Sabtu, 14 Mei 2011

baru lagi baru lagi

Aksi Liar di Tengah Malam - 1
(by: suppercutey@yahoo.com)

Ach, alangkah eloknya pantai Sanur di waktu senja, gumamku di sela-sela kesepian yang menyelimuti kesendirianku petang itu. Ternyata sudah hampir dua jam lamanya aku duduk-duduk bernaung di bawah tenda kafe ini sambil menikmati pemandangan pantai Sanur, seolah-olah waktu berlalu begitu cepatnya, ketika kulirik jam tangan G-Shock yang melingkar di lengan kiriku, sudah hampir jam 6 sore.

Sebenarnya aku tak pernah semalas ini sebelumnya, dapat kupastikan tak pernah sekalipun! seingatku, baru kali ini aku menjadi seorang pemalas yang kerjaannya hanya membuang-buang waktu tanpa melakukan sesuatu apa pun, selain memikirkan masa lalu ditemani gemuruh ombak pantai yang sesekali tampak menggelora, seperti gejolak masa mudaku. Yah, kupikir sesekali bermalas-malasan seperti ini oke juga! aku bagai sedang menikmati hidupku, masa mudaku, tanpa memikirkan diktat-diktat kuliah yang menumpuk di meja belajarku di Melbourne. Mengingat kota itu, sama saja mengingat segudang tugas kuliah, laporan praktikum, dan tampang dosen paling eksentrik di kampus, Mr Brown. Menjengkelkan!

Oke, sampai disini aku rasa aku sudah kebanyakan basa-basi. Aku lupa kalau aku harus memperkenalkan diriku, lucu yah?!? pepatah bilang: Tak kenal maka tak sayang, benar nggak? Namaku sebut saja Steve, I'm 23 years old in the mid of this year. Aku asli warganegara Indonesia, sekalipun di dalam darahku, mengalir darah campuran Western dan Chineese. Kini aku berada di Bali hanya dalam rangka berlibur, setelah aku menyelesaikan studiku di Melbourne.

Mungkin, para pembaca yang kucintai bertanya-tanya, mengapa aku menulis untuk situs ini? Apa aku kurang kerjaan? Tentu saja, tidak! lantas, mengapa aku menulis untuk kolom sesama pria? Apakah aku ini gay atau homoseksual? Mungkin! Aku pun kadangkala bingung sendiri dengan orientasi seksualku, apakah aku ini gay? Tetapi kalau divonis seperti itu, aku sendiri tak bisa menjawab iya! Petualangan cintaku sebetulnya cukup banyak dan mungkin bagi sebagian orang tampak begitu rumit. Aku juga pernah jatuh cinta pada wanita, bahkan sekali waktu aku pernah memacari dua wanita sekaligus dalam kurun waktu yang bersamaan, namun tak bertahan lama. Kami putus setelah mereka sadar bahwa aku ini bukan tipe cowok yang setia, hah. Bagaimana bisa setia kalau cintaku harus terbagi fifty-fifty.

Waktu duduk di bangku SMU, aku juga pernah beberapa kali berpacaran dengan beberapa gadis top di sekolah, tapi yang paling berkesan tentu saja dengan seorang anggota cheerleader, sebut saja namanya Mawar. Dia adalah pengalaman pertamaku, mengenal apa yang disebut hubungan seks. Sampai detik ini, aku tak pernah lagi melakukannya dengan wanita, sekalipun di Melbourne kesempatan untuk berbuat seperti itu terbuka lebar untukku. Tetapi, disela-sela perjalanan cintaku dengan beberapa cewek itu, aku tak bisa mengingkari, bahwa ada terselip nama beberapa orang teman cowok yang pernah mengarungi lautan asmara bersamaku. Itu yang coba kuceritakan pada para pembaca saat ini, satu demi satu berdasarkan apa yang aku ingat. Setidaknya ada tiga orang yang menorehkan kesan mendalam untukku, Denny, Valent, dan seorang lagi adalah cowok Taiwan yang satu kelas denganku di Melbourne, sebut saja namanya Zai-Zai.

Aku mulai dari Denny, teman cowok yang aku kenal ketika kami sama-sama duduk di bangku kelas 3 SMP. Kami memang tidak satu sekolah, aku mengenalnya dalam sebuah pertandingan volley antar sekolah dimana team volley kebanggaan sekolah kami bertemu dengan team sekolah Denny di babak final. Dengan tidak melebih-lebihkan, jujur kuakui kalau Denny itu jago banget main volley. Pantas, kalau teman-temanku yang mengenalnya sebelum aku, menyebut Denny "sang Maestro dari SMP 12", kehebatannya dibuktikan dengan menang telak atas tim sekolahku waktu itu. Tetapi meski begitu, ia tipe cowok yang low profile, dan itu yang paling aku suka dari kepribadiannya. Kalau bicara tentang penampilan fisik, sekalipun bagiku itu nomor dua, Denny tak terlalu mengecewakan. Senyuman dan tampangnya sekilas mirip bintang iklan mie gelas yang ada di TV, aku tak tahu nama bintang iklan itu, tapi kurang lebih seperti itulah Denny.

Sesaat setelah pertandingan final usai, dan tim Denny dinyatakan sebagai pemenang, Aku masih ingat betul ketika anggota tim kami dan tim lawan bergantian saling berjabat tangan dan saling peluk sebagai tanda persahabatan dan sportivitas. Ketika giliranku memeluk tubuh Denny, aku seolah merasakan getaran batin yang begitu kuat di dadaku, aku deg-degan! Kupikir, barangkali itu dikarenakan aura Denny yang memancarkan karisma yang begitu kuat di dalam dirinya. Hah, Denny. Mengingatnya, membuat gejolak dan gairah masa remajaku bangkit kembali. Kini, Aku memang merindukannya, ingin sekali aku bertemu dengannya dan mengulangi apa yang pernah kami lakukan ketika usia kami masih dianggap anak bau kencur.

Suatu sore, aku merasa kejenuhan yang teramat sangat. Entah mengapa, aku sendiri tak tahu. Tapi yang jelas, aku lagi BeTe. Kerjaanku sejak siang hanya mengurung diri di kamar, tapi tak bisa tidur. Sesekali aku keluar hanya untuk mondar-mandir bak orang linglung. Lama-kelamaan aku bisa gila kalau tidak melakukan apa-apa, pikirku. Papa dan Mama belum pulang, sebenarnya ini merupakan kesempatan besar bagiku kalau aku mau "kabur" dengan BMW kesayangan papa. Papa nggak akan mengijinkan aku keluar kalau ia sudah datang, apalagi membawa BMW-nya. Katanya, saat berkumpul bersama keluarga adalah saat yang sangat penting. Hah, omong kosong! Tiap hari mereka berdua keluyuran sendiri dan pulang tidak pernah sebelum jam delapan, sementara aku dilupakan. Kalau pun ingat, paling-paling hanya dibawakan oleh-oleh sebungkus fried chicken kegemaranku.

Aku pun tak mau mengulur waktu lagi, aku harus pergi sekarang atau tidak sama sekali! Aku cepat-cepat saja kembali ke kamarku, menukar kaos oblongku dengan kaos kutung. Kalau keluyuran, aku lebih suka pakai kaos kutung. Aku memang tak begitu acuh dengan pakaian dan formalitas. Kalau enak dan aku suka, yah kupakai! Lagian, kata beberapa teman, lenganku berotot, jadi tampak seksi kalau aku pakai kaos kutungan. Hah, mereka memang ada-ada saja. Coba yang bilang begitu bukan orang berotak rada sinting seperti mereka, pasti PD-ku bakal lebih meningkat!

Aku tahu pasti dimana papaku biasa menyimpan kunci duplikat BMW-nya, yaitu di laci kamar yang kadang-kadang tidak dikunci kalau waktunya Mbok Ran membersihkan kamar. Dan sungguh, Dewi keberuntungan memang berpihak padaku sore itu, maka langsung kusikat saja sebuah kunci mobil dan STNK dari dalam laci kamar papa yang memang tidak dikunci. Mbok Ran memergokiku dan beliau sempat mencegahku, tapi aku cuek saja, malahan aku menggodanya dengan mencium pipinya dan langsung kabur. Cewek mana sih yang tidak akan terhipnotis setelah mendapat ciuman mautku? Kujamin, pasti Mbok Ran tidak akan membasuh mukanya sampai hari ketujuh, hah. Anak juragan yang nakal!

Sore itu sebetulnya aku sudah tahu pasti kemana aku akan pergi dengan BMW papaku, yaitu ke SMP 12. Sore itu jadwal Denny latihan volley di sekolahnya, dan ia biasanya selesai latihan jam 6 sore, sepuluh menit lagi! Aku ingin sekalian menjemputnya dan sesudah itu mengajaknya jalan-jalan ke mall. Supaya Denny tidak pulang mendahuluiku, maka kuputuskan untuk menelponnya dulu. Hampir saja aku terlambat, Denny sebetulnya sudah selesai latihan saat itu dan ia memang akan segera pulang. Tapi begitu aku menelponnya dan menawarinya jalan-jalan, Denny tak kuasa untuk menolak. Anak satu ini ternyata suka keluyuran juga, gumamku seusai menutup HP sambil nyengir. Tak lama kemudian, aku sudah sampai di depan pagar SMP 12, di ujung jalan, Denny sudah tampak menungguku dengan memegang sebuah bola volley ditangannya.

"Mau jalan-jalan kemana, Steve?" tanyanya setelah duduk di sampingku di jok depan. Aku memandangnya sesaat sambil nyengir.
"Pokoknya ikut aja!" sahutku sambil menggerakkan persneling di samping pahaku.

Sejenak, sempat kuperhatikan pakaian sport yang dipakai Denny, kaos kutung dan celana pendek birunya yang sama persis dengan yang dipakainya ketika pertandingan dulu. Tak luput juga dari perhatianku, betis dan separuh pahanya yang ditumbuhi bulu-bulu yang lebat. Tapi jangan berburuk sangka dulu, waktu itu aku tidak berpikir jorok sama sekali, hanya saja aku sedikit kaget karena kupikir agak tidak wajar kalau usia seumuran kami, sudah punya bulu-bulu selebat itu, betisku saja sampai saat itu masih mulus.

"Gila, bulu kamu lebat banget, Den!" kataku sambil berdecak dan berlagak seolah aku mengaguminya, memang!
"Emangnya kenapa? enggak boleh?" tantang Denny.
"Enggak, enggak pa-pa kok! aku cuma rada iri, hehe," sahutku ngocol.
"Oh, gitu yah? kayak orang yang nggak punya bulu aja! Jangan pura-pura deh, yang disembunyiin pasti lebih lebat dari punyaku!" sahut Denny ngasal. Aku sih hanya senyam-senyum saja mendengarnya.
"Kalau kepengen tahu, bilang aja terus terang!" kataku dalam hati.
"Steve, antar aku pulang dulu yah. Masak jalan-jalan pakai baju beginian?" pinta Denny lagi.

Ia lantas menyebutkan alamat rumahnya yang tidak begitu jauh dari sekolah. Aku sih setuju saja mengantar Denny pulang dulu, biar sekalian aku juga tahu dimana rumahnya.

Setiba dirumahnya, Denny mengajakku masuk sebentar sementara menunggunya mandi dan ganti baju. Aku menunggu Denny mandi kurang lebih sepuluh menitan di ruang tamunya yang cukup luas. Sesudah itu, Denny turun dari kamarnya di lantai dua dengan pakaian yang tak jauh beda dengan pakaian yang aku pakai, setelan celana jeans dan kaos kutung, hanya saja ia melapisinya dengan jacket.

"Oke aku siap!" kata Denny kemudian sambil menutup restsleting celananya yang masih setengah terbuka karena terburu-buru. Denny keluar lebih dahulu, sementara aku menyeruput habis orange juice-ku yang masih tersisa separuh di atas meja tamu.

Singkat cerita, malam itu kami sempat berkeliling kota, berjalan-jalan di mall sambil menebar pesona, dan makan malam di salah satu restoran fast food. Tak begitu mengecewakan acara yang kami buat malam ini, paling tidak saat di mall, kami sempat berkenalan dengan beberapa orang gadis cantik, yang salah seorang diantaranya ternyata seorang artis sinetron.

Aku dan Denny memutuskan pulang setelah jam 10 malam, