluar hampir bersamaan. Lalu kami menelan sperma yang lain. Setelah itu tak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua. Karena kami tahu hanya bahasa hatilah yang mampu mengungkapkan kebahagian dan kenikmatan yang baru saja kami rasakan. Hanya keringat yang bercucuran dan desah nafas kami yang menjadi saksi bisu cinta kami berdua di malam itu.

Akhirnya dengan saran dan nasehat Om Ferdy yang menggebu-gebu dan tak kenal lelah, aku pun ikut kompetsi tahun itu, dan hasilnya diluar dugaan kami semua, karena akun akhirnya lomba senam tahun ini. Aku sungguh sangat bahagia sekali, sampai aku meneteskan air mata. Karena di antara teman-temanku yang berlaga dalam lomba itu hanya aku yang menjadi kampium. Semua anggotatim pun menyambutnya dengan sangat gembira. Dan untuk menyambut kemenanganku ini clubku mengadakan acara tasyakuran. Setelah acara tasyakuran selesai aku dan Om Ferdy melanjutkan pesta di hotel berbintang. Tak sedikitpun sempat terlintas dalam benakku, kemungkinan Om Ferdy akan meninggalkanku jika kontraknya dengan clubku berakhir. Hal ini dikarenakan Om Ferdy sudah berjanji sehidup semati seia sekata. Pernah satu kali kegamangan tiba-tiba menggoyang hatiku, tapi segera aku tepis mengingat perhatian Om Ferdy yang sanagt tulus dan ikhlas. Kurasakan kira-kira 5 tahun kebahagiaan menyelimuti hidupku. Tapi kini tiba-tiba saja keadaan telah merenggut habis kebahagiaanku, menghempaskanku hingga berkeping-keping, tak secuilpun tersisamasa-masa indah dulu yang kulewati dengan Om Ferdy. Semua suram, semua buram seperti kaca jendela bekas rumah kontrakan Om Ferdy yang hampir satu bulan lupa untuk dibersihkan. Om Ferdy yang menjadi tumpuan harapan-harapan dan mimpi-mimpiku kini telah pergi. Dan yang lebih menyakitkan hatiku, kepergian Om Ferdy untuk kembali ke kampung halamannya (di provinsi "L")tidak dikatakan terus terang padaku. Sehingga paling tidak aku bisa mempersiapkan segalanya baik kebutuhannya di jalan atau mempersiapkan perasaan yang akan segera ditinggal pergi ini.

Saat pergi dulu Om Ferdy hanya mengatakan hanya pergi ke kota "T" karena ada urusan pekerjaan. Tapi setelah hampir 3 minggu tidak ada kabar tentang Om Ferdy. Aku mencoba untuk tanya pada pimpinan club. Bagai petir yang menyambar pucuk kelapa, begitu juga perasaanku kala itu. Akhirnya kuketahui kalau Om Ferdy telah pulang ke kampung halamannya. Selama beberapa minggu aku menangis memaki nasibku yang tidak berpihak lagi padaku. Om Ferdy, Om Ferdy teganya kamumeninggalkan diriku terpuruk seorang diri, jatuh terkapar seperti helai-helai daun kelapa yang terpaksa runtuh ke bumi tak berdaya. Malam semakin kelam, kelelawar sesekali lewat di depan kaca jendela rumah kontrak Om Ferdy dulu. Kota "L", kota dimana aku dilahirkan telah menjadi bayangan hitam tertutup oleh awan. Dan tanpa aku sadari aku meringkuk di kamar yang biasa kami pakai untuk bercinta dulu. Di kamar ini aku mengalirkan air mata seperti hari-hari sebelumnya. Dadaku turun naik oleh kenangan manis bersama Om Ferdy. Lama aku meringkuk dalam kebekuan yang mengharu. Tapi tiba-tiba saja sebuah kekuatan telah membangkitkan aku, "Aku harus bangkitkembali. HARUS!" pikirku. Kepergian Om Ferdy tidak boleh menghancurkan masa depanku. Aku masih muda dan masih punya secercah masa depan yang cerah. Besok aku akan meniggalkan kota "L" untuk menghilanghkan kenangan kelam bersama Om Ferdy. Dan aku harus melanjutkan kuliah yang terbengkalai gara-gara cinta butaku pada Om Ferdy.

Om Ferdy, mudah-mudahan kamu membaca kisah cinta kita berdua ini. Dan aku selalu berdoa mudah-mudahn kau bahagia di sana, di sisi orang-orang yang mencintai dan dicintai. Dan harapanku, adakah para pembaca yang budiman mau menggantikan posisi Om Ferdy. Kalau ada salah satu daripembaca yang serius bisa pembaca hubungi e-mailku.

TAMAT





Article Directory: http://www.sumbercerita.com




Menang Taruhan
(by: riyans@ssis.co.id)

Aku seorang mahasiswa, Riki namaku. Sejak awal kuliah aku kost di daerah Pahlawan Bandung, dan aku serumah dengan enam orang cowok yang kebetulan semuanya adalah mahasiswa. Aku tidak terlalu cakep, tampangku standar dengan bodi yang tidak terlalu besar, kesimpulan aku ini orangnya biasa-biasa saja. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan sesama jenis, tapi sejak ada anak baru itu ada perasaan aneh dalam hatiku.

Oki nama anak itu, sudah dua bulan dia kost di tempat ini, dan sekarang dia masih SMU kelas I usianya kurang lebih 15 tahunan dan ingin mencoba hidup mandiri di Bandung, asalnya sendiri dari Lampung. Anaknya cukup ganteng dan gagah. Dia anaknya cepat akrab dan suka bercanda. Pernah waktu aku sedang minum aku diganggunya sampai tersedak, dan dia cuma tertawa sambil melarikan diri. Pernah juga waktu dia baru selesai mandi dan hanya mengenakan handuk, handuknya aku tarik dan saat itulah pertama kali aku melihatnya telanjang bulat. Secara refleks aku melihat ke batang kemaluannya dan jantungku berdegup sangat kencang, terutama setelah melihat batang kemaluannya yang lebih besar dari punyaku dan tanpa aku sadari dia lalu merebut handuk yang aku pegang dan aku pun segera lari sebelum kena tinjunya sambil tertawa.

Sejak saat itu perasaanku tidak karuan, aku sering membuka situs-situs khusus homo dan aku mulai sulit melupakan dirinya, terutama saat dia telanjang batang kemaluanku pasti langsung tegang dan pasti setelah itu aku langsung onani sambil terus membayangkannya. Seperti biasa kalau musim liburan semester anak-anak kost-an pada mudik, kecuali aku dan Adi karena kebetulan kami berdua sama-sama seret alias bokek belum dapat kiriman. Sedangkan Oki masih belum libur maklum dia kan anak SMA. Dan untuk menghilangkan kebosanan kami bertiga nonton VCD (tapi kalau ada Oki kami nggak nonton VCD porno, soalnya dia itu masih lugu banget, bahaya!) dan kadang main remi. Karena kesibukan inilah aku sedikit melupakan hasratku pada Oki.

Tapi belakangan ini, setelah Adi pulang karena ibunya mendadak sakit dan dia dijemput kakaknya, tinggal aku dan Oki di kost-an. Perasaan aneh itu mulai lagi, aku sulit membendungnya, rasanya aku sangat ingin sekali melumat batang kemaluannya itu sepuasnya, terlebih lagi si Oki sering tidur di kamarku soalnya di kamar atas dia nggak ada temen, sepi katanya. "Ah aku suntuk banget nih Mas, bosen nggak ada kerjaan mau pulang nanggung, bentar lagi masuk, nonton CD bosen filmnya itu-itu lagi, jalan-jalan belon dapet kiriman."
Aku cuma tertawa mendengarnya, tapi kemudian timpul pikiranku untuk dapat menyalurkan keinginanku.
"Maen remi saja yuk! tapi ada taruhannya."
"Beeu tarohan, duit saja pas-pasan buat makan ini diajak tarohan, mending kalau menang, kalau kalah puasa deh aku."
"Tenang Ki tarohannya bukan uang tapi siapa yang kalah harus buka bajunya sampai telanjang, mumpung nggak ada orang di rumah, gimana berani nggak?"
Oki kelihatannya sedikit terkejut tapi dia juga tertarik.

"Boleh juga tuh Mas, terus kalau udah telanjang udahan saja ya Mas?"
"Ya nggak lah, apaan yang enak ya."
"Eh nyuciin baju yang menang saja Mas sekalian traktir makan."
"Ah nggak seru, ngapain pake acara telanjang kalau cuman gitu, mm gimana kalau yang kalah harus ngejilatin batang kemaluannya yang menang biar seru?"
"Haa gila Mas jorok banget!"
"Ya resiko namanya juga tarohan harus mau apapun juga dong. Mau nggak kalau nggak ya udah."

Oki cuman diam, dan kemudian aku pun pura-pura nggak ambil pusing dan sibuk membereskan tugas-tugasku. Cukup lama Oki cuma diam, selang waktu kemudian, "Maen remi saja yuk Mas, suntuk nih bolehlah tarohan yang kayak tadi dari pada nggak ada kerjaan, lagian cuman ngejilat batang kemaluan ini dan nggak ada masalah." Dalam hatiku bersorak senang, tapi aku pura-pura males dan nggak ambil pusing. Aku lihat Oki sudah mengambil kartu remi di laci lemariku dan duduk di karpet kamarku. Aku pun mendekatinya dengan jantung yang terus berdegup kencang.
"Bagiin saja Ki, kita liat siapa yang bakalan jadi penjilat batang kemaluan he.. he.. he.."
"OK siapa takut."

Permainan pun dimulai, karena cuma kami berdua aku tidak terlalu sulit memegang kendali permainan, sehingga aku dengan mudah menang atau kalah, soalnya remi adalah keahlianku. Setelah beberapa kali main, sekarang aku tinggal pakai celana dalam dan Oki masih tersisa celana pendeknya saja. Dan seperti sebelumnya kali ini pun aku pura-pura kalah sehingga aku harus melepas celana dalamku.
"Wah Mas batang kemaluanmu kecil ya Mas kayak jempolku saja."
"Biarin yang penting masih bisa bikin anak ukuran bukan masalah."
Memang batang kemaluanku tergolong kecil panjangnya kalau lagi tegang cuma 9 cm dan dengan diameter 3 cm, aku pun tidak PD dengan ukuran penisku tapi ah bodo amat batang kemaluanku ini. Aku melihat Oki cuma tertawa meledek tapi aku merasa senang saat dia memperhatikan aku saat aku telanjang.

"Wah Mas, jangan-jangan nggak jadi nih acara jilat batang kemaluannya."
"Tenang Ki, aku pantang menelan ludah sendiri, tapi jangang seneng dulu aku belum mengeluarkan jurus pamungkasku."
Dan kami pun melanjutkan permainan, sampai akhirnya Oki kalah dan harus melepaskan CD-nya. Saat dia membuka celana dalamnya, batang kemaluanku langsung berdiri, tapi langsung aku tutupi dengan kedua kakiku sambil berpura-pura tertawa meledek.
"Wah Ki, batang kemaluanmu gede juga ya dua kalinya punya aku."
"Eh siapa dulu dong kan disesuaikan bodinya, tapi sialan satu sama sekarang, tapi kita liat saja siapa yang bakalan kalah sekarang Oki atau Mas Riki."

Oki lalu membagikan kartu dan kami melanjutkan permainan lagi. Tapi tidak seperti biasanya aku pura-pura mengalah, sekarang aku benar-benar kalah karena kartu yang aku punya benar-benar hancur dan akhirnya aku kalah, walaupun sebenarnya itu yang aku inginkan.
"Wah sialan kartuku rusak ancur nih aku dasar licik kamu, wah aku harus ngejilat batang kemaluan kamu mana pasti bau lagi."
"He.. he.. he.. resiko Mas lagian kan cuman ngejilat saja bukannya mencium baunya seperti yang Mas bilang."
"Sialan kamu Ki, udah sini aku jilat batang kemaluan mu yang gede itu."
Oki kelihatanya sedikit ragu-ragu.
"Sekali saja ya Ki ngejilatnya, aku takut muntah," pura-pura aku mengalihkan perhatiannya, supaya dia tidak terlalu tegang.
"Sini batang kemaluan kamu."

Oki cuma tertawa, lalu aku membuka kakinya yang dia lipat dan aku luruskan. Aku sesaat menikmati pemandangan yang selama ini aku harapkan dan meresapi aroma di sekitar batang kemaluannya si Oki. Aku pura-pura melihat ke arah Oki dia cuman mesem tapi juga sedikit ragu, "Susah ki kalau gini kasih aku ruang dong," lalu aku suruh Oki bersandar dan kedua tangannya menopang badannya kebelakang sambil terus memperhatikanku, tibalah kesempatanku. Aku pegang batang kemaluannya dan bukannya menjilat batang kemaluannya si Oki tapi langsung melumatnya ke dalam mulutku, si Oki terkejut, "Eh Mas mau diapain?" sambil tangannya memegang kepalaku dan menjambak rambutku.

Aku nggak peduli, aku terus mengulum batang kemaluannya walau kepalaku sakit dijambaknya, tapi kemudian tangannya mulai mengendur dan dia mulai menikmatinya. Batang kemaluannya aku rasakan mulai tambah besar cepat sekali tegangnya rupanya dia mulai terangsang, batang kemaluannya yang semula masuk semua ke mulutku sekarang cuma separuhnya saja. Aku terus mengulumnya sambil tanganku mengocok batang batang kemaluannya. Sesekali aku melihat ke arah Oki tangannya tetap menopang badanya dan kepalanya mendongkak ke atas, matanya terpejam dan aku hanya mendengar rintihannya, "Ehh.. ss.. ahh.. Mas.. ahh.." pantatnya ikut bergerak-gerak mengikuti kulumanku. Aku terus mengulumnya, kadang aku kulum zakarnya, kemudian aku kulum dan sesekali aku sedot kepala penisnya. Rasanya sedikit asin, tapi hal ini justru menambah semangatku. Oki mengelinjang saat aku menjilati lubang batang kemaluannya, "Ahh.. Mas aduh sshh.. terus Mas ahh.." Aku mengulum batang kemaluannya sambil terus memperhatikan wajahnya yang mulai memerah dan sesekali tersenyum kepadaku. Oki kadang melihatku dan kadang memejamkan matanya menikmati kuluman dan sedotanku. Kadang aku menggigit pelan batang kemaluannya dan membuatnya semakin mendesah.

Aku terus mengulum dan menyedot batang kemaluannya, kadang aku sedot dengan kuat dan kadang aku hanya mengusapnya perlahan dengan bibirku. batang kemaluannya sudah basah oleh air liurku yang menetes pada batang batang kemaluannya. Aku mengulum, menyedot, menggigit pelan seperti sedang menulum permen coklat kesukaanku. Sambil tengkurap aku terus mengulum batang kemaluannya. Kaki Oki mulai bergerak-gerak dan aku merasakan pahanya juga sedikit menegang pantatnya bergerak mengikuti sedotan mulutku, penisnya juga bertambah panas dan kepala penisnya mulai membesar, "Ehh.. Mas.. aduh.. Mas.. enggkh.." Oki mendesah, kepalanya mendongkak ke atas, mulutnya terbuka mengeluarkan erangan nikmat dan matanya terpejam meresapi kenikmatan yang dia rasakan. Aku merasakan kepala batang kemaluannya bertambah besar dan berdenyut-denyut, terus aku sedot kepala batang kemaluannya dan tanganku mengocok batangnya, dan aku hampir saja tersedak saat pantat Oki naik menerobos mulutku dan masuk ke kerongkonganku. Dan kemudian kurasakan ada sesuatu yang panas menyembur berkali-kali di kerongkonganku dan memenuhi mulutku, rasanya amis, kenyal dan sedikit asin tapi sungguh nikmat sekali, dan semuanya kau coba telan walaupun sebagian keluar dari mulutku dan mengenai batang batang kemaluannya Oki.

Rasanya luar biasa merasakan semburannya di mulutku sekaligus melihat wajah Oki yang diterjang rasa nikmat yang luar biasa. Aku masih terus menjilati dan mengulum batang kemaluannya, membersihkan sisa-sisa mani dari batang kemaluannya. "Udah Mas geli ahh.." kemudian Oki bersandar pada tembok kamarku, dan aku tetap tengkurap melihat sisa-sisa kenikmatan dari wajah Oki selain itu mulutku juga sedikit pegal cape mengulum dan menyedot batang kemaluan Oki yang besar itu.
"Wah Mas, baru sekarang aku ngerasain yang seenak ini."
"Emangnya kamu belum pernah mimpi basah Ki?"
"Mimpi basah, ngompol maksud Mas Riki, kan Oki udah gede Mas masa sih ngompol, tapi waktu kelas tiga aku pernah tidur dan celanaku basah tapi nggak bau pesing Mas, sekarang kadang juga masih suka gitu."
"Ya itu yang namanya mimpi basah masa sih nggak ada yang ngasih tau, berarti belum pernah onani dong?"
Oki kelihatannya bingung.

"Wah payah nih anak kampung, yang tadi kita lakuin itu namanya oral sex, ada juga anal sex itu melalui dubur dan kalau dari vagina itu yang paling umum dan kalau onani itu main sendiri gitu bego!"
Oki cuman tertawa, kemudian dia mendekatiku.
"Mas aku mau nyobain dong yang kayak tadi," biar adil gitu.
"Mau ngejilatin batang kemaluanku boleh saja bukannya harus aku kalahin dulu nih."
"Ah Mas ini, sekarang bukan waktunya main kartu."

Dan kemudian Oki mulai mengulum batang kemaluanku, aku cuma bisa mengerang sambil pantatku mengikuti isapan mulut Oki, kadang giginya mengenai batang kemaluanku sedikit sakit tapi enak, sampai akhirnya aku menyemburkan maniku di mulutnya, Oki cuma tersenyum kemudian dia tidur disampingku. Kami baru bangun waktu hampri jam delapan malam, lalu kami bangun karena perut kami lapar kami masak mie dan makan sambil masih telanjang mumpung lagi nggak ada orang.
"Eh Ki gimana kalau kita nyobain anal sex, tadi oral udah sekarang kita coba yang baru rasanya nggak kalah deh."
"Emangnya kayak gimana sih, emangnya bisa masuk kan dubur kecil lubangnya nggak kayak mulut?"

Aku lalu berdiri dan mengambil sabun cair yang biasa aku gunakan untuk onani, sambil duduk di meja makan, kemudian dan duburku aku olesi dengan sabun sambil jari tanganku kumasukan. Oki hanya melihatku dan batang kemaluannya sudah mulai tegang lagi. Aku coba memasukan dua jariku dan aku putar-putar, rasanya enak sekali. Setelah bisa masuk tiga jari lalu aku mengoleskan sabun tersebut ke batang kemaluan Oki, dan aku menyuruhnya memasukkan batang kemaluannya ke duburku. Oki mencoba memasukannya ke dalam duburku. Agak perih dan sakit, rasanya ada sesuatu yang mendorong masuk ke dalam usus besarku. Oki sedikit meringis mungkin perih dan sedikit seret, dia mulai ragu-ragu mungkin melihat aku merasa kesakitan tapi kemudian aku dorong dengan paksa pantatnya sakit tapi aku merasakan nikmat saat semua batang kemaluannya masuk ke dalam duburku panas dan usus duburku terasa penuh oleh batang kemaluannya, Oki mendesah kemudian terdiam tidak tahu harus bagaimana.

Setelah aku merasa sedikit terbiasa aku suruh Oki menggerakkan pantatnya maju mundur, batang kemaluanku sendiri sudah ikut tegang dari tadi. Oki menggerakkan pantatnya maju mundur sambil mengerang nikmat,
"Terus Ki ahh.. enak sekali dorong yang keras Ki ahh.. sshh.. ahh Oki.. ahh.."
"Mas enak sekali Mas akh.. Oki mau keluar nih Mas.."
Gerakan Oki bertambah cepat dan aku pun merasakan nikmat yang luar biasa, dan sepertinya ada sesuatu yang mendesak keluar dari batang kemaluanku,
"Ahh.. Mas Oki kelu.. akhh.."
Aku merasakan nikmat yang berlipat ganda dari duburku yang kurasakan ada semburan panas menyembur ke usus besarku.

Kemudian Oki masuk ke kamarku dan laluu menjatuhkan dirinya ke tempat tidurku, aku mendekatinya dan mengoleskan sabun cair ke duburnya dan juga ke batang kemaluanku. "Ki giliran aku ya", Oki cuma tersenyum. Kemudian aku langsung mencoba memasukkannya ke dalam duburnya, sedikit seret, lalu suruh oki mengangkat kakinya dan memegang bawah lututnya. Aku tambahkan sabun cair ke duburnya sambil kedua tanganku masuk, kemudian aku mencoba memasukkan batang kemaluanku lagi, seret dan perih yang pertama aku rasakan tapi aku tetap penasaran dan dengan sekali sentakan aku masukan batang kemaluanku ke duburnya, "akhh.." aku dan Oki mengerang bersamaan sakit tapi enak. Aku menindih tubuh Oki dan bertopang pada ke dua tanganku sambil pantatku bergerak naik turun menghujam duburnya Oki. Gerakanku aku percepat saat batang kemaluanku mau meledak dan aku hujamkan batang kemaluanku sedalam mungkin di dubur Oki, "Engkhh.. aakkhh.." batang kemaluanku menyemburkan maninya ke dalam dubur Oki dan kurasakan bagian pusarku juga ada cairan kental yang menyembur, ternyata Oki menyemburkan maninya lagi.

Aku menjatuhkan tubuhku di atas tubuh Oki dan setelah kurasakan semua kenikmatan itu sudah mulai hilang dan batang kemaluanku mengecil lagi aku cabut batang kemaluanku, kemudian aku menjilati sisa-sisa mani di perut dan batang kemaluannya bau tapi nikmat, begitu juga Oki menjilati batang kemaluanku sampai beris. Kemudian aku berbaring di samping Oki, dan kami pun tertidur karena kelelahan. Kami bangun kesiangan, dan akhirnya Oki membolos kuliah dan aku menelepon ke sekolahnya kalau Oki sedang sakit. Kemudian kami mandi bersama-sama, di kamar mandi aku mengajarinya melakukan onani. Sejak saat itu kami sering melakukannya baik onani dan oral sex dengan berbagai variasi. Tapi anal sex kami merupakan yang pertama dan terakhir soalnya aku nggak mau ambil resiko dengannya, lagi pula menurutku lebih enak melakukan onani dan oral sex lebih aman dan lebih bersih.

TAMAT





Article Directory: http://www.sumbercerita.com




Mandi Bersama
(by: asmoro@kompascyber.com)

Pagi itu di gerbang kampus, tanpa sengaja mataku menatap seorang yang tiba-tiba saja menawan hatiku. Wajahnya begitu mempesona dengan kumis tipis yang menghiasi atas bibirnya. Kulitnya coklat gelap, tapi bersih dengan tinggi badan yang tidak jauh berbeda denganku, 164 cm. Aku memperhatikannya dengan hati berdebar dan berharap dia juga melihatku, namun sayang nampaknya dia begitu tergesa-gesa menuju gedung perkuliahan.

Sejak hari itu aku terus terbayang-bayang wajahnya, dan aku sangat berharap dapat segera berjumpa kembali dengannya. Dan rupanya keinginanku tidak bertepuk sebelah tangan, karena seminggu kemudian kami bertemu kembali. Waktu itu dia sedang mengurus registrasi semesteran. Aku menatapnya dalam-dalam, dan kali ini dia melihatku. Kuberikan senyum padanya, dia pun tersenyum padaku. Lalu kudekati dia dan kujulurkan tanganku, dan dia menyambutku dengan mengulurkan tanganya pula, kami berjabat tangan.

"Namaku Eka," kataku singkat.
"Bayu," jawabnya sambil tersenyum manis yang membuatku semakin berbunga-bunga.
"Kamu sudah selesai Yu..?" kataku untuk mengawali percakapan kami.
"Ya, sudah, barusan nih, kamu sendiri sudah selesai..?" jawab Bayu dengan ramah.
"Sudah," kataku.
"Eh, ngomong-ngomong kamu ambil fakultas apa..?" tanyaku tidak kalah ramahnya.
"Aku Fakultas Ekonomi angkatan 2000." jawab Bayu.
"Oh fakultas ekonomi tho, aku Fakultas Hukum angkatan '98." jawabku kepada Bayu.

Selanjutnya kami asyik mengobrol tentang banyak hal, aku sangat antusias sekali memperhatikan setiap tutur kata Bayu. Ya, bibir Bayu sangat menarik, warnanya kemerah-merahan, sangat sensual. Dia benar-benar sangat ramah dan menyenangkan, aku sungguh-sungguh terpesona. Bayu ternyata berasal dari Semarang, dan dia kost di belakang kampus.

Sejak saat itu kami benar-benar menjadi akrab, aku merasa cocok dengan Bayu dan demikian juga sebaliknya. Aku benar-benar bahagia sekali, rasanya hari-hariku menjadi indah. Setiap hari aku kepingin ketemu dengannya. Namun sejauh itu aku belum berani untuk masuk lebih dalam, aku masih mencoba mencari tahu tentang Bayu, ya aku berharap Bayu mempunyai perasaan sepertiku. Aku ingin mencintai dan memperoleh cinta dari Bayu. Perasaan sukaku kepada kaumku yang ganteng memang sudah kurasakan sejak aku di SMA, tapi sekalipun begitu, sebelum bertemu Bayu aku belum pernah bercinta dengan laki-laki, karena aku malu dan punya rasa takut.

Hari itu, sore jam 3 aku melangkah gontai keluar dari kampus karena kelelahan mengikuti perkuliahan yang benar-benar padat, itu pun sore jam 6 aku masih ada satu mata kuliah lagi. Kuarahkan kakiku menuju kampung di belakang kampus dimana Bayu kost di salah satu rumah di situ. Aku tahu bahwa Bayu hari ini jadwal kuliahnya sore jam 6 sampai 9 malam, karena itu aku ingin istirahat di kamar kost Bayu. Dari halaman depan rumah kost Bayu, sayup-sayup kudengar alunan lagu 'sephia'nya Sheila On Seven lagu favorit Bayu. Dari jendela kamar kulihat Bayu lagi asyik mengetik sesuatu di komputer, aku langsung masuk ke kamarnya dan segera saja kupeluk Bayu dari belakang.

Bayu agak terkejut ketika tiba-tiba aku memeluknya.
"Busyet, Mas Eka ini ngagetin saja..!" omelan Bayu yang ditujukan padaku tetapi tidak kutanggapi dan aku tetap memeluknya lama sekali.
"Mas, ngapaian sih Mas ini..?" omelan Bayu berikutnya.
"Sory deh Yu, aku kangen banget nih..!" jawabku sekenanya, "Aku capek nih Yu, kuliah seharian, pijitin dong..!" rengekku pada Bayu.
"Ah Mas ini, memang aku pacarmu pakai kangen-kangen segala, minta pijitin lagi..!" sergah Bayu dengan kata-kata dibuat agak ketus.
"Aku sendiri juga capek nih Mas, dari tadi ngetik laporan tugas nggak selesai-selesai..!" lanjut Bayu dengan nada minta perhatian.
"Oke deh, sini aku gantiin ngetik..!" jawabku karena aku melihat Bayu memang tidak kalah capeknya dengan aku.
"Sungguh Mas..? Asyik, nanti sambil aku pijitin Mas..," kata Bayu dengan nada gembira.

Aku kemudian melanjutkan ketikan laporan tugas Bayu, sementara itu Bayu membuatkan aku minuman.
"Mas Eka, nih minumnya." kata Bayu dari arah belakangku.
"Sementara Mas Eka ngetik, aku akan mijitin bahu Mas ya." kata Bayu berikutnya.
Aku senyum-senyum senang, ya mengerjakan apa saja untuk Bayu rasanya akan saya lakukan dengan rela dan senang hati, apalagi kali ini Bayu di belakangku sambil memijit-mijit pundakku. Dipijit Bayu nikmat sekali rasanya, aku horny banget menikmati sentuhan tangan Bayu. Pikiranku jadi menerawang ke yang enggak-enggak, aku membayangkan Bayu memelukku, menciumku dan akh.., gila pikiranku ini.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan hampir pukul 5 sore.
Tiba-tiba Bayu mengingatkan aku, "Mas sudah hampir jam lima, kita ada kuliah jam enam tho, sudah dulu ya ngetiknya, kita siap-siap yok..!"
Kemudian, "Mas Eka mau mandi dulu..?" tawar Bayu kepadaku.
"Sudah sono kamu dulu saja..!" sergahku.
"Atau kita mandi bareng-bareng yok Mas..!" jawab Bayu yang tidak kuduga-duga.
Aku segera saja mengiyakan ajakan mandi bareng si Bayu. Aku sudah membayangkan hal-hal yang indah yang akan segera kualami di kamar mandi nanti.

Kami bersama masuk kamar mandi di rumah belakang yang pada waktu itu sedang dalam keadaan sepi. Di kamar mandi, Bayu segera melepas kaos yang dikenakannya, dan aku menatapnya dengan penuh birahi. Dada Bayu tampak bidang dan indah sekali, sementara bulu-bulu di ketiaknya semakin membangkitkan rasa birahiku. Selanjutnya Bayu segera melepas celana pendeknya, dan mataku segera menatap dan menelan bulat-bulat bagian bawah tubuhnya.

Bayu kini hanya mengenakan celana dalam berwarna putih model G-string, dan itu membuatnya benar-benar semakin menarik. Dan aku semakin melotot melihat tonjolan yang membekas di CD-nya yang tampak nyata. Aku benar-benar terbengong-bengong dengan penampilan Bayu di kamar mandi saat itu, dan sampai terkejut ketika Bayu menegurku.
"Lho Mas Eka ini mau mandi nggak..? Kok nggak dilepas bajunya..?"
"Eh, iya-iya dong..," jawabku gugup karena ketahuan sedang memperhatikan dirinya.

Aku pun segera melepas baju dan celanaku, dan tinggal celana dalam yang belum kulepas. Ketika aku melirik ke Bayu, tampak dia juga memperhatikanku. Entah apa yang sedang dalam pikirannya. Yang jelas ketika kami sama-sama tinggal mengenakan celana dalam, kami berdiri berhadap-hadapanan saling menatap dan memperhatikan. Kuulurkan sebelah tanganku meraih lengan Bayu, dan Bayu pun mengulurkan tangannya meraih pundakku. Entah siapa yang memulai lebih dulu, tiba-tiba kami sudah saling merangkul erat. Yang jelas aku bahagia sekali.

Kuusap-usap lembut punggung Bayu. Beberapa saat kemudian kami melepas pelukan, dan lagi kami saling menatap dengan pandangan penuh kasih sayang. Bayu merebahkan kepalanya di pundakku, kuelus lembut rambutnya. Dan kemudian kuangkat wajahnya, lalu kucium pipinya dengan mesra. Bibir Bayu yang merah menggairahkan itu segera saja kulumat dengan bibirku, dan Bayu menyambut ciumanku dengan mesra. Kami berciuman lama sekali.

Setelah itu aku mengalihkan ciuman ke arah leher, dada, puting susunya serta ketiaknya. Bau ketiak Bayu benar-benar nikmat, aku tambah horny berat. Bayu mendesis-desis saat kuciumi, dia tampak menikmati sekali ciuman dan rabaan tangannku di bagian-bagian tubuhnya yang sensitif. Aku melanjutkan ciuman ke arah perut, pusar dan tanganku meremas-remas penis Bayu yang sudah mulai membengkak di dalam celana dalamnya.

"Buka saja Mas, buka..!" lenguh Bayu.
Cepat kupelorotkan CD Bayu, dan segera itu pula penis Bayu melesak keluar, seperti peluru yang ditembakkan dari senapannya. Pemandangan yang indah sekali terbentang tepat di wajahku, penis Bayu! Penisnya berwarna coklat kehitam-hitaman teracung tegak, tampak galak sekali. Meskipun panjangnya hanya kurang lebih 11 cm, tidak jauh berbeda ukuran dengan ukuran milikku. Sementara bulu-bulu hitam lebat di sekitarnya membuatnya semakin gagah, macho! Kuremas dengan gemas penis itu dan kukocok-kocok dengan kuat. Sementara Bayu melenguh-lenguh dan mendesah-desah seperti kepanasan.

Bayu menggelinjang dasyat ketika aku menjilati bagian kepala dari penisnya, dan kutelan juga penis itu, kunikmati dengan penuh perasaan.
"Ah.., eh.. nikmat Mas, nikmat.., lagi-lagi.. ohh..!" begitu Bayu mengeluarkan desahannya.
Beberapa saat kemudian kurasakan Bayu menggelinjang kuat dan berteriak, "Mas aku mau keluarr.. ahh..!"
Dua semprotan sperma dari penis Bayu tidak tertahankan mengenai wajahku dan dua lagi menghiasi dadaku. Kucium bau khas sperma dan sungguh-sungguh kunikmati.

Bayu tampak lemas, tetapi sinar wajahnya menunjukkan kepuasan dan kesenangan tiada tara. Aku berdiri dan menatap lembut wajah Bayu dan memberi kecupan sayang padanya.
Kemudian aku berkata, "Bayu.., kamu sudah. Sekarang giliranku Sayang..!"
Bayu tersenyum manis dan berkata, "Jangan khawatir Mas, kita fifty-fifty."

Selanjutnya Bayu melumat habis bibirku, dan aku sangat menikmatinya. Kubiarkan Bayu memanjakanku dengan caranya sendiri seperti yang sudah dinikmatinya dariku. Beberapa saat kemudian aku menggelinjang dahsyat sama seperti yang dialami Bayu tadi. Akhirnya kami berpelukan lagi dan sambil menikmati guyuran sower, kami saling membersihkan badan, mandi bersama.

TAMAT





Article Directory: http://www.sumbercerita.com




Ngintip Aaaahh... - 1
(by: cint@bandung.com)

Akhirnya aku bisa menikmati pemandangan kamar mandi yang terletak di belakang rumah melalui komputer di kamarku. Setelah sekian lama, akhirnya aku mendapatkan posisi yang sangat strategis untuk sudut pandang kamera digitalku, sehingga dengan leluasa aku dapat melihat seluruh ruangan kamar mandi, seolah mengintip dari langit-langit. Kamera itu hadiah ulang tahun dari kedua orang-tuaku.

Kenapa aku ingin sekali mengintip kegiatan yang terjadi di kamar mandi itu, semenjak orang tuaku harus pindah tugas ke lain kota, aku harus tinggal sendiri di rumah. Maka orang tuaku mencarikan seseorang untuk membantu mengurusi rumah, karena pembantu kami yang dulu ikut serta kedua orang tuaku. Orang yang diminta untuk mengurusi segala hal keperluan di rumah itu, bernama Doni, umurnya sekitar 22 tahun, tinggi sekitar 167 cm berat proporsional, berwajah menarik (menurutku).

Tubuhnya yang padat dan berotot itu membuat aku ingin melihatnya dalam keadaan bugil. Tapi karena aku takut ketahuan, makanya begitu ada kesempatan untuk membeli kamera digital, dengan segala cara aku mengusahakan bagaimana caranya aku dapat memasangkan kamera itu dengan aman. Sejak kamera tersebut dapat bekerja sebagaimana fungsinya, aku mendapatkan tontonan gratis "live" dari kamar mandi!

Setelah sering aku perhatikan, ternyata tubuh si Doni itu memang pantas diacungkan jempol. Dan mataku paling sering tertuju pada kemaluannya itu. Aku sudah merasa cukup puas dengan melihat tubuh bugil si Doni, pada saat dia mandi, tanpa ada keinginan untuk menggodanya agar menyerahkan seluruh tubuh indahnya kepadaku. Aku kurang cukup nyali untuk itu.

Aku anak kedua dan sekaligus bungsu. Jarak umur antara aku dan kakakku sekitar 6 tahunan. Setelah menyelesaikan kuliahnya kakakku langsung bekerja di perusahaan swasta di Jakarta. Dan sudah hampir setahun dia tidak pernah pulang ke rumah, karena dia mengikuti training di Jerman. Aku sangat mengidolakan kakakku itu, gimana nggak, dia sangat baik, meskipun sikapnya agak dingin.

Tapi aku justru suka sekali karena sikap dinginnya itu. Katanya dua bulan lagi kakakku itu pulang ke Indonesia. Ya, aku sih seneng aja, habis aku kangen sekali sama kakakku itu. Orang tuaku jarang pulang ke sini, mungkin karena terlalu sibuk dengan pekerjaan ayahku, karenanya akulah yang sering mengunjungi mereka, sedangkan rumahku yang ada cuma aku dan si sexy Doni.

Aku sendiri jarang ngobrol dengan si Doni itu, soalnya aku baru pulang ke rumah paling cepat sore, itupun pada saat aku ingin ngintip si Doni pada saat dia mandi sore, kalau terpaksa harus pulang malam ya pulang malam. Maklumlah selain kuliah semester ini begitu padat, aku kadang suka nongkrong bersama teman-teman di daerah sekitar kampus.

Kadang aku juga mengajak teman-teman ke rumah, tapi tidak sering, dan aku tetap merahasiakan kamera pengintaiku itu. kalau mereka sampai tahu, matilah aku, bolehlah kamera itu untuk mengintip di kamar mandi, tapi teman-temanku kan tahu dengan pasti, dirumahku itu hanya ada aku dan pembantuku itu saja. Bisa-bisa mereka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan "perasaan lain"ku itu.

Pada suatu sore, ketika aku masuk rumah, ternyata kakakku sudah ada di dalam, surprise sekali. Kata kakakku proses trainingnya dipersingkat, sehingga bisa pulang lebih lama. Hmm.. melihat kakakku itu, aku semakin suka saja melihatnya, mungkin selama dia training, dia selalu menjaga otot-ototnya sehingga dia bertambah kekar dan tambah enak dilihat.

Dan wajahnya semakin segar dan ganteng aja. Kata kakakku, dalam waktu dekat ini dia akan dipindahtugaskan ke kota ini. Senang sih, cuma aku takut, kalau-kalau kakakku akan mengetahui kebiasaanku mengintip si Doni di kamar mandi, meskipun aku telah memasang kabel antara kamera dengan komputer secara rapi sekali. Yang aku takutkan, kakakku itu jago ngotak-ngatik komputer juga. Ah.. nggak tau deh!!

Aku melihat perubahan dari kakakku, dia sekarang tidak begitu dingin seperti biasanya, dia agak banyak ngomong (menurutku).
"De, (ade adalah nama panggilanku) sejak kapan si Doni kerja disini?", tanya kakakku ditengah-tengah pembicaraan. "Yaah, kira-kira udah 4 bulanan lah A!" (Aa, panggilan untuk kakakku).

Menurut pembantuku, kakakku sampai kerumah sekitar jam sepuluh pagi, untungnya wajah kakakku tidak beda jauh denganku, sehingga dengan mudah si Doni mengenali bahwa itu adalah kakakku. Dan rupanya aku lihat kakakku sudah cukup akrab dengan pembantuku itu, aku agak cemburu melihatnya, soalnya aku memang kurang tertarik untuk ngobrol basa-basi.

Menjelang malam, kakakku meminta si Doni untuk membeli sate, untuk makan malam ini, oh ya, selain menjaga rumah, pembantuku ternyata cukup jago masak. Sehingga kadang aku makan di rumah juga. Begitu si Doni keluar untuk membeli makan malam, kakakku bersiap mandi, dan aku agak heran, kenapa dia malah mandi di kamar mandi belakang. Pikiran iseng ku mengajak untuk mengintip kakakku yang akan mandi itu.

Jantungku langsung berdegup dengan keras. Cuma rasa keingintahuanku untuk melihat kakakku bugil yang membuatku nekat langsung ngacir menuju kamarku. Aku kunci kamarku, lalu aku memulai aksi ngintipku itu. Aku melihat kakaku sedang jongkok, hanya terlihat kepalanya saja, karena terhalang oleh bak kamar mandi (rupanya sedang buang air besar, red). Aku sih nyengir aja.

Tak lama kakakku selesai menyiram kakus dan bersih-bersih, lalu dia bersiap mau mandi. Dan, aku melihat kakakku melepas semua yang melekat pada tubuhnya, oh.. indah sekali pemandangan di layar monitorku ini. Lalu dia menghampiri gantungan baju dimana si Doni selalu menggantukan pakaian kotornya disitu, ya nggak banyak sih. Dan aku heran, kakakku merogoh-rogoh seperti sedang mencari sesuatu, lalu dia menarik sebuah benda, yaitu.. kolornya si Doni.

Degupan jantungku semakin keras, dan aku semakin penasaran dengan apa yang akan dilakukan kakakku itu. Ternyata dia langsung mencium CD (celana dalam) dan seperti menghirup aroma CD itu. Semakin berdebar jantungku, kepalaku seperti berputar-putar melihat kelakuan kakakku itu. Lalu aku perhatikan kontol kakakku menjadi tegang, sedangkan dia terus menerus menciumi CD itu, dan tangan kanan kakakku memulai gerakan mengocok kontolnya sendiri. Oh Shit!! Aku bertanya-tanya dan semakin penasaran, apakah kakakku menyukai si Doni juga??

Setelah agak lama kakakku mengocok-ngocok kontolnya, lalu dia meraih sebuah botol bening, lalu menumpahkan cairan botol itu ke telapak tangannya, lalu dia menyarungkan CD si Doni itu ke kepalanya. Dan ke dua tangannya sibuk ngotak-ngatik barangnya itu. Aku sempat cekikikan melihat gaya kakakku menyarungkan CD itu menutupi kepalanya. Lalu kakakku menaikkan kaki kirinya sehingga posisinya menghadap kamera, karena itu aku dapat melihat dari arah depan-atas, kakakku sedang menikmati CD yang sudah dipakai sambil ngocok.

Tak lama setelah itu, sambil tangan kanannya mengocok kontolnya, tangan kiri kakakku pindah ke belakang pahanya, dan.., ternyata tangan kirinya itu seperti menekan-nekan sesuatu dari arah belakang. Wajah kakakku tertutup oleh CD, lalu dia menurunkan kaki kirinya dan meraih botol cairan itu lagi, lalu cairan yang ada ditelapak tangannya di oleskannya ke pantatnya, aku dapat melihat dengan jelas, karena pada saat kakakku mengolesi kontol dan pantatnya itu posisinya berubah menghadap bak kamar mandi. Lalu dia lepaskan CD yang menutupin kepalanya itu, dan dia memulai lagi gerakan seperti tadi, tapi kali ini kaki kanannya yang dinaikkan ke atas bibir bak.

Dan seperti tadi pula, sementara tangan kanannya mengocok kontolnya, tangan kirinya di menekan-nekan sesuatu, yang sekarang aku dapat dengan jelas karena posisi kakakku membelakangi kamera, dan aku lihat tangan kiri kakakku, bergerak maju mundur, dan terlihat dengan jelas bahwa dia memasukkan jari tengah ke lubang pantatnya. Oh God!! Apa ini, aku menjadi bingung, apa yang sedang dilakukakan kakakku itu, dan aku merogoh kedalam celanaku, aku keluarkan kontolku yang sudah tegang dari tadi itu, ternyata sudah mengeluarkan cairan bening, aku benar-benar bingung.

Sejak awal dia menciumi CD, aku mulai menduga bahwa kakakku suka dengan si Doni pembantu kami, ternyata bukan aku saja yang suka, kakakku juga. Hanya saja, sekarang ini aku bingung tambah sedikit senang juga, melihat apa yang dilakukan kakakku itu. Sekarang terlihat gerakan tubuh kakakku seperti yang menikmati betul, kocokan tangan dan tusukan jarinya itu. Dan tak lama terlihat tubuh kakakku seperti menegang, mungkin maninya keluar, tidak terlihat sih karena terhalang oleh badannya.

Setelah itu dia mandi, dan aku langsung mematikan komputerku itu, dan mencabut konektor kabel yang menghubungkan antara kabel dan kamera ku itu, lalu aku gulung ujung kabelnya dan aku selipkan di tempat yang aman. Lalu aku langsung menuju kamar mandi biar kakakku tidak mendapatkan aku yang pucat dan bingung, lalu aku mandi untuk menenangkan pikiranku.

Rupanya si Doni sudah pulang dari tadi. Lalu aku dan kakakku bersiap untuk makan malam dengan sate. Pada saat makan, aku sering curi-curi untuk memperhatikan wajah kakakku, setelah kejadian tadi. Tapi aku gak melihat tanda-tanda gugup atau perasaan bersalah. Dan selama ngobrol di meja makan itu, kadang aku secara gugup menjawab beberapa pertanyaan kakakku (Grogi, kesal, marah, horny, red). Lalu setelah makan, aku ngobrol lagi dengan kakakku sambil nonton TV juga sambil merokok, lumayanlah rasa gugup ku bisa aku kendalikan.

Malam semakin larut, aku lihat kamar si Doni sudah tertutup, hmm, berarti dia sudah tidur. "De, tidur yuk", ajak kakakku, entah bisikan dari mana, dengan spontan aku menjawab, "Ya, Aa duluan aja, emang nya kita mau tidur bareng? Aa khan punya kamar sendiri", itu yang terucap dari tenggorokanku, aku kira ucapanku tadi akan berlalu begitu saja, ternyata, kakakku membalas, "Alaa, waktu dulu loe selalu ngerengek-rengek pengen tidur sama Aa!!" balasnya sambil tersenyum lalu mengepalkan tinju. Aku hanya tersipu saja.

Dan sekarang tinggal aku sendiri bengong menghadap TV yang acaranya garing. Aaah bete, emang sih dulu waktu aku masih kecil, aku selalu tidur sekamar dengan kakakku itu, sampai kelas 2 SMP aku mulai jarang tidur dengan kakakku, dan mulai tidur sendiri. Dengan gontai aku matikan TV, lalu aku menuju kamarku. Lalu aku merebahkan diri, dan terbayanglah semua kejadian pada saat aku mengintip kakakku tadi sore itu, menyesal juga aku tidak merekam kejadian tadi sore, lumayan khan bisa diputer berulang-ulang.

Aku merasa akan tidak bisa tidur, aku lihat jam menunjukkan pukul 22.30, gila, belom bisa tidur juga nih. Memang sih aku biasa tidur diatas jam 23.00. Lalu terbayang ajakan kakakku yang mengajak tidur bareng, entah serius entah becanda. Yang paling bingung adalah, aku horny karena melihat kelakuan kakakku, rasa marah, kesal, dan bingung, bercampur. Dan terlintas juga dalam benakku, untuk pindah tidur ke kamar kakakku. Aku berfikir, wajarlah adik kangen dengan kakak sendiri, aku berdalih seperti itu, makanya aku nekat untuk pindah ke kamar kakakku.

Perasaan tegang menyelimuti hatiku. Dan, sekarang tepat didepan ku ada pintu yang menghalangi aku untuk bisa masuk ke dalam kamar kakakku. Dan karena sudah terlanjur nekat dan rasa penasaran yang begitu besar (aku ngaceng pada saat itu, makanya aku menenteng selimut untuk menutupi tonjolannya). Lalu aku ketuk kamar kakakku itu, "A..!!, Aa..!!", tapi, tidak ada jawaban. Kesal juga nih! lalu aku ketuk lagi agak keras seraya memanggil dia. Dan, tak lama terdengar bunyi anak kunci diputar dan terbuka lah kamar kakakku itu, terlihat kakakku hanya mengenakan boxer saja tanpa baju, dan sekilas aku melihat tonjolan di selangkangannya, kayaknya baru setengah tegang. Sebelum dia bertanya, aku langsung mengatakan padanya, bahwa aku pengen tidur dengan dia, soalnya gak bisa tidur, ya kali aja sambil ngobrol malah bisa cepet tidur. Kakakku hanya tersenyum lalu menutup pintu dan mematikan lampu kamar.

Selama berbaring di sebelah kakakku itu aku tambah gelisah, dan degupan jantungku makin mengeras, aku melirik dalam kamar yang remang-remang itu, tonjolan di bawah pusar kakakku itu semakin membesar dan memanjang. Aku menelan ludah dan semakin gelisah. Lalu aku mencoba memejamkan mata agar bisa tertidur. Tak lama aku dikagetkan oleh suara kakakku, "De, loe gelisah gitu kenapa?", aku hanya diam dan terus memejamkan mata pura-pura tidur. Lalu aku membuka sedikit mataku, dan menjaga agar tetap terlihat terpejam, aku melihat kakakku sedang memperhatikan aku. Damn it!!

Aku ingin sekali dicium olehnya. Lalu dengan pelan tangannya meraba dadaku, tepat diatas degupan dadaku. Mati gue!! Kakakku ngetes kali nih. Mendapat sentuhan seperti itu aku makin gak tahan, dan aku sudah tidak peduli lagi dia kakakku atau bukan, lalu dengan gerakan pelan aku tarik menggunakan ku selimut yang menutupi badanku, lagi pula gerah. Dan tentu saja karena aku hanya pake celana pendek, dalam remang seperti itu bakalan terlihat tonjolan diselangkanganku. Aku hanya menunggu reaksi dari kakakku saja, karena aku bingung harus gimana, karena yang dihadapan ku itu bukan orang lain, tapi kakakku sendiri.

Lalu tangan kakakku bergerak dengan pelan menuju arah perut, dan dengan cepat tangannya itu pindah ke kontolku yang udah ngaceng berat. Kakakku meremas-remas kontolku, sepertinya dia ingin tahu seberapa besar diameter dan panjangnya. Nafasku menjadi cepat. Dan tiba-tiba kakakku menghentikan gerayangannya lalu berdiri dan menyalakan lampu kamar. Lalu aku pura-pura terbangun, "A, matiin dong lampunya gak bisa tidur nih", kakakku hanya nyengir aja, lalu naik lagi ke kasur dan mengangkat tubuhku sampai aku terduduk. Kami duduk berhadapan, dan aku melihat kakakku yang hanya mengenakan celana boxer saja, sehingga nampak dengan jelas kontolnya ngaceeng dengan kerasnya.

Lalu kakakku memegang pundakku dan mendekatkan kepalanya ke arah mukaku, aku menatap ke arah mata kakakku dengan penuh harap, dan aku membalas dengan memegang pundak kakakku itu, dan dengan otomatis kami langsung berciuman. Ah, nikmat sekali. Dibukanya kaos yang melekat di tubuhku, dan kakakku seperti yang kesurupan menggerayangi semua tubuhku sambil berciuman, wet kiss, aku pun melakukan hal yang sama, tapi begitu aku hendak meraih isi dibalik boxer kakakku, dia langsung mencegahnya dan menarik kembali tanganku. "kenapa A?" tanyaku, dia menatapku dalam-dalam dan melontarkan pertanyaan, "loe dari kapan jadi kayak gini de?" lalu aku jawab bahwa aku mulai mengagumi kakakku sejak sma, tapi hanya sekedar kagum saja, lama-lama pada saat aku browsing di internet aku melihat gambar-gambar gay, aku jadi tertarik, dan seterusnya..





Article Directory: http://www.sumbercerita.com




Ngintip Aaaahh... - 2
(by: cint@bandung.com)

Lalu pada saat aku menanyakan pada kakakku kenapa dia jadi menyukai laki-laki, dia merasakan kenikmatan bercumbu dengan laki-laki selama mengikuti training di Jerman, mulanya teman sekamarnya yang memperkenalkan kakakku ke dunia gay. Dan timbul rasa penasaran pada saat aku melihat kakakku di kamar mandi belakang akhirnya aku terus terang bahwa aku mengintip dia waktu sore tadi. Dia kaget, akhirnya dia tertawa agak keras, dan aku bertanya, "A, tadi aa masukin jari ke pantat ya?" tanya ku, kakakku mengangguk, "rasanya gimana A, sakit atau enak", tanyaku. "mau tau rasanya, ade ganteng?" aku mengangguk dengan mantap.

Lalu dia membuka boxernya dan dia meminta aku untuk membuka celanaku. Lalu kami sama-sama bugil dan kakakku langsung melumat kontolku, aku langsung mengambil posisi terlentang, dan uaah enak sekali. Tak lama, "Ade sayang, pengen tau rasanya waktu Aa masukin jari ke pantat?", tanya kakakku, aku mengangguk, lalu dengan paksa kakakku mendorong pahaku hingga menekuk di dadaku, aku kira dia akan mengisap kontol lagi tapi ternyata bukan, terasa olehku lidah kakakku itu menjilati lubang anus ku, "Oooh A-a, enak aa.." Gila, pikirku, enak banget nih, pantas saja kakakku begitu menikmati pada saat dia memasukkan jarinya ke pantatnya.

Karena tidak kuat menahan geli, aku meminta kakakku untuk menghentikan jilatannya itu. Lalu aku mendorong kakakku hingga dia terlentang. Dan aku meniru apa yang dilakukan kakakku tadi. Tapi pada saat aku mau menjilat anus kakakku, ada perasaan jijik, tapi tercium bau khas yang sangat menggoda hingga akhirnya lidahku menjilat semua area anus kakakku. Ternyata menjilat juga ada kenikmatan tersendiri, ditengah asiknya aku menjilat anus kakakku, kakakku menarik kepalaku dan menciumi bibirku, lalu jarinya dimasukan ke dalam lubang pantatnya, dan memintaku untuk menusuk pantatnya dengan kontolku ini.

Lalu dia meraih botol yang disimpan dilaci meja disamping ranjang, lalu dia melumuri kontolku dan anusnya dengan cairan, yang ternyata itu adalah baby oil. Dengan rasa penasaran aku masukkan kontolku dengan bimbingan kakakku, kakinya tertopang pada bahuku, sehingga kontolku bisa lebih dalam lagi masuk kedalam pantat kakakku, hangat dan empuk. Setelah mendapat tanda, bahwa aku harus menggenjot pinggulku, maka aku langsung bergerak me-maju-mundurkan pinggulku dan terasa sekali gesekan pantatnya menjepit kontolku enak sekali, dan tak lama aku mengeluarkan mani di dalam pantat kakakku, aku sudah tidak tahan lagi pada saat titik klimaks.

Aku langsung merebahkan diri diatas kakakku dan langsung menciumnya. Kakakku tersenyum puas (padahal dia belum mencapai ejakulasi). Tak lama, kakakku mengajakku untuk membersihkan badan. Aku heran kenapa kakakku tidak ingin mengeluarkan air maninya pada saat itu, menurut dia, tadi sore khan udah, laen kali deh, katanya. Esok harinya kami melakukannya lagi, tapi kali ini di kamarku, dan kami lakukan sore hari sambil menonton si Doni mandi.

Entah apa yang merasuki kakakku, tiba-tiba kakakku mengajak untuk mengetes Doni dengan harapan bisa ngerjain dia, karena kakakku itu sangat penasaran dengan Doni. Yaa, aku sih nurut aja, karena memang si Doni bikin aku penasaran juga.

"Eh, de, kita kerjain si Doni yu, Aa pengen ngetes apa dia bisa kita ajak untuk gituan.." Ah memang kakakku ini jadi lebih iseng dan nekat. Lalu dia punya ide untuk memancing pembantu kami itu. Idenya dia itu berawal dari CD si Doni yang kebanyakan sudah pada bolong, jadi kakakku mempunyai rencana akan memberikan CD baru buat dia. Untunglah kakakku mempunyai stok banyak baik boxer ataupun G-string, jadi bisa dipakai sebagai umpan.
Lalu kakakku menceritakan semua rencananya dengan jelas, pokoknya kalo pengen berhasil aku harus mengikuti apa perintah dia.

Setelah kakakku menyiapkan semuanya termasuk umpan, lalu dia menyuruhku untuk pura-pura ngotak-ngatik yang ada dikomputer, sedangkan dia berbaring telungkup di kasur kamarku hanya mengenakan boxer hitam kesukaannya. Lalu dia memanggil si Doni. Tak lama pembantuku itu menghampiri dan masuk ke kamarku, "Ada apah A?" tanya nya. Lalu, "Don kamu udah mandi", tanya kakakku basa-basi, yang ditanya mengiyakan, "Don, kenapa sih kolor kamu pada sobek?" tanya kakakku, yang di tanya hanya mesem-mesem saja,"ya udah, nih pakek oleh-oleh dari Aa" seraya kakakku memberikan sebuah G-string dan Boxer, "tapi harus langsung di coba ya.." kata kakakku. Si Doni mengangguk dan menerima pemberian kakakku itu, lalu kakakku duduk dan menutup tonjolan yang mengeras di selangkangannya dengan bantal.

Kakakku meminta si Doni untuk mencobanya sekarang di depan kami berdua. "udahlah Don, pakai aja, lagian kita khan sama-sama cowok, masak harus malu sih, kalo dicoba sekarang, misalnya ukuran nya gak pas bisa dituker." Bujuk kakakku itu. akhirnya dengan perasaan terpaksa si Doni membuka celananya dan mengenakan underwear pemberian kakakku secara bergantian. Terlihat dengan jelas kontol yang lemas tergantung di selangkangan Doni setiap dia membuka undie's nya, dan terakhir dia mengenakan G-stringnya, terlihat begitu pas untuk pantatnya yang bulat dan terlihat sexy sekali.

Dan setelah berhasil pada tahap pertama, kakakku langsung melancarkan serangan kedua, dia langsung telungkup lagi di kasur, dan meminta kepada Doni untuk memijat badannya. Pada saat dia akan meraih celananya aku sudah lebih dulu meraih celana panjangnya itu sehingga dia kebingungan, aku berkata, "kasihan Don, si Aa udah capek banget jadi biar gak usah nunggu lama, langsung aja mijit" dengan keadaan pakek G-string doang.

Dengan terpaksa pula dia mengikuti apa yang kuperintahkan, lalu dia mendekati kakakku yang sedang tertelungkup sambil menutup tonjolan kontolnya karena malu, kadang dia juga menutup pantatnya yang terbuka lebar. "Don, kagoklah (terlanjur, red) udah sekalian buka aja kaos nya, biar mijitnya bebas", mungkin karena takut atau karena apa, si Doni menurut perintah kakakku, ooh shit, aku melihat secara langsung tubuh indah Doni didepan mataku, lalu dia langsung memijit punggung kakakku, awalnya si Doni memijit dengan duduk di ranjang saja.

Tapi kakaku memerintahkan untuk memijit sambil menduduki pantat kakakku yang hanya terbungkus boxer itu. Meskipun jadi kikuk, si Doni terus saja memijat punggung kakakku itu. Sesuai dengan perintah, aku harus memperhatikan apakah kontol si Doni mengeras atau tidak, ternyata setelah beberapa menit, tidak terjadi perubahan apa-apa, sambil main komputer aku memberikan kode pada kakakku bahwa di Doni tidak ngaceng.

Setelah tahu dari isyarat, kakakku mulai melancarkan serangan berikutnya. "Don, suka nonton BF gak", yang ditanya hanya senyum saja. "kalo suka, ya sambil mijit kita puterin film BF ya? Gimana, mau?" tawar kakakku, si Doni hanya senyum dan berkata, "terserah..lah", lalu aku dengan sigap memutar film BF di komputer. Setelah berapa lama barulah terlihat si Doni itu ngaceng. Nampaknya G-string yang dia kenakan tak dapat menampung kontolnya itu. Lalu dengan repotnya dia menghentikan pijatannya, lalu mencari cari perlindungan untuk menutupi kontolnya itu.

Melihat itu kakakku dengan bijaksananya berkata," udahlah Don, kamu gak usah malu kalo ngaceng, Aa juga ngaceng koq, kalo gak percaya nih liat, kakakku menarik dan membuka boxer nya dan tersembullah kontol ngaceng kakakku, " oke sekarang biar adil semua yang ada disini harus bugil, lalu pura-pura kakakku menyuruhku bugil, aku dengan perlahan membuka semua pakaianku, hanya tinggal Doni dengan posisi tangannya menutupi kontol, yang terbungkus G-string itu. Ayo Don, disini cuma kita bertiga, lagian cowok semua, sekali-kali nonton BF sambil bugil.

Akhirnya Doni menurunkan G-stringnya itu. Aku sudah tidak tahan melihat kakakku dan Doni sudah bugil, ingin rasanya menerkam keduanya, cuma aku ingat pesan kakakku, kalo misi ini pengen berhasil, ikuti perintah dia. OK deh Kakaak. Lalu kami bertiga duduk menikmati tontonan film BF sambil bugil dan menjaga jarak agar tidak saling menyentuh, sesuai rencana, Doni duduk ditengah-tengah. Lalu kakakku mulai memancing, "Don kamu kalo lagi kepengen ngapain Don?", "Ah paling ngocok aja, A'", jawabnya, "pernah gituan gak?" Tanya kakakku, si Doni menggeleng. "Don, A'a' pernah diisep sama orang, enaak deh Don.., mau coba gak? "tanya kakakku.

Lalu kakakku mulai memancing suasana, dengan mengocok ngocok, kontolnya sendiri, Doni yang duduk disebelahnya melihat sejenak apa yang dilakukan kakakku, sambil tangannya meraih kontolnya juga. "Don pernah pegang kontol orang lain?" tanya kakakku, Doni menggeleng, sambil menatap adegan di film itu. Lalu terlihat Doni mulai membelai kontolnya, melihat itu, kakakku langsung menarik tangan kanan Doni dan meletakkan tangannya itu di kontol kakakku. Doni bengong, karena tangannya di pegang dengan keras oleh kakakku, aku yang duduk disebelah kiri Doni, begitu mendapat kode dari kakakku, aku langsung menerjang dan menghisap kontol Doni yang ternyata lebih besar dari kontol kakakku ataupun punyaku.

Tangan Doni yang akan menepiskan kepalaku dihalangi oleh kakakku, dan kakakku langsung meraih bibir Doni dengan bibirnya, dengan rontaan yang kurang berarti, akhirnya si Doni berhenti meronta dan mulai menikmati permainan ini. Aku sudah merasa pegal menyepong kontol si Doni lalu aku menyodorkan kontolku ke arah mulut kakakku yang sedang menciumi bibir Doni. Lalu kakakku langsung melumat kontolku di dekat bibir Doni, lalu ditariknya ujung kontol ku itu ke arah bibir Doni, dengan usaha sedikit akhirnya Doni mau juga menghisap kontol ku, nampaknya dia menikmati, lalu kakakku langsung menyamber kontol Doni, Doni mendesah-desah, karena sepongan kakakku bikin ngelayang, sambil telentang, Doni masih menghisap kontolku.

Melihat kakakku menjilati kontol Doni dengan semangat, aku jadi kepingin lagi, lalu aku memutar badan, sehingga posisi aku dan Doni menjadi 69, Doni tetap di bawah dan terus menghisap kontol ku, secara bergantian aku menghisap kontol Doni dengan kakakku, lalu kakakku menghisap dari arah bijinya ooh enak sekali. Pada saat aku menyepong, dan Doni masih terus ngisep, lalu kakakku memberikan jilatan pertamanya pada pantat Doni dengan merentangkan kaki Doni, aku tersentak oleh dorongan Doni, sampai aku melepas kan isapan ku dan diapun melepaskan isapannya lalu dia meronta, "aduuh a-aa lagi diapain niih?", kakakku menghentikan jilatannya sejenak lalu menanyakan enak apa tidak kepada Doni, yang ditanya menjawab enak! Ya sudah, kakakku melanjutkan jilatan ke anusnya Doni, sedangkan aku meneruskan 69 styleku dengan Doni, tak kukira, beberapa saat setelah itu, Doni langsung meraih dan mencoba untuk menjilat pantatku, dan ooh jilatan Doni meskipun belum mahir tapi sungguh enak, dan tak lama kakakku menghentikan jilatannya lalu berbaring.

Dan aku langsung mengerti bahwa kakakku sudah ingin di fuck. Lalu dia mengambil baby oil yang sudah dipersiapkan, lalu melumuri pantatnya dengan baby oil itu, lalu aku menarik kontol Doni kemulut anus kakakku yang sudah licin itu, meskipun agak bingung, Doni menurut saja, dan aku dorong pantatnya dari belakang, agar pinggulnya bergerak maju mundur, dan setelah terbiasa aku melihat gerakan Doni sudah luwes, dan aku sangat ingin sekali memasukkan kontolku ke dalam pantat Doni yang sedang ngegenjot pantat kakakku, gerakan Doni sangat merangsangku, lalu dari belakang aku lumuri daerah sekitar anus Doni sampai akhirnya dia harus menghentikan genjotannya karena aku agak kesulitan memasukkan kontolku ke pantat Doni, maklumlah, masih perawan.

Dengan agak meringis Doni merasakan kontolku masuk ke dalam anusnya, lalu kakakku menyuruh Doni untuk ngegenjot lagi, "biar gak sakit Don", itu katanya, dan benar saja, begitu Doni menggenjot lagi pantatnya, lama-lama Doni menikmati tusukan kontolku di pantatnya, karena anusnya masih rapat sakali dan menimbulkan rasa enak luar biasa, tak lama aku mengeluarkan maniku di dalam pantat Doni, beberapa menit kemudian Doni mengeluarkan pejuh juga di dalam pantat kakakku, dan disusul berbarengan kakakku sambil mengocok kontolnya juga muncrat, pancaran maninya menyebar ke dada kakakku dan sekitar perutnya. Oooh enak banget.

Aku dan Doni langsung memeluk kakakku, kami bertiga saling berciuman. Setelah tenaga kami agak pulih lalu kami mandi bareng di kamarmandi, dan setelah itu kita makan di luar, kebetulan waktu itu malam minggu. Dan hari itu pulalah aku baru mengetahui bahwa si Doni itu mempunyai saudara kembar bernama Dino. Dan dia pun menceritakan, kalau untuk masalah pengalaman seks, paling Doni dan Dino itu hanya coli/ngocok bareng, itu dilakukan di sungai di desa mereka, itu pun sudah lama.

Dan Doni sangat rindu sekali pada saudara kembarnya itu, dulu karena ibuku hanya memerlukan satu orang untuk membantu di rumah kami, akhirnya hanya Doni sajalah yang tinggal di rumahku. Setelah mendengar semua penuturan Doni. Kakakku menawarkan pada Doni, bagaimana kalau dia mengajak saudara kembarnya itu untuk tinggal di rumah kami juga, soalnya kakakku rencananya mau mencari orang untuk menjadi sopir. Lalu Doni menerima tawaran itu dan rencana besok dia akan pulang dulu ke kampungnya untuk mengajak saudara kembarnya itu untuk tinggal di rumah kami ini.

Esok harinya entah ada angin apa, kakakku berniat mengantar Doni untuk menjemput saudaranya itu. Dan singkatnya, kami bertiga sampai ke rumah Doni di kampungnya, dan benar saja, sosok tubuh yang bernama Dino itu benar-benar mirip dengan Doni. Lalu setelah kakakku ngobrol baik-baik dengan Dino juga dengan keluarganya dan mengutarakan maksud kedatangan kami, pada saat kakakku menanyakan, "Gimana Din mau nggak ngebantu saya, kalaupun belum bisa, nanti khan bisa kursus nyetir dulu", yang ditanya malah melirik ke arah bapaknya, dan bapaknya hanya berkata "terserah!!", lalu kakakku memastikan dan bertanya kembali, dan kata yang terucap oleh Dino adalah, "Ya, saya mau!".





Article Directory: http://www.sumbercerita.com




Titipan Boss
(by: and_re@satumail.com)

Aku mengenal Revo sebagai anak boss-ku. Dia sering main ke kantorku sambil menjemput bapaknya pulang. Oleh karena itu aku sering melihatnya di kantor, entah sedang membaca koran sambil menunggu bapaknya, atau ngobrol dengan anak buahku yang tentunya juga anak buah bapaknya. Selama itu hubungan kami biasa-biasa saja, maksudnya tidak lebih dari sekedar saling tegur kalau aku keluar ruangan. Biar bagaimanapun aku harus berbasa-basi juga dengan anak boss. Tidak pernah lebih dari itu. Maklumlah, aku merupakan orang yang tidak terlalu mudah akrab dengan orang lain.

Namun ceritanya jadi lain ketika ternyata belakangan ini Revo membuat perusahaan dengan teman-temannya dan berniat jadi rekanan di kantorku. Sebagai anak boss, tentu aku harus membantunya. Apalagi boss-ku sudah menitipkan Revo kepadaku supaya membantu Revo, termasuk memberi order pekerjaan kalau ada. Alasannya ingin mempersiapkan Revo supaya bisa mandiri, sebab ayahnya akan memasuki masa pensiun 8 bulan lagi. Sebenarnya dalam hati kecilku, aku merasa janggal dan tidak enak hati. Kok di jaman reformasi seperti ini masih ada yang berniat KKN dengan memasukkan anaknya jadi rekanan. Tapi yah sudahlah, dengan tulus kubantu mengurus ini dan itu.

Karena sering mencari informasi, kami jadi sering bertemu dan ngobrol. Apalagi Revo sepertinya tipe anak papi yang segala sesuatunya minta diurusi dan dibantu oleh orang lain. Jadi setiap ada kesulitan pasti masuk ke ruanganku dan tanya ini itu. Hal inilah yang membuat kami menjadi lebih dekat. Apalagi dia memanggilku dengan sebutan mas. Memang umurnya hanya 3 tahun di bawahku.

Sejak menjadi rekanan, aku mulai sering memperhatikan penampilan Revo mulai berubah, mulai rapi dan sering berdasi, membuat penampilannya menjadi lebih menarik dan ganteng. Namun tetap saja kesan sebagai anak papi tidak bisa ditanggalkan.

Suatu ketika, saat jam istirahat siang, aku masih asyik di ruangan kerja. Aku memang selalu makan siang di ruanganku sendiri, tidak ke kantin seperti yang lain. Jadi suasana kantor sepi. Jam-jam seperti ini biasanya kumanfaatkan untuk membuka situs-situs gay di internet. Monitor komputer memang kutempatkan di sisi kiri, sehingga posisi pintu masuk ke ruang kerjaku menjadi berada di belakangku dan untuk melihat siapa yang masuk, aku harus membalikkan badan. Suasana kantor yang sepi membuatku begitu asyik sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Revo di ruangan kerjaku. Aku masih terus asyik melihat gambar cowok-cowok bugil sampai aku tersadar dan kaget ketika tiba-tiba Revo berbicara, "Wah asyik tuh Mas gambarnya, ada yang lain tidak?"

Deg.. jantungku serasa copot mendengar suara seseorang yang ternyata sejak tadi ikut nimbrung melihat situs-situs yang kubuka. Aku tidak tahu sudah berapa lama Revo ada di ruanganku, namun yang jelas aku jadi salah tingkah karena takut ada yang tahu siapa aku sebenarnya.

Kubalikkan badanku dan terlihat Revo berdiri di depanku di sisi meja sambil terus melihat ke layar monitor. Melihat ekspresinya yang sepertinya ikut menikmati, aku mulai menguasai diri dan mencoba bersikap tenang meskipun dadaku masih berdebar karena kepergok oleh orang lain.

"Ehm.. Revo.. ehm.. kamu udah datang.. eh udah lama?"
"Mas, senang liat gambar-gambar begini?"
Aku tidak bisa jawab ya atau tidak, tapi kujawab saja sekenanya, "Ehm.. kebetulan aja.. lagi iseng.. Vo.."
"Mas, coba liat gambar yang tadi.." pinta Revo ketika melihat gambar 2 orang cowok yang sedang action di layar monitor. Untuk memperjelas penglihatannya, Revo membungkukkan badannya ke arah monitor, menyebabkan wajahnya hanya beberapa centi dari wajahku. Kuperhatikan wajahnya dari samping, pipinya yang mulus, hidungnya yang agak mancung dan bibir yang mungil. Hal ini membuatku bergairah, dan tiba-tiba saja entah apa yang mendorongku, kuelus pipinya sambil sedikit mendorong lebih dekat ke wajahku. Kuelus tangan kirinya yang berada di kursiku dan kucium pelan pipinya.

Revo masih asyik dan karena terpesonanya melihat gambar cowok-cowok yang sedang berhubungan, ia tidak menyadari apa yang kulakukan. Kudekatkan hidungku ke telinganya, menyebabkan udara panas dari hidungku menerpa telinganya, sambil berguman pelan, "Daripada liat gambar, mending ngelakoninya, Vo.."

Rupanya Revo mendengar ucapanku, menyebabkan ia menoleh ke arahku, dan wajahnya tepat di depanku. Dengan badan yang masih membungkuk dipandanginya mataku dan tanpa ada yang memberi komando, tiba-tiba saja bibirnya sudah menyentuh bibirku. Saat itu juga entah magnet apa yang menarik kita berdua dalam ciuman lembut, ciuman pertamanya yang tak akan pernah kulupakan, kubalas ciumannya dengan penuh nafsu.

Aku sudah tidak peduli lagi siapa Revo dan segala resiko yang harus kutanggung bila ada yang melihat kejadian itu. Bibirnya memagut bibirku dan kami saling berciuman dengan lembutnya. Kupermainkan lidahku di mulutnya, dan ia membalas walau masih dengan rasa ragu. Namun perlahan ia mulai terasa rileks. Cukup lama kami saling mempermainkan lidah, ciumannya tak lepas dariku, aku menikmati Fench kiss itu.

Aku mencoba bangkit dari dudukku. Kubaringkan dirinya di atas mejaku sambil terus memeluknya. Belaian lidahnya di dalam mulutku, kurasakan geloranya, dan dia semakin menggila dengan permainan bibirnya. Aku melihat dia begitu menikmati ciuman itu. Bibir dan lidahnya yang berdansa dalam mulutku, Aku mulai membuka dasi dan kancing bajunya, tangannya yang halus digosokkannya ke tubuhku, aku kegelian dan menikmati kegelian itu. Aku mulai memainkan lidah di tubuhnya, di telinga, di leher, di puting susunya, kuhisap, begitu lembutnya. Aku begitu menikmati tubuhnya. Kulihat kesabaran dirinya, untuk tidak langsung ke bagian lain. Ia menikmati jilatan itu. Ia sudah begitu horny dan hampir mencapai puncaknya. Revo mencoba untuk membuka pakaianku, tetapi akal sehatku segera sadar apa yang telah kami lakukan dan di mana kami berada. Aku mencoba menahan tangannya, "Jangan.. Vo", kataku sambil tersengal, "Nanti ada yang lihat.."
"Mas, kunci pintunya.." pintanya memohon dengan mata yang penuh pengharapan.
"Mas.. oh.. Mas.. Teruskan.." dia masih terus mendesis menahan birahi yang terus memuncak.

Aku tidak tega melihat wajahnya. Kutarik tangannya untuk berdiri dan membimbingnya perlahan ke sofa di sudut ruang kerjaku. Kami berjalan sambil terus berciuman. Kubaringkan tubuhnya di sofa. Untuk memastikan rasa aman, kukunci pintu ruang kerjaku, dan kugantung gagang telepon sehingga kami tidak terganggu dengan dering telepon yang masuk. Paling tidak, orang di luar pasti mengira aku masih on line.

Setelah kurasakan aman, kami langsung mulai. Sekarang kami bebas. Kami duduk di sofa. Tanganku meraba paha Revo. Dan tangan Revo kurasakan di pahaku juga. Sekarang tak usah berbicara lagi. Sekarang tak usah memikirkan lagi apa yang sebaiknya dilakukan. Semuanya sekarang dikendalikan emosi kami. Sambil saling meraba paha, kami saling menatap dengan mata. Dan tiba-tiba bibir Revo mendekati bibirku lagi. Seperti tadi di atas meja, lidah kami saling mengulum. Saya jatuh ke belakang, sekarang saya berbaring di sofa, kepalaku berada di atas lengan kursi. Badan Revo di atas badanku. Lidahnya di dalam mulutku. Tanganku mulai meremas pantatnya lagi. Sayang sekali, dia masih memakai celana. Aku ingin sekali meremas pantatnya yang sekal.

Tetapi sebelum aku mulai melepaskan pakaian Revo, aku yang lebih dahulu ditelanjanginya. Dia membuka dasi dan kemeja yang kupakai. Sekarang aku telanjang dada. Revo ternyata terangsang melihatku begitu. Ia meraih kepalaku dengan kedua tangannya, dan menciumi setiap jengkal daging wajahku, aku menggeliat saat ia menjilat kuping dan tengkukku, tangannya terus ke bawah dan mencoba meraba batang kemaluanku. Nafasnya kuat sambil lidahnya turun dari mulut lewat leher ke dadaku. Tiba-tiba bibirnya sudah ada di puting susuku. "Wah.. enak sekali rasanya.." saya mulai merintih.
"Oh.. eh.. oh yah.. mhm.. oh, Revoo.."

Revo tidak berhenti. Dia terus menjilat putingku, menggigit sedikit dilanjutkan dengan menjilat dadaku. Akhirnya lidahnya turun ke bawah lagi. Dia membuka celana panjang yang kupakai. Sekarang aku hanya memakai celana dalam saja. Revo membukanya sedikit, hanya sedikit. Bulu kemaluan di pangkal batang kemaluanku sudah kelihatan. Bulu kemaluan itu dibasahinya dengan lidahnya.

Wah, ternyata Revo tahu bagaimana caranya untuk merangsang cowok. Selama ini saya kira dia masih naif, paling tahu bagaimana main sendiri. Ternyata dia pintar sekali. Umurnya baru 25, tetapi pengalamannya pasti sudah banyak.

Tetapi bagus juga kalau begitu, enak juga menikmatinya. Aku merasa sebentar lagi dia akan melepaskan celana dalamku. Pasti dia ingin melihat batang kemaluanku yang sedang tegang. Oh, aku hampir tak sabar lagi. Kapan dia akan membuka CD-ku? Belum lagi! Sekarang lidahnya pindah ke pahaku, dijilatinya, dan.. wah, lidahnya masuk ke bawah celana dalam, biji kemaluanku dijilatinya juga.

Kini lidahnya di buah pelirku. Enak sekali rasanya! Aku merintih lagi, merenggangkan paha, dan mengangkat pinggul. Sejak mulai main, kami belum berbicara lagi. Tiba-tiba Revo mengangkat kepala. Aku mendengar suaranya, "Mas, sekarang Revo ingin melihat lagi apa yang tersembunyi di sini!" Dan sambil tersenyum, dia melepaskan celana dalamku. Sekarang aku bugil. Telanjang bulat. Batang kemaluanku yang tegang dan keras kelihatan.

"Sekarang tak ada yang tersembunyi lagi", kataku.
Revo tidak menjawab. Revo memang tidak bisa menjawab. Beberapa detik setelah melihat kemaluanku, dia mulai mengulumnya. Batang kemaluanku hingga pangkalnya berada dalam mulutnya. Aku bergoyang dengan pinggulku. Lidahnya terasa di kepala batang kemaluanku. Aku benar-benar menikmatinya. Sambil mengulum batang kemaluan, Revo membelai biji kemaluanku dengan jarinya. Dan karena aku merenggangkan paha lagi, jarinya pelan-pelan ke bawah lagi. Wah, sekarang jarinya di antara pahaku, sekarang sudah di pantat.

Pada saat itu aku merintih kuat, "Ooh.. ehh.. yaah.. Revoo." Karena aku merintih kuat, dikiranya aku sudah menjelang orgasme. Dia berhenti mengulum batang kemaluanku. Sekarang dia menjilatinya, mulai dari kepala terus sampai pangkalnya terus sampai biji kemaluan. Dan jarinya selalu berada di pantatku.

Memang enak sekali dilayani begitu, tetapi aku ingin bekerja juga. Aku mau melihat Revo dalam keadaan telanjang bulat juga. Makanya aku duduk dan membuka bajunya.

Revo hanya tersenyum. Matanya menatapku. Wah, kalau dipandang begitu, jantungku berdebar lebih cepat lagi. Sebelum batang kemaluannya, aku ingin menikmati putingnya, kemejanya kubuka kancing demi kancing. Revo hanya diam melihat kemejanya ditanggalkan, dia menurut saja. Dadanya yang putih dihiasi putingnya yang tegang berwarna coklat tua. Putingnya kukocok, hingga makin keras.

Sekarang Revo telanjang dada. Seksi benar badannya. Aku langsung mulai menjilati dadanya. Sekarang aku menjilati putingnya. Dan ternyata dia menikmatinya juga. Makanya aku lama bermain di putingnya. Tetapi aku ingin menjilati semua badannya, bukan hanya dadanya saja. Makanya lidahku turun ke bawah lagi, ke perut. Sambil perutnya kujilati, tanganku membuka celananya. Revo membantuku membukakan kancing celananya dan memperlihatkan batang kemaluannya setengah tegang di balik CD putihnya. Bau khas cowok mulai tercium, membuatku tidak sabar untuk melihat isinya. Celana panjangnya dijatuhkan ke lantai sekarang dia hanya memakai CD, pantatnya yang gembul membulat tercetak oleh CD-nya. Sekarang Revo hanya pakai celana dalam. Ada yang menonjol di dalam celana ini. Tentu aku ingin melihatnya.

Tetapi ada yang lain yang ingin kulihat lebih dulu. Makanya kuminta Revo menelungkup. Baru sekarang aku melepas celana dalamnya. Wah.. bagus sekali pantatnya. Aku sangat terangsang melihatnya.

Tanganku langsung mulai meremas-remas. Revo merintih nikmat sambil bergoyang-goyang dan sambil merenggangkan kedua pahanya lebar-lebar biar semua bisa kulihat biji kemaluannya, bulu-bulu di belakang bijinya, lubangnya, semua kelihatan. Tanganku meraba-raba pantatnya, jariku membelai buah kemaluannya dari belakang, dan lidahku sibuk juga di bijinya dan di pantatnya sampai nafasnya makin lama makin berat karena menahan nafsu.

Sekarang Revo merintih seperti yang kulakukan tadi, "Ooh, eeh, Mas, teruus, mmh.. enak.. jangan berhentii.. teruus!"
Ternyata dia paling suka merasakan lidahku di pantatnya dan di lubang pantatnya. Tetapi aku mau melayani bagian badannya yang lain juga.

Kubalikkan badannya, batang kemaluannya tegang dan keras. Bagus bentuknya, kepala batang kemaluan yang besar dan merah, pangkalnya yang panjang, biji kemaluannya, rambut kemaluan yang belum begitu lebar. Kulit Revo memang halus dan bersih dan itu yang aku sukai.

Melihat semua itu, nafsuku tak bisa dikendalikan lagi. Aku langsung mulai mengulum batang kemaluannya. Pada saat batang kemaluannya masuk ke mulutku, badannya gemetar. Kuputar lidahku mengelilingi kepala batang kemaluannya. Kemudian aku berhenti di bagian lubang maninya, dan kumainkan lidahku di lubang itu. Tak kusangka ternyata dia mengalami kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, sehingga dia menggelinjang kenikmatan dan mengeluarkan lenguhan yang tertahan. "Oooh.. enak sekali.. Mas, teruus, kuatlah, ooh.." batang kemaluannya sampai pangkalnya di dalam mulutku. Sambil mengulum kemaluan, aku melihat perutnya yang bergoyang, aku merasakan kedua kakinya di atas pundakku.

Supaya Revo tidak terlalu cepat mencapai puncak nikmatnya, aku berhenti dulu. Sekarang aku menjilati batang kemaluannya. Lidahku mulai di kepala batang kemaluannya, turun ke bawah, ke biji pelirnya antara pahanya. Kemudian ke atas lagi. Batang kemaluannya kucium lagi pucuknya kemudian masuk ke mulutku, kuhisap dengan sekuat tenaga dia menggelinjang dan melenguh dengan suaranya yang serak-serak basah. "Oouugghh.. sstt.. sshh.. aakhh.."

Aku semakin bernafsu menghisapnya hingga basah. Revo menggeliat-geliat kenikmatan. Revo terlihat mengejang, tangannya meremas-remas rambutku. Nampaknya dia akan mencapai klimaks. Dadanya turun naik menahan nafsu yang memuncak, "Mas.. aku mau keluar.."

Aku terus mengulum batang kemaluannya, 5 menit berlalu sampai pertahanannya runtuh dan menyemburkan mani. Semburan air maninya memancar kuat beberapa kali. "Crot.. crot.. crot.. crot.. crot.." Kutelan spermanya dengan beberapa kali tegukan sambil terus menjilat batang kemaluannya hingga bersih. Setelah mereda, ia terdiam beberapa saat menikmati sensasi itu.

Kupeluk tubuhnya, namun tangannya segera meraih batang kemaluanku, tubuhnya membungkuk dan mulutnya diarahkan ke batang kemaluanku. Rupanya ia ingin memuaskanku juga. Entah berapa lama dia terus mengulum dan menjilat batang kemaluanku yang sedari tadi tegang. Aku semakin hanyut dalam kenikmatan. Dibelainya batang kemaluanku dengan lidahnya, dijilatinya. Aku senang sekali, kemudian dia mengangkat panggulku, sehingga kakiku ke atas membentuk huruf V, dimainkannya lidahnya di selangkanganku. Dijilatinya batang kemaluanku, anusku, tempat yang paling sensitif yang enak sekali kalau disentuh dengan lidah. "Akhh betapa nikmatnya, aku senang sekali".

Mulutnya kembali ke batang kemaluanku, mungkin karena ia begitu pandai memainkan lidahnya atau karena ada sedikit rasa khawatir karena kami melakukannya di kantor, tidak berapa lama kemudian aku mulai merasakan desakan air maniku untuk segera keluar. Kutahan suaraku agar tidak terdengar ke luar ruangan. Dan batang kemaluanku segera memancarkan cairan kenikmatan yang sejak tadi kutahan untuk keluar. Revo menjilati batang kemaluanku dan menelan spermaku dengan lahapnya. Dia masih terus menjilati batang kemaluanku hingga bersih.

Aku kemudian bangkit dan membereskan pakaianku yang sudah tercampak di lantai. Tidak banyak waktu yang tersedia untuk menikmati sisa-sisa kenikmatan karena sebentar lagi jam istirahat siang yang hanya satu jam hampir habis. Revo juga mengikuti tindakanku sambil sesekali dia memandang ke arahku sambil tersenyum.

Sejak saat itu, aku dan Revo semakin akrab. Namun kuingatkan dia agar bisa menjaga tindakannya di kantor supaya tidak ada yang curiga. Ada perasaan khawatir yang muncul mengingat dia adalah anak boss-ku. Kalau boss-ku tahu, entah bagaimana kondite-ku nanti pada saat penilaian hasil kerja. Namun perasaan itu segera terpupus setiap kali Revo datang. Dia begitu manis untuk ditolak. Namun aku juga tidak begitu bodoh untuk melakukannya di kantor lagi. Kami cari tempat yang aman. Lagi pula, kupikir, toh boss-ku 8 bulan lagi akan pensiun. Berarti tidak lama lagi status Revo bukan lagi anak boss-ku. Kupikir, pandanganku ini hanya untuk pembenaran tindakanku saja.

TAMAT





Article Directory: http://www.sumbercerita.com




Tiga Kali Sehari
(by: tuan_fayach@yahoo.com)

Hari itu, entah kenapa sejak sore aku selalu membayangkan hal-hal yang erotis. Awalnya aku melihat iklan acara Bule Masuk Kampung di TV, dan aku mulai membayangkan bagaimana jika bule tampan itu membuka baju dan celananya, lalu celana dalamnya, sehingga terlihatlah batangannya yang berwarna putih agak kemerah-merahan dan mengeluarkan precum karena ereksi.

Menjelang sore, seperti biasa teman-temanku berdatangan untuk sekedar ngobrol, numpang nonton TV, atau ada yang iseng bermain game di komputerku. Dan aku seperti biasa menyiapkan minuman segar. Dan setelah kami berbuka, lalu teman-temanku pulang sehingga tinggal aku saja yang menonton acara TV. Dan aku kembali melihat iklan acara bule seksi itu, lalu kuganti channelnya, kulihat iklan acara gosip yang dipandu Ully yang tampan dan sensual. Aku jadi tidak konsentrasi. Badanku jadi panas, dan kuputuskan untuk ke kamar mandi.

Aku ke kamar mandi membawa pencukur kumis. Setelah membuka baju dan celanaku, tinggallah celana dalam yang menimbulkan sesuatu yang jadi berbentuk seperti gunung. Oh, my god! Aku terus ereksi! Mungkin saatnya aku mengeluarkan sesuatu dari dalamnya sehingga aku jadi tenang. Kutarik pelan-pelan celana dalamku, lalu kuambil pencukur itu, dan kuhabiskan seluruh bulu yang ada di sekitar penisku.

Aku mulai membayangkan sedang mendekap Ully si presenter itu yang sedang berbaring telentang di ranjang dengan kedua kaki yang terjulur di lantai. Lalu aku meremas sesuatu dari balik celana dalamnya sambil menciumi bibirnya yang sensual. Membayangkan sedang mengocok penis Ully, aku jadi gemetaran. Kusambar kontolku sendiri, lalu kudorong dari bagian bawahnya sehingga tengadah ke atas menyentuh perutku. Kugesek dengan telapak tanganku dengan arah ke atas dan ke bawah, sambil kubayangkan melakukannya dengan Ully. Dan efeknya? Wow! Batanganku berdenyut-denyut dan beberapa menit kemudian sesuatu memaksa keluar dengan sebuah perasaan yang sulit dijelaskan dengan tulisan. Aku mandi dan kembali ke kamar.

Di dalam kamar, aku melepas lilitan handukku, lalu bercermin pada kaca lemari besar. Wow! Tubuh yang indah! Cute, menggemaskan! Aku selalu terrangsang sendiri saat melihat diriku di cermin. Kubayangkan aku meniduri diriku sendiri lalu bercinta sampai pagi. Aku agak kaget saat kudengar suara ketukan dan ada yang memanggilku.

"Li, Li, buka dong!" seru sebuah suara tergesa-gesa. Gawat! Aku buru-buru memakai celana dalam, dan berpakaian lengkap.
"Sebentar!" Setelah kubuka pintu, ternyata Harry dengan wajah tampan dan polosnya yang sedang kebingungan.
"Ada apa?"
"Tolong Li, aku mau ngerjain tugas malam ini, tapi komputerku tiba-tiba rusak"
"Lho, apa hubungannya sama aku?" ledekku bercanda.
"Ah, kau ini, ayolah, besok harus dikumpulin nih."
"Iya, iya, sebentar", lalu aku mengambil beberapa keping CD yang mungkin diperlukan untuk memperbaiki komputer Harry.

Kami melaju dengan motor Harry. Baru kali ini aku dibonceng Harry, karena beberapa kali saat komputernya rusak, selalu Yoyok yang menjemputku ke kost Harry. Kuamati terus bagian belakang lehernya, lalu kulit pipinya yang halus, dan, bau khas badannya yang entah memakai deodoran jenis apa. Di jalan Harry terus bercerita tantang komputernya yang tiba-tiba rusak, tetapi aku tidak begitu mendengarnya, karena pikiranku sibuk membayangkan hal-hal porno karena saat ini aku ada di belakang Harry yang membuat kontolku ngaceng. Anak ini sama sekali tak sadar, bahwa gayanya yang polos dan seperti anak kecil yang tak punya dosa telah membuatku horny. Sesampainya di kost Harry yang berjarak sekitar 5 kilometer, beberapa teman sedang nongkrong sambil bermain gitar. Salah satunya aku kenal, Miko, yang lebih dulu kukenal sebelum Harry.

"Helo profesor, gimana? Tuh si Harry, nggak tau diapain komputernya" kata si Miko.
"Enak aja, orang dianya yang rusak sendiri" Harry membela diri dengan gayanya yang polos. Aku cuma tersenyum menanggapinya. Kami langsung menuju kamar Harry.
"Gimana sih gejalanya?" tanyaku sambil menekan tombol power.
"Nggak tau tuh, kok selalu nggak bisa muncul windowsnya."
"O, ini kan ada file yang korup" aku mendiagnosa setelah kulihat pesan muncul di monitor saat itu.
"Korup? Mana kutau? Abis pake bahasa inggris gitu errornya"
"Makanya, bahasa inggris tuh lebih penting daripada bahasa jawa, hehe" aku mencoba meledeknya.

Berikutnya, aku serius mengotak-atik komputer sakit itu sehingga jarang berbicara. Setelah beberapa menit, Harry bertanya padaku..

"Kira-kira bisa nggak ya komputerku jadi bagus malam ini?"
"Alaa, paling banter kan rusak trus beli baru" jawabku sekenanya.
"Ali, kau ini bercanda terus, aku gugup nih, tugas belum diketik sama sekali."

Harry terlihat cemberut. Lalu kulihat dia melepas kaosnya, mungkin kepanasan. Aku sempat melirik badannya yang bersih. Wah, gawat, ada yang bangkit lagi di bawah sana.

Kira-kira beberapa langkah lagi aku menyelesaikan tugasku, jadi aku tinggal menunggu proses yang berlangsung. Kulihat Harry yang bertelanjang dada sedang sibuk menekan-nekan tombol HP-nya. Kesempatan! Aku melihat badannya sepuas-puasnya. Oh, seandainya! Ternyata Harry menyadari bahwa aku sedang mengamatinya.

"Eh, udah selesai ya?"
"Yah, dikit lagi" jawabku sambil menarik nafas. Mungkin harry mengiraku capek, lalu dia bangkit dan memijit pundakku.
"Nah, gitu lah. Oya Har, kau pulang nggak lebaran?"
"Pulanglah, orang cuman beberapa kilometer itu"

Aku jadi keenakan dipijit oleh tangan Harry yang bersih tapi kokoh.

"Ehe, kok aku malah ngaceng, ha.. Ha.." ledekku dengan menunjukkan kesan bercanda. Harry cuma tersenyum kecil karena mengira aku bercanda.
"Wah, Li, aku males-e nganterin kamu pulang, tidur sini aja ya? Tenang aja, ntar kubangunin"
"Jangan Har, aku ada yang mau kuurusin malem ini" tolakku segera.
"Apaan? Skripsi? Dari dulu perasaan nggak jadi-jadi juga"
"Ya udah, kalo gitu ngurusin wisuda" aku meralat.
"O, ya udah, entar kuanterin.

Saat Harry sedang asyik nyerocos sambil memijit pundakku, tiba-tiba aku menangkap tangannya dengan kedua tanganku.

"Eh, kenapa?"
"Mm, nggak, tanganmu halus, tapi kuat juga, aku sampe kesakitan." Harry coba menarik tangannya.
"Lepasin ah!" Aku melepaskannya, tapi langsung berdiri dan mengunci pintu dan kuambil gagang kuncinya. Harry gemetaran.
"Kamu, mau apa?"
"Harry, please Har, aku suka sama kamu sejak aku ke sini pertama dulu Har!"
"Tapi, tapi, kita kan sama-sama cowok"
"Iya, aku kan suka cowok. Cewek itu nggak menarik Har!" aku bicara terus terang.

Aku terus maju dan akhirnya aku berhasil mendekap badannya. Dia coba meronta, tapi meskipun dia lebih tinggi dari aku, siapa yang bisa melawan kekuatan setan birahi? Hehe. Aku mengunci kedua tangannya dengan tangan kananku dan membawanya ke belakang badannya, sehingga tangan kiriku bebas merayap di dadanya yang paling membuatku horny, sementara posisiku menduduki kedua pahanya. Sambil terus begitu, aku mulai mencium pipinya dan dia mulai tenang, atau mungkin dia berpikir untuk sedikit bersikap lunak karena nasib komputernya ada di tanganku.

"Malam ini aja ya Har, malam ini aja, please! Aku bener-bener ngaceng" pintaku.

Hari diam saja. Aku terus menciumi wajahnya, lalu tangan kananku melepaskan kedua tangannya dan berganti meremas-remas kontolnya dari celana panjangnya. Ternyata lama-lama dia menikmatinya juga, buktinya dia memejamkan mata sambil mendesah. Aku membuka celananya yang tidak berikat pinggang, dan kepala kontolnya yang bersih langsung terlihat menyembul melebihi ukuran celana dalamnya. Kuusap perlahan-lahan kepala kontol bagian bawah, dan dia tampak sangat menikmatinya sampai-sampai badannya gemetar.

"Kamu pernah ngeseks sama pacarmu?"
"Enggak. Oh, Li, terusin aja Li, oh, enak Li"

Wah, jangan-jangan nanti dia ketagihan, pikirku. Baguslah! Lubang kontol Harry mulai mengeluarkan precum, dan aku langsung menjilatinya, lalu kumasukkan sekalian batangan itu ke mulutku, dan kubuat gerakan maju mundur di mulutku. Harry keenakan sampai-sampai kedua tangannya meremas-remas seprei kasurnya.

"Oh, Li, aku, aku mau keluar Li"

Kemudian kurasakan sesuatu muncrat di mulutku, dan kutelan sebanyak-banyaknya. Tapi mungkin Harry jarang mengeluarkan spermanya, sehingga karena terlalu banyaknya yang keluar, sampai tidak cukup kutelan. Kulihat ekspresinya yang sangat puas. Dia terkapar lemas sambil menatap batangannya yang mulai lemas. Aku ikut berbaring di sebelahnya lalu memeluk dari samping.

"Enak nggak Har?" aku bertanya dengan nada mesum.
"Eh, iya. Kok bisa ya? Padahal kita, sejenis"

Aku tidak menanggapinya lagi karena tanganku mulai meraba-raba bagian bawah perutnya, kuelus-elus dengan perlahan. Harry mulai tidak tenang. Dia melepaskan pelukanku lalu tangan kirinya meraih kontolku yang masih belum dibebaskan dari ereksi.

"Sekarang giliranmu" bisiknya sambil meremas-remas kontolku, aku juga mulai mengocok kontol harry sehingga tak lama kemudian, dia bangkit lagi.

Dia nampak terlonjak, lalu frekuensi kocokannya naik dan badannya kembali bergoyang-goyang menyesuaikan dengan kocokan tanganku.

"Har, mau nggak kau masukin kontolmu di pantatku?"
"Ha? Emang bisa?"
"Coba aja"

Lalu aku bangkit dan kubimbing dia untuk memasukkan penisnya ke pantatku, setelah sebelumnya kulumuri lagi penisnya dengan ludahku. Tidak terlalu lama, seluruh kontolnya masuk ke pantatku. Posisinya aku telentang dengan dua kaki terangkat ke atas dan dia menyodokku dari arah depan pantatku. Kulihat matanya merem-melek. Tentu karena baru ini dia merasakan batangannya dijepit sesuatu dan bukan milik pacarnya.

"Ayo, har, dorong!"

Harry menurut. Didorongkannya badannya maju mundur. Awalnya lambat, lalu semakin lama semakin kencang. Aku yang merasakan nikmat tak terkira mulai membanjir precumku minta penyelesaian. Aku meraih batanganku dengan tangan kananku, sementara tangan kiriku membelai-belai kepala Harry. Harry semakin keenakan, begitu juga aku.

"Har, aku mau keluar" teriakku, yang mungkin karena belum orgasme sejak tadi.

Secara spontan Harry menangkap spermaku dengan mulutnya lalu menelannya. Mungkin dia agak kaget karena baru pertama meminum cairan kaum adam ini. Tapi dia semakin bernafsu menggenjot pantatku.

"Li, aku mau keluar juga, kamu nggak bisa hamil kan?"
"Hehe, nggaklah, keluarin di dalam pantatku aja Har" Lalu Harry melenguh dan sesuatu membanjir ke arah dalam perutku.
"Nggak usah dilepas Har" perintahku.

Lalu aku membalik posisi sehingga Harry yang telentang dan aku sebaliknya dengan posisi duduk menghadapinya, sementara kontolnya tetap menancap di pantatku. Aku mendekatkan badanku sehingga bisa mencium dan meraba-raba dadanya. Aku mendengar dengus nafasnya seperti orang yang baru saja berlari jauh.

"Li, malam ini kayak surga Li, coba dari dulu kamu ajari aku kayak gini"
"Aku kan kasihan sama kamu Har, coba malam ini kau nggak buka baju dan nggak mijiti aku, mungkin nggak terjadi"

Adik kecilku yang terjepit di antara perut mulai terusik karena tertindas badan-badan seksi kami. Beberapa bagian sperma Harry yang ada di pantatku mengalir keluar. Sekali lagi aku melumat bibirnya. Lalu kubisikkan bahwa aku ingin menusuknya. Dia mengijinkan walaupun agak khawatir.

"Tenang aja, kau liat kan tadi aku keenakan waktu kau masukin anumu?" Dia mengangguk, lalu aku mencabut penisnya dari pantatku.

Perlahan-lahan aku mengolesi lubang pantat Harry dengan spermanya yang keluar dari pantatku, lalu kumasukkan telunjukku dan kugesekkan di lubangnya. Harry mencoba menahan rasa sakitnya yang lama-lama berubah menjadi erangan keenakan.

"Oh, ayo Li, masukin" rupanya batangannya kembali tegang dan tangan kanannya mulai mengocok batangnya sendiri.

Aku mulai memasukkan seluruh batanganku dengan pelan-pelan sambil kututup mulutnya dengan tangan kananku. Harry menahan nafas sementara proses penetrasi berlangsung. Dan setelah sempurna, dia bernafas sejenak, lalu aku mengambil alih untuk mengocok batangannya dengan tanganku. Setelah dia keenakan, aku mulai memaju-mundurkan pantatku. Dia benar-benar keenakan, sampai kepalanya bergoyang-goyang.

Lalu dia memisahkan penisnya dari tanganku dan mulai mengocoknya sendiri. Rupanya dia terlalu terbawa perasaan sehingga dia muncrat duluan. Aku masih terus menggenjot pantatnya dan semakin kupercepat gerakanku. Setelah beberapa menit, ahirnya kupenuhi pantatnya dengan spermaku. Karena kehabisan tenaga, aku langsung mencabut senjataku lalu berbaring sambil memeluk Harry.

"Har, malam ini aku seneng.. Banget, kau gimana?"
"Iya, sama, makasih ya, coba kalau tadi aku nolak, ha.. ha.."
"Udah, sekarang mau rusak tiap hari, aku perbaiki deh komputermu. Asal kau yang jemput. Ok?" kataku sambil tersenyum nakal.
"OK lah, gampang"

Setelah lama ditinggalkan, komputer di sebelah kami ternyata telah lama selesai berproses. Akhirnya aku pamit dan minta diantar.

"Waduh, aku capek banget Li, takutnya entar ketiduran waktu ngantar kamu. Gimana kalo kusuruh Miko aja yang ngantar?"
"Ok-lah, nggak papa"

Harry berjalan menuju ruang nonton yang ada di lantai dua, lalu meminta tolong Miko untuk mengantarku. Di tengah jalan, Miko terus menerus memperhatikan penunjuk kecepatan (mungkin) sambil tidak tenang.

"Kenapa sih Mik?"
"Kayaknya Harry lupa ngisi bensin. Nih, mau habis"
"Trus gimana?"
"Ya udah, kita cari pom bensin"

Setelah beberapa ratus meter, ternyata beberapa pom bensin yang ada sudah tutup, mungkin karena sudah terlalu malam. Dan motor itu pun macet.

"Wah, Gimana nih. Kita dorong?" tanyaku.
"Walah, jadi nggak enak, udah ngerepotin jauh-jauh, malah jadi gini" Miko jadi merasa bersalah.
"Nggak papa kok, siapa tahu nanti di depan ada yang masih buka"

Lalu Miko menuntun motor itu dan aku mendorong di belakang. Karena kelelahan, aku berhenti sambil memegangi lututku.

"Kenapa Li? O iya, kamu kan capek abis ngurusin komputer. Ya udah, kita istirahat dulu"
"Ok deh" Lalu Miko berhenti dan kami duduk di pinggir jalan. Rupanya cara bernafasku yang seperti kehilangan banyak energi membuat Miko memperhatikanku.
"Kamu kayak abis berkelahi dech. Atau jangan-jangan.." Tiba-tiba Miko menarik badanku sampai dekat sekali di badannya.
"Aku mencium bau sperma. Kamu abis ngapain di kamar Harry?"

Aku gemetaran. Wah, gawat! Bisa berantakan semuanya. Atau dia akan kugarap juga ya? Supaya tutup mulut. Belum selesai berpikir, tiba-tiba Miko menempelkan bibirnya ke bibirku. Karena kaget, aku tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ayolah Li, aku tau kamu gay, dan aku udah lama cari kesempatan buat bercinta sama kamu"

Akhirnya aku membalas lumatan-lumatannya. Lama-kelamaan Miko membuka celananya, lalu celana dalamnya. Dia mengocok batangannya. Aku segera merebut batangannya, lalu kukocok sambil sebelah tanganku membelai dadanya.

"OK, Mik, aku terima tantanganmu" jawabku mantap.

Aku terus mengocok kontol Miko. Miko terengah-engah. Mungkin untuk mengalihkan perhatian atau reaksi dari rasa nikmat, tiba-tiba dia menarik resleting celanaku sehingga dia berhasil menarik batanganku yang sudah setengah tegang. Akhirnya kami saling mengocok. Iya, di pinggir jalan itu. Untung hari sudah malam. Tapi tak urung aku khawatir juga.

"Mik, kita di jalan nih" Miko tidak mempedulikan kata-kataku. Dia mempecepat kocokannya di penisku sambil menggerak-gerakkan pantatnya.
"OK, Li, aku mau keluar, Ayo Li, percepat!"

Aku pun mempercepat kocokanku pada kontolnya dan, crot! Crot! Sperma Miko memancar ke atas sejauh beberapa centimeter. Aku dibuatnya terkagum-kagum. Sambil terus telentang, dia memperhatikan ekspresi mukaku yang keheranan.

"Kenapa? Takjub? Nanti kukasih tahu caranya, tapi sekarang giliranmu."

Kini Miko mengganti posisi. Dia mengulum kontolku beberapa menit. Mungkin karena sudah beberapa kali orgasme hari ini, akibatnya aku tak kunjung orgasme.

"Kok nggak keluar-keluar Li?"

Belum sempat aku berkomentar, Miko melepas kontolku, berganti posisi, lalu segera memasukkan kontolku. Bles! Ternyata lubang Miko tidak terlalu sempit. Sambil aku menggenjot pantatnya, dia mulai ereksi lagi, sehingga mau tak mau dia mengocok penisnya juga.

Mungkin karena pengaruh pantatnya yang hangat, akhirnya aku merasa hampir orgasme.

"Mik, aku mau keluar Mik, oh.."
"Sebentar Li.." erang Miko dengan suara gemetar. Lalu Miko mempercepat kocokannya.
"Oh, aku mau keluar juga. Oh.."

Aku mempercepat genjotanku, dan dia mempercepat kocokannya, hingga.. kami melenguh hampir bersamaan. Sperma Miko muncrat beberapa centimeter ke udara lagi dan aku kembali dibuatnya takjub. Aku benar-benar kelelahan malam itu.

"Mik, aku capek banget" Miko memelukku erat.
"Jadi benar kamu ML sama Harry?" Aku mengangguk ragu-ragu.
"Tadi di kost aku juga udah onani. Makanya aku kecapekan."
"Wah, kamu, hebat juga, padahal udah lama aku ngincer Harry, eh malah kamu yang dapat duluan"
"Nasib Mik, nasib.. Hehe."

Akhirnya Miko mendorong sendiri motor itu karena tahu aku kelelahan. Untunglah, beberapa ratus meter kemudian, ada penjual bensin eceran, dan akhirnya sampai di kostku. Sebelum pamit pulang, Miko mencium keningku.

"Aku suka kamu Li, nggak peduli biar pun kau udah jadian sama Harry, aku tetap suka sama kamu" Aku cuma bisa terbengong mendengar pengakuannya.

Setelah Miko pulang, aku langsung tertidur tanpa sempat mencuci muka atau menggosok gigi. Yah, lelah mendapat kenikmatan bertubi-tubi. Oh, alangkah indahnya hari ini.


E N D





Article Directory: http://www.sumbercerita.com




3 in 1
(by: pyoboy82@yahoo.com)

"Mobil kamu mana Ric?" Tanya Doni singkat.
"Tuh dipojok" Jawab Rico yang lagi asik merangkul Tanjung.
"Emangnya kamu nggak bawa motor Don?" Tanjung bertanya pada Doni yang hanya dijawab dengan gelengan kepala.
"Kalo gitu kita jalan bareng aja, Yuk!" Ajak Rico pada rekan se-geng nya.

Mereka bertiga jalan bareng sepulang kuliah yang membosankan itu saling berangkulan menuju mobil Rico yang ada di pojok tempat parkir. Posisi Tanjung ada ditengah sedangkan yang lainnya ada samping kanan-kiri Tanjung. Mereka berjalan layaknya anak kelas 3 SD.

Seperti biasanya, mereka selalu bergurau dan saling meledek. Hal itulah yang menjadikan mereka jadi bahan perhatian cewek-cewek dikampusnya. Selain model guru mereka yang akrab juga face mereka yang sangat ganteng dan manis itu yang membuat cewek-cewek mabuk kepayang. Bayangkan saja, Tanjung adalah cowok manis, matanya tajam, hidung lumayan mancung, apalagi senyumnya yang menggemaskan itu. Rico, cowok manis berambut cepak, kalo lagi senyum gantengnya selangit. Belum lagi Doni, cowok macho, meski modelnya acak-acakan tapi memiliki daya tarik yang tinggi, karena facenya yang indo, rambut gondrong tubuh tinggi dan gagah. Mereka sungguh sempurna.

"Eh! Ric, malam ini kan malam minggu, gimana kalo kita ke villa lo aja, mumpung malam ini gua lagi bosan jalan ama cewek, gimana?" Tanya Doni dengan nada slengean.
"Gimana ya, pacar gua gimana?" Jawab Rico lagi bingung.
"Emangnya kamu ada janji Ric?" Tanjung bertanya.
"Iya, tapi gua juga pingin ke sana?"
"Ya udah deh, batal" Sahut Doni kesal.
"Jangan gitu Don!, bisa diatur kok, gini aja Rico jalan sama cewek dulu, Aku dan Doni nuggu kamu dulu di tempat biasa, kalo udah beres kita pergi bersama ke sana gimana? " Urai Tanjung dengan gaya bijaknya.
"Oke gua setuju" Sahut Rico.
"Iya deh" Doni menerima tawaran Tanjung.

Mereka bertiga menuju tempat biasa, sebuah cafe yang biasa mereka tongkrongin. Doni dan Tanjung masuk Cafe itu dengan kurang semangat. Sementara Rico menjemput pacarnya untuk sekedar memenuhi janjinya.

*****

"Kamu kok gitu sih Don, nggak suka kalo temennya jalan sama cewek?" Tanjung membuka pembicaraan.
"Nggak gitu sih, cuma..udahlah kita minum aja!"
"Eh, Jung gebetan kamu yang cantik itu lagi kemana? Kok nggak keliatan sih"
"Tahu tuh mungkin lagi libur"

Tanjung dan Doni menghabiskan waktu dengan ngobrol kesana-kemari tanpa arah. Sudah 45 menit mereka harus sabar mengunggu sahabatnya yang lagi kencan sama ceweknya. Doni dengan raut muka yang semakin kesal mulai mengalihkan kegiatan dengan menggoda cewek-cewek yang datang dengan senyumnya yang maut itu. Tanjung hanya tersenyum melihat ulah Doni yang tidak mau berubah dari dulu. Maklum tampang seperti Doni memang paling didemenin sama cewek, makanya sangat mudah baginya mencari pasangan sekerdar untuk mengisi waktu.

"Don, ayo kita berangkat!" Panggil Rico yang baru datang.
"Oke friend" Jawab Doni sambil meninggalkan cewek yang baru saja ia ajak dance.
"Udah Ric?" Tanya Tanjung sambil memberikan sejumlah uang pada pelaayan cafe.
"Ayo cepet! ntar kemaleman nih?" Sahut Doni.

Doni, Tanjung dan Rico masuk mabil menuju sebuah vila milik Rico. Karena Doni yang lagi ngebet ke sana, maka ia yang nyetir mobinya. Selama perjalanan mereka terus bergurau tanpa henti.

"Don, emangnya kita mau apa sih kesana?, paling-paling seperti biasa bakar ayam, nonton film horor dan begadang sampai pagi", Tanya Rico
"Tenang aja man, malam ini special untuk kalian."
"Apaan sih? Rico penasaran.
"Tahu" Tanjung menjawab sembari menggeleng dengan senyumnya yang khas.
"Udahlah nanti tahu sendiri kok" Ujar Doni.

*****

Sesampai di Vila, Doni langsung menggiring kedua rekannya menuju kamar yang biasa mereka tempati bertiga. Doni langsung memutar sebuah CD yang dia dapat dari rental.
"Film horor ya Don?" Tanya Rico.
"Lihat aja!" Sahut Doni.

Selang beberapa menit Rico dan Tanjung mulai mengerti film apa yang Doni suguhkan. Ya ternya sebuah film gay yang menampilkan adegan-adegan seks sesama lelaki yang dibintangi oleh remaja-remaja eropa yang ganteng dan keren, mulai dari saling cium, meraba, oral dan anal. Doni agak gugup menikmati film itu, sementara Tanjung juga agak tersipu. Tapi mereka berdua merasa keberatan jika harus menyiakan suguhan Doni yang konyol itu. Entah Rico dan Tanjung terangsang atau tidak, tapi yang jelas mereka mulai memegang batangnya masing-masing sambil sesekali mengelusnya dengan manja.

"Ih.. kamu gila ya Don?, kok bawa film seperti ini." Tanya Rico.
"Tapi asyik kan!?"
"Iya sih, cuma jorok aja."
"Ric! Rasanya enak nggak ya seperti itu?" Tanya Doni memancing.

Doni sengaja duduk agak di balakang sehingga bisa bebas memperatikan kudua sahabatnya yang kelimpungan menikmati adegan seks sejenis yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Ia sibuk sendiri di belakang. Selain mengamati rekannya, ia mulai melepas kaos oblong dan celana Jaens nya, sehingga ia hanya mengenakan CD biru tua. Kini tampaklah seorang Doni yang asli yaitu tubuh Doni yang putih mulus, gagah, dada bidang, paha putih yang dihiasi bulu hitam yang halus, serta pantat temol dengan kemaluan yang hanya dibungkus CD ketat.

"Ngapain kamu Don?" Tanya tanjung heran ketika Doni yang telanjang merangkulnya dari belakang sambil menciumi tengkuk dan menggerayangi Tanjung.

Tanjung hanya diam menikmati juluran lidah Doni yang menggelitik tengkuk dan lehernya serta remasan-remasan tangan Doni pada puting susunya. Ia hanya mengerang keenakan.Sementara Rico hanya bisa menelan ludah dan meremas-remas kontolnya yang sudah tegang dari tadi memperhatikan adegan yang diperankan Doni terhadap Tanjung.

Rupanya Rico semakin tidak tahan dengan adegan rekannya itu. Kini Rico tidak bisa berfikir jernih lagi, ia mulai melucuti pakaiannya. Wow.. tubuh Rico yang tidak kalah dengan Doni terlihat jelas. Dadanya bidang, kulitnya putih bersih tanpa noda sedikitpun, pahanya yang menggairahkan itu juga terlihat jelas. Tapi benda tegang di belahan pahanya masih terbungkus CD putih polos. Lalu ia ikut bergumul dengan temannya. Rico yang tadi hanya diam sekarang mulai meraba-raba pungging Doni dari belakang. Lalu ia menyibakkan rambut Doni yang gondrong sehingga terihat jelas tengkungya. Akhirnya Rico berani mengerjai tengkuk dan leher Doni yang putih sampai merah merona.

"Shhtt.. terus Don.. enak Doon!" Tanjung mengerang.
"Oke!" Jawab Doni singkat.
Tanjung semakin tak kuasa menahan nikmat yang luar biasa yang diberikan temannya. Hingga tanpa sadar, kini ia hanya mengenakan CD saja.

Doni menidurkan Tanjung di Sofa. Lalu ia menindihnya. Mereka mulai melakukan kuluman bibir. Sementara Rico hanya asyik menikmati tubuh Doni dari belakang. Puas dengan kuluman bibir, Doni turun dan mulai menjilati tubuh Tanjung bagian dada dan perut dan mengoral penis Tanjung sampai kuluar semua spermanya. Rico menggantikan posisi Doni yaitu menikmati bibir Tanjung. Lama sekali mreka dengan posisi seperti itu.

Setelah puas dengan tubuh Tanjung, kini Rico yang jadi obyek. Rico tidur terlentang dengan tangan diangkat ke atas sambil menikmati jilatan Tanjung dan Doni yang nikmat itu.
"Itu Don " Ucap Rico menunjukkan batangnya yang ingin dikulum.

Tanpa perintah Tanjung mendahului Doni. Tanjung memelorotkan CD Rico dan mulai membelai, mengocok penisl Rico yang lumayan besar dengan bulu hitam yang halus tidak terlalu tebal disekitarnya. Mula-mula Tanjung menjilati ujung penisnya, setelah Rico kelonjotan dimasukkannya batang penis Rico pada mulut Tanjung. Tanjung mulai asyik dengan batang temannya yang putih itu. Ia kocok perlahan sesekali disedot dengan keras. Cput..cput.. begitulah kiranya bunyi ketika sedotan Tanjung terlepas. Rico yang hampir mencapai klimaks hanya bisa mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi untuk mengimbangi kenikmatan itu. Doni yang lagi asyik memerahkan paha Rico menggantikan peran Tanjung, dikulumnya penis Rico sambil dipadu dengan sedotan-sedotan maut sampai akhirnya muncratlah beberapa kali sperma Rico ke mulut Doni.
"Ach.. nikmat man.." Rico mengerang, Tanjung hanya tersenyum.

Doni duduk di sofa agak menepi dengan kaki selojor sehingga penisnya yang tidak lagi terbungkus CD tegak bak tiang bendera. Ia memerintahkan temannya untuk mengulumnya. Tanjung dan Rico yang baru saja diberi kenikmatan oleh Doni hanya nurut saja. Mereka berdua bergantian mengulum penis Doni yang besar, paling besar diantara milik mereka berdua panjangnya sekitar 25 cm dengan diameter 3,5 cm, maklum penis indo. Tanjung dan Rico kadang sampai tersedak dengan penisnya. Ketika Tanjung mengulum penis Doni, Rico menjilati pahanya begitu pula sebaliknya. Sampai beberapa kali mereka bergantian, Doni masih saja ayik menikmati kuluman bibir rekannyan, saking capeknya Rico tidak mau lagi mengocok dengan mulutnya tapi dengan tangannya san sesekali disedot dengan agak keras belum lama perlakuan seperti itu.

"Ahh..nikmat.." Tiba-tiba sperma Doni muncrat ke muka Rico.
Dengan senang hati Tanjung menjilatinya. Sementara Doni terkulai lemas menikmati sisa kenikmatan yang baru saja ia rasakan.
"Pindah ke ranjang aja yuk" Ajak Rico.

Tanjung dan Doni hanya menganggukkan kepala. Mereka bertiga menuju ranjang besar yang biasa mereka termpati untuk sekedar tidur dan bergurau. Rupanya Rico dan Tanjung tersipu malu atas aktivitas mereka saat itu. Lain halnya dengan Doni yang nampak biasa seaka tidak ada apa-apa.

Melihat kedua rekannya yang tidak marah bahkan menikmati seks sejenis, Doni berulah lagi yaitu dengan menyuruh Rico menungging. Doni berlutut dibelakangnya sambil mengocok penisnya yang masih lemas. Setelah tegak kembali ia lumuri penisnya dengan baby oil yang ia siapkan. Rico hanya terdiam, menunggu apa yang akan dilakukan Doni. Astaga.. Doni memasukkan penis besarnya ke anus Rico yang masih virgin itu.

"Oh.. Sakit Don!" Jerit Rico merasakan batang Doni menusuk anusnya.
"Tenang aja man sebentar lagi enak kok " Jawab Doni menenangkan Rico.

Selang beberapa saat sekitar lima kali hentakan Rico tidak lagi menjerit, malah erangan yang keluar dari mulutnya.
"Terus Don.. enak Don.. lebih keras lagi Don..!" Pinta Rico yang mulai ketagihan dengan penis besar Doni.
"Jung ole mau nyoba?" Doni menawari Tanjung.
Tanjung agak grogi ketika mulai memasukkan penisnya ke anus Rico. Hanya sekali hentakan penis Tanjung ambles ke dalam anus Rico.

"Kocok terus Jung!" Doni mengajari Tanjung
.
Tanjung rupanya sangat menikmati adegan anal itu, a mulai menggigit bibir bawahnya menahat nikmat tiada tara. Sementara Doni ganti mereplay anus Tanjung dengan jilatan-jilatan. Puas dengan menjilati pantat Tanjung yang gempal. Ia memasukkan penisnya ke anus Tanjung. Tanjung kaget dengan perlakuan Doni. Sampai terlepas penisnya dari anus Rico. Melihat Tanjung yang bingung Doni melakukannya dengan hati-hati. Setelah berjalan beberapa menit Tanjung bisa menikmati kentotan Doni atas anusnya, sehingga Tanjung juga memasukkan lagi penisnya ke anus Doni yang beberapa saat menunggu kentotan Tanjung.

Mereka bertiga sangat menikmati perminan ini. Rico menikmati gesekan penis Tanjung yang perlahan tapi nikmat, Tanjung menikmati anus Rico yang kenyal, hangat dan menjepit, dan juga menikmati penis Doni yang besar menyodok-nydok anusnya, begitu pula Doni menikmati anus Tanjung yang virgin itu.

"Gila bener man, enak man.." Doni menceracau.

Setelah lama mengentot Rico, rupanya Tanjung sudah klimaks. Rico langsung berganti posisi, ia pindah ke belakang Doni. Awalnya ia menjilati pantat Doni yang seksi kemudian ia juga mengocok penisnya di dalam anus Doni yang merah itu.

Begitulah seterusnya. Mereka saling mengentot dan dikentot sampai lima kali putaran.Inilah yang disebut '3 in 1'. Tiga cowok yang ganteng-ganteng dan keren-keren bergabung jadi satu dihubungkan dengan sebuah benda yang disebut 'penis'.

*****

NB: Cerita ini kupersembahkan buat cowok-cowok pengidola 3 cowok ganteng dan keren di dalam cerita ini. Apapun pendapat Anda layangkan saja email.

E N D





Article Directory: http://www.sumbercerita.com







Permainan Bersama Abang Angkatku
(by: boy_x84@yahoo.com)

Pada malam ini aku baru merasakan pertama kalinya melakukan hubungan sex sesama jenis. Di malam minggu yang dingin, yang digeluti dengan hujan yang begitu deras deras. Ketika itu aku (Toni, bukan nama sebenarnya) sedang berada di rumah abang angkatku yang bernama Anton. Dia tinggal sendirian di rumah dinasnya, yang letaknya tidak terlampau jauh dari rumahku. Bang Anton ini mempunyai ciri fisik sebagai berikut; wajahnya bersih, kulitnya berwarna kuning langsat, tingginya kira-kira 175 cm, bentuk tubuhnya ateletis.

"Yah.. payah nih, hujannya tambah lebat."
"Emangnya kamu mau kemana hujan-hujan begini?"
"Kemana lagi kalau bukan pulang, truss.. tidur."
"Ooo.. mendingan kamu tidur aja di sini, lagi pulakan kalau kamu pulang.."

Pembicaraan Bang Anton tiba-tiba berhenti seakan-akan ia memikirkan sesuatu tentang diriku, dengan tatapan mata yang tajam dan tak berkedip melihat di sekitar benda pusakaku yang masih dibaluti dengan celana pendek, dan tentunya juga celana dalam. Dengan tatapan mata yang tajam pula aku melihat ke arah matanya. Dan dengan suara yang keras aku berkata, "Bang, emangnya kalau Toni pulang kenapa Bang?" Dengan sikap yang agak terkejut dan dengan cepat ia memalingkan mukanya. Yang tadinya melihat benda pusakaku, kini melihat ke arah televisi yang dari tadi telah menyala.
Lalu ia menjawab, "Oo.. tidak apa-apa, lagi pulakan kalau kamu pulang sekarang, entar kamu sakit. Soalnya di rumah Abang ini tidak ada payung. Lagi pula kan kamu selama ini belum pernah tidur di sini. Jadi kamu untuk hari ini tidur aja di sini."
"Baiklah.. tapi pinjem teleponnya dulu dong, soalnya Toni kan harus memberitahukan orang rumah terlebih dahulu, kalau Toni akan tidur di sini."
Dengan perasaan yang agak gembira ia menjawab,
"Tuh.., teleponnya ada di kamar Abang."

Tidak lama kemudian aku pun selesai menghubungi orang yang ada di rumahku. Ketika aku hendak keluar dari kamar Bang Anton, tiba-tiba dia menyuruhku untuk masuk ke kamarnya lagi. Tanpa basa-basi lagi aku pun langsung mengikuti perkataannya. Terlihat Bang Anton sedang membawa televisi menuju ke arahku.
"Kenapa Bang TV-nya dibawa ke sini?"
"Abang sudah ngantuk nih.. lagi pula kalau nonton sambil tiduran kan enak."
"Oo.. baiklah. Tapi Bang, aku tidur di mana? kasurnya kan cuma ada satu."
"Soal kasur tidak usah di pikiri. Satu kasur berduakan juga bisa, iya nggak..?" seraya ia sambil mengejekku.

Di malam yang makin larut, hujan belum juga berhenti, membuat diriku merasa kedinginnan. Tak ada sepatah katapun yang kami keluarkan, kami hanya berdiam diri, sambil menyimak acara televisi. Satu jam telah dilalui, aku masih belum juga tidur. Tiba-tiba ada suara yang tidak begitu nyaring membisikkan sesuatu, persis di telinga kananku.

"Ton.., apa kamu sudah tidur?"
"Belum Bang, emangnya kenapa ada apa?"
"Tidak apa-apa. Ton kamu merasa kedinginan tidak?"
"Iya, kenapa Bang? apa Abang juga merasa kedinginan? nih selimutnya," seraya menyelimuti tubuh Bang Anton.
"Trims.. ya Ton.. kalau dingin-dingin begini kemaluanmu hidup nggak?"

Dengan sedikit sikap yang agak terangsang, dan sedikit berfikir, apakah dia sama sepertiku yang menyukai sesama jenis. Lalu aku menjawab,
"Hidup tuh.., sekarang saja sedang bereaksi"
"Jadi sama dong!"
Tiba -tiba ia mematikan televisi.
"Ah.., filmnya jelek."
"Filemnya bagus tuh.. kenapa sih Bang di matiin?"
"Yah.. sudahlah mendingan kita tidur."

Ruangan itupun mulai sunyi kembali. Tak lama kemudian Bang Anton pun berkata kepadaku.
"Ton.., kamu mau mebuat aku bahagia tidak?"
"Apaan..?"
Dengan gerakan yang membuat diriku terangsang. Ia membawa tanganku ke arah kemaluannya. Digesek-gesekkan tanganku ke kemaluannya. Dibuka celananya satu persatu hingga tampak kemaluannya yang telah menegang (yang kira-kira berdiameter 3 cm dan panjang 17 cm).
"Ton.. coba deh kamu pegang, please.."
Tanpa sepatah kata lagi pun aku langsung menuruti perkataannya. Kupegang batang kemaluannya yang besar, yang ditumbuhi bulu-bulu berwarna hitam lebat. Kumainkan batangnya, kumainkan saluran ejakulasinya, dengan jari telunjukku. "Ooh.. oh.." hanya desahan yang keluar dari mulut Bang Anton. kemaluannya kini telah mengeluarkan air semen. Sesekali aku menjilat jariku air semen yang keluar dari lubang kemaluannya.

Tak lama kemudian, ia pun berdiri lalu melepas pakaian serta celanaku yang dari tadi masih melekat di seluruh tubuhku. Kini aku dalam keadaan bugil, tak satu helaipun kain menutupi tubuhku. Kulihat kemaluanku, ternyata telah mengeluarkan air semen yang begitu menggairahkan. Kulepaskan juga pakaian Bang Anton yang masih tersisa di tubuhnya. Aku mulai lebih terangsang lagi, melihat postur tubuh Bang Anton yang begitu atletis yang ditumbuhi bulu-bulu yang lebat yang berada di sekitar dadanya sampai ke kemaluannya.

Lalu tanpa komentar lagi, aku langsung merebahkan diriku di atas kasur. Dan dengan suara yang agak merayu aku berkata, "Bang.." Ia pun mendekat ke arahku, langsung menindih tubuhku dan melumat bibirku, sambil memainkan kemaluanku. Aku pun tak tinggal diam, aku membalas lumatannya sambil kumainkan lidahku di dalam mulutnya. Tanganku pun sambil bermain di sekitar kedua pantatnya yang padat. Kuremas-remas kedua pantatnya, sambil kumainkan jari-jariku di sekitar lubang anusnya yang juga ditumbuhi bulu-bulu yang lebat. Permainan lumat-melumat pun telah selesai. Kini posisiku telah berdiri, Bang Anton berada di depan kemaluanku, ia menghisap kemaluanku dengan nafsu yang kuat. Dihisapnya buah pelirku, dihisapnya batang kemaluanku sambil dimainkan lidahnya ke arah saluran ejakulasiku. Hanya desahan nikmat yang keluar dari mulutku.

"Em.. truss.. Bang.." Sambil melakukan gerakkan maju-mundur. "Bang aku mau keluar.." Dikocoknya batang kemaluanku dengan cepat menggunakan tangan kanannya, sambil ia menghisap kemaluanku. Kini air maniku telah memenuhi tenggorokkannya, "Ah..ah.." Dihisapnya, dijilatinya, air maniku yang masih tersisa di sekitar batang kemaluanku sampai bersih. Kini batang kemaluanku tidak terlalu menegang, hanya urat-urat kecil yang terlihat di sekitar batang kemaluanku yang telah membesar. "Ton.. kini giliranku, aku akan menusukmu." Tanpa basa basi lagi, hanya desahan nafas yang keluar dari mulutku. Dan keringat yang telah mengalir dari tadi. Diambilnya jell, dioleskannya jell itu ke seluruh batang kemaluannya, dan di kepala kemaluannya, serta di sekitar lubang anusku.

Kini posisi kami berdua telah berubah, aku dalam keadaan tertidur, dengan kakiku yang terangkat berada di pundak Bang Anton. Sedangkan Bang Anton dalam keadaan setengah berdiri berada di depan lubang anusku. Dijilatinya lubang anusku. "Ah.. Bang.." Mulai dimainkannya lubang anusku. Mula-mula dia memasukkan satu jari ke lubang anusku, lalu dua jari, dan tiga jari sambil dikeluar-masukkan. Pertama-tama aku merasa kesakitan, dan setelah beberapa lama aku merasa kenikmatan yang luar biasa. "Oh.. truss Bang.. truss.." Kini kemaluanku telah bereaksi kembali untuk yang kedua kalinya.

Dia dalam keadaan berdiri, sedangkan aku dalam kakiku diangkatnya (posisiku seperti kepala di bawah dan kakiku di atas). Mulai dimasukkan kemaluannya yang besar dibandingkan kemaluanku itu ke dalam lubang anusku. Sambil gerakan maju-mundur, pertama perlahan-lahan kemudian dipercepatnya.
"Oh.. oh.. oh.. Ton.., aku mau keluarnih.."
Dengan suara yang agak pelan aku berkata,
"Keluarkan saja di dalam.."
"Ah.. ah.."
Dikeluarkan air maninya yang aku rasa begitu banyak memuncrat di dalam lubang anusku, yang membuat hangat diriku. Kini Bang Anton telah merasa kenikmatan, kehangatan air maniku yang kedua yang berada di dalam lubang anusnya.

Setelah permainan ini usai kami berdua menuju ke arah kamar mandi dengan berpelukan dan sekali-kali berciuman. Kami membersihkan badan kami dengan berganti-gantian. Disabunkan diriku, dibasahkan diriku. Begitu pula dengan dirinya, apa yang dilakukan dirinya terhadapku, aku lakukan juga terhadapnya. Setelah kami berdua membersihkan diri, kami kembali ke kamar, lalu tidur berpelukkan, tanpa mengenakan busana. Hanya selimut yang menutupi kami berdua. Sebelum aku tidur, Bang Anton mengucapkan kata kata kepadaku, yaitu I LOVE YOU FOREVER.

Hari demi hari pun telah kami lalui dengan perasaan gembira dan senang. Selain itu kami juga sering melakukan hubungan seperti ini baik di rumahku, di rumah Bang Anton, maupun di tempat tempat lainnya, seperti di WC kolam renang, di rumah keluargaku, dan lain sebagainya, yang menurut kami aman untuk tidak diketahui oleh orang lain. Dan tentunya juga dengan gaya yang berbeda-beda.

Tapi perasaan gembira dan senang kini telah berganti menjadi kesedihan dan kesepeian, karena Bang Anton kini telah pergi entah kemana. Aku tidak mengetahui kemana perginya, karena dia pergi tanpa memberitahukan kepadaku. Cerita ini juga aku sajikan untuknya, apabila Bang Anton membaca cerita yang telah aku tulis lewat situs ini, tolong kirim kabar kepadaku, lewat emailku.Dan bagi teman teman yang merasa senasib denganku, ingin berteman, kirim saja ke emailku.

TAMAT





Article Directory: http://www.sumbercerita.com

Tetanggaku Kekasih Baruku
Adrian_i@telkom.net 47,815



ABG vs Gigolo
(by: jovianinaussie@yahoo.com)

Jam sebelas lebih sepuluh. Itu artinya, sudah hampir satu jam aku dibuat menunggu oleh Michael. Aku tak habis pikir, ini sudah yang ketiga kalinya aku melayani anak bos itu, dan tiap kali selalu saja ia datang telat dari janji yang dibuatnya sendiri. Kalau dibilang ia segan menemuiku, sangatlah tidak mungkin, mustahil, kami saling menyukai, dia menyukai tubuhku dan aku menyukai uangnya. Kalau ia kapok, ia pasti tak akan "memanggil"-ku lagi, apalagi sampai tiga kali.

Tapi sebagai seorang pekerja yang baik, aku memang harus siap menghadapi pelanggan semacam Michael, aku tak boleh banyak protes. Aku pun ingin bekerja secara "profesional" seperti apa yang sering didengungkan oleh orang-orang yang duduk di kantoran. Kurasa, profesionalisme bukan hanya milik sebagian orang saja, seorang pekerja seks-pun pasti akan lebih laris kalau ia bekerja secara profesional. Benar tidak? Karena itu, aku menurut saja ketika kemarin malam, Michael memintaku datang jam setengah sebelas di hotel ini, tempat kami biasa check-in sebelum ini, sebuah hotel yang sewa kamarnya saja mencapai tarif 600 ribu semalam.

"Sudah lama nunggunya?" tiba-tiba Michael menepuk pundakku dari belakang sampil tersenyum padaku, memamerkan kedua lesung pipinya yang luar biasa menawan.
Michael memang remaja yang ganteng, aku akui. Sekilas, orang tak akan menyangka kalau orientasi seks-nya lebih kepada sesama laki-laki daripada kepada lawan jenisnya. Kulitnya putih dan badannya bersih, belum lagi bodinya yang ramping dan penampilannya yang sangat cool. Tak berlebihan, jika aku lantas mulai menyukainya juga, meski sebelumnya aku tak pernah benar-benar menyukai laki-laki. Aku sebenarnya terlahir sebagai lelaki normal, namun mungkin karena profesiku inilah yang terkadang menuntutku untuk melakukan "kontak" dengan lelaki, yang pada akhirnya membuat orientasi "seks"-ku menjadi kacau.

"Yah, lumayan lama juga nunggunya. Hampir satu jam. Kenapa telat?" tanyaku seraya bangkit dari sofa di lobby hotel, tempat aku menunggu sejak satu jam yang lalu. Kami lantas berjalan beriringan mendekati meja resepsionis untuk selanjutnya menuju sebuah kamar di lantai tiga yang sudah di-booking Michael.

"Sorry, aku baru pulang clubbing." sahut Michael sambil merangkulku. Sudah biasa, kalau remaja kota seumuran Michael yang masih kelas 2 SMU sering menghabiskan waktunya keluyuran bersama teman-temannya, ia selalu menyebutnya "clubbing". Entahlah, apa saja yang mereka lakukan di luar sana, aku tak begitu peduli, lagipula itu bukan urusanku.

Ketika kami berdua menyusuri lorong lantai tiga, Michael tampaknya sudah mulai tak sabar melepaskan hasratnya, ia merangkulku lebih erat. Kali ini bukan di pundak, namun di pinggangku. Dan tangan kirinya yang mulai gatal, mengelus-elus perutku. Sesekali ia menciumi lengan dan leherku. Untung saja, lorong hotel itu begitu sepi dan tak ada seorangpun yang melihatnya. Tak berapa lama kemudian, tibalah kami di depan pintu kamar 335. Michael langsung memasukkan anak kunci ke lubangnya, dan kemudian memutarnya untuk membuka pintu. Setelah kami masuk, Michael langsung mengunci kembali pintu kamar.

Di balik pintu itulah, Michael langsung memelukku. Kami saling berpagutan lidah satu sama lain untuk beberapa lama. Aku mulai merasakan sentuhan bibir hangatnya melekat di bibirku. Michael memang hebat sekalipun usianya masih belia, bahkan terpaut lima tahun lebih muda dariku, tapi untuk urusan yang satu ini, ia seperti seorang yang sudah sangat berpengalaman.

Aku lantas membimbing Michael menuju kasur empuk yang ada di dalam kamar itu, aku membanting tubuhnya, menindihnya sambil tetap berpagutan satu sama lain. Tak puas sampai di sana, tanganku mulai beraksi mempreteli satu per satu pakaian yang melekat di tubuh Michael, T-shirt merahnya, sampai kaos oblong yang dipakainya. Lalu, aku mulai melonggarkan sabuk kulitnya untuk mempermudah memelorotkan celana jeans yang dipakai Michael. Sepatu sportnya pun tak ketinggalan, ku tanggalkan juga. Tak ada selembar pakaian pun yang kusisakan selain celana dalam putih dan kaus kaki yang dipakainya, dan luar biasanya ia malah tampak lebih tampan dengan keadaan telanjang seperti itu, apalagi dengan seuntai kalung emas yang berkilatan melingkar di lehernya. Dan kini, pemandangan indah itu terbentang tepat di depan mataku.

Michael pun tak mau kalah, ia juga melucuti pakaianku satu per satu. Aku malah dibuatnya telanjang bulat. Lalu, ia membalikkan tubuhku dalam posisi telentang. Michael mengangangkan kakiku sedikit lebih lebar dan kemudian ia menghisap batang rudalku. Dikulumnya dan dibawanya keluar masuk mulutnya, sampai sepanjang penisku basah oleh air liurnya. Aku mengerang, sambil merasakan gigitan-gigitan nakalnya di penisku, bahkan sampai ke buah pelirku. Sesekali ia mencengkeram penisku dan menjilati ujungnya dan bagian kulupnya bergantian. Aku tak tahan merasakan rasa geli di bagian bawah sana, geli yang bercampur nikmat.

Setelah tiba giliranku, maka aku pun berbuat tak kalah liar dengan apa yang dilakukan Michael tadi. Aku pun menikmati batang kejantanan Michael yang panjangnya tak kurang dari 15 cm itu dengan bulu-bulu halus yang mulai memanjang yang tumbuh liar di seputar kemaluannya. Aku memberikan servis terbaikku untuk pelangganku yang satu ini, karena aku memang mulai menyukainya. Bahkan untuk dia, sekalipun aku tak dibayar kali ini, aku rela. Tapi Michael bukan tipe orang yang suka diberi servis gratis, ia sangat mengerti, kalau aku hidup dari bekerja seperti ini, kalau tak dibayar, maka aku tak dapat uang hari ini.

Malam itu kami bertempur habis-habisan. Aku tak bisa menceritakan semuanya secara detail, karena selebihnya dari foreplay itu, aku tak ingat lagi secara detail apa saja yang kami lakukan. Yang jelas, kami melakukan yang lebih baik dari pertemuan sebelumnya, bahkan saat kami mulai mandi bersama untuk membersihkan badan seusai bertempur, jam dinding di kamar hotel sudah menunjukkan pukul 4 pagi.

"Kau mau kuantar pulang?" kata Michael esok siangnya selepas kami bangun tidur.
Ia berbaring disisiku dan menggenggam sebelah tanganku. Dengan setengah mengantuk, aku membalikkan badanku berhadapan dengan Michael.
"Tak usah repot-repotlah. aku naik taksi saja, ok?" sahutku dengan suara lemah.

Michael kemudian berbalik, ia mengambil celana jeansnya yang tergeletak di meja dekat kasur dan kemudian mengambil dompetnya. Kemudian ia menyodorkan sepuluh lembar uang seratus ribuan kepadaku. Lagi-lagi, ia tersenyum, aku juga balas tersenyum sambil menerima uang jasaku untuk semalam, "trims."

"Kau yakin tak mau diantar? Tak keberatan kan kalau aku ke tempat kosmu?" tanya Michael sekali lagi. Sesaat aku hanya diam, aku mengelus muka Michael yang bersih.

"Maaf aku tak bisa menerima tawaranmu. Lebih baik jika kamu tidak tahu dimana kosku, kau bisa menelponku lagi jika butuh servisku. atau barangkali untuk sekedar melepas kangen." gurauku.

"Kalau begitu, aku masih butuh servismu satu hari ini lagi, bagaimana?"

"Memangnya kamu nggak pulang? nggak dicari orang tua nih?"

"Orangtuaku di luar kota, jadi aku punya sedikit kebebasan."

"Okelah kalau begitu. Aku juga kebetulan nggak ada janji hari ini,"

Jadilah selama dua hari itu aku menemani Michael yang "kesepian" ditinggal oleh orang tuanya. Jam sebelas siang, kami beranjak dari kasur dan mandi. Bahkan ketika kami di dalam bath tub pun, kami masih tak cukup puas untuk menyalurkan hasrat kami masing-masing. Dalam keadaan yang sama-sama telanjang bulat, kami bergumul di dalam bath tub yang sempit itu. Asyik dan jauh lebih seru daripada semalam, dengan bermandikan busa-busa sabun yang melumasi badan kami saat itu.

"Vian, aku mau ngoral." pinta Michael sambil meremas batang rudalku di dalam air hangat yang memenuhi bath tub. Aku pun menurut saja, apalagi rudalku saat itu sudah melesak karena full ereksi dengan panjangnya yang 15 cm itu, tak jauh beda dengan punya Michael.

Aku menarik badanku, merangsek ke bibir bath tub dan duduk di atasnya. Muka Michael di dekatkan ke kepala penisku, makin lama makin dekat, dan akhirnya, "Plok."
Michael mencaplok penisku, kemudian menghisapnya maju mundur dengan nikmatnya. Otomatis, aku tak kuasa menahan kenikmatan yang kurasakan saat itu, aku mendesah, mengerang dan menggelinjang sambil menikmati permainan Michael.

Michael cukup lama mengoralku saat itu.

"Kau liar juga, Mich." kataku sambil mengelus rambutnya, sambil sesekali mendorong perlahan kepalanya untuk memasukkan penisku ke dalam mulutnya yang mungil.
Michael melirikku dari bawah sana, ia hanya tersenyum menanggapi kata-kataku barusan.

Setelah Michael puas mengoralku, sampai spermaku pun muncrat memenuhi mukanya, aku mengangkat tubuh Michael, kemudian mendudukkannya di tempat dimana aku duduk tadi.

"Sekarang giliranku." kataku sembari mencengkeram penis Michael yang keras membatu.
Michael pun pasrah saja, ketika aku mulai memasukkan penisnya yang kemerahan dan tak bersunat itu ke dalam mulutku, menghisapnya dengan berirama keluar masuk mulutku. Lama kelamaan, kurasakan penis Michael makin kenyal seiring dengan cairan hangat yang kurasakan menyemprot masuk dari penis Michael ke dalam kerongkonganku. Sampai-sampai aku dibuat tersedak karenanya.

"Vian, minggu depan aku akan ke Paris, ke tempat Opaku. Namun, mungkin aku tak akan kembali kemari sampai libur natal nanti." kata Michael sesaat setelah kami memutuskan untuk beristirahat di dalam rendaman air hangat. Kami saat itu duduk berhadapan di dalam bath tub, aku memandang Michael dengan tatapan penuh tanda tanya. Apakah ini berarti aku akan kehilangan satu pelanggan setiaku lagi.

"I"m sorry. Aku akan melanjutkan SMU-ku di Jerman. Mulai bulan depan, awal semester baru disana. Sebenarnya, berat juga meninggalkan teman-temanku di sini, tapi mau bagaimana lagi? Aku terpaksa." tutur Michael dengan muka muram.
Saat itu, barulah terlihat tekanan batin yang ia rasakan saat ia harus mengikuti kemauan orang tuanya. Michael banyak bercerita tentang watak kedua orang tuanya yang keras, sehingga dari sana pula, aku dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa Michael termasuk salah satu dari jutaan anak yang kurang mendapat pelukan kasih sayang dari seorang ayah, mirip dengan kisah perjalanan hidupku yang besar tanpa tahu siapa ayahku.

Dari kurangnya kasih sayang itulah, Michael lantas mencoba mencari kasih sayang di luar dengan caranya sendiri dengan memanfaat fasilitas materi yang diberikan oleh orang tuanya. Ia memang termasuk kaya untuk ukuran anak seusianya, meski semua yang ia miliki adalah kepunyaan bapaknya.

Dengan pekerjaanku ini, entah sudah berapa banyak aku menemui orang-orang yang seperti Michael, baik pria atau pun wanita. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang kesepian, mengalami kehampaan hidup, dan berusaha memperolehnya dariku. Padahal aku sendiri, kalau mau jujur, aku pun adalah seorang yang sangat kesepian, terkadang aku malah berpikir bahwa hidupku ini tak ubahnya seperti sampah yang berbau busuk, bahkan sudah tak ada harganya lagi. Untung saja, sepak terjangku di dunia hitam ini tak sampai menyisakan penyakit kelamin bagiku, jika tidak, aku bukan hanya hidup sebagai sampah, namun mati pun akan sebagai sampah.

Berpisah dari Michael sebenarnya juga menjadi penolong bagiku untuk lepas dari profesiku sebagai gigolo. Beberapa bulan setelah kepergian Michael, aku pun memutuskan untuk meninggalkan kota ini. Dengan sisa tabunganku, aku merantau untuk bekerja di negeri kangguru sampai detik ini, namun tentunya tak lagi mengulang statusku yang lama, pekerjaanku benar-benar halal.

E N D





Article Directory: http://www.sumbercerita.com

1 komentar: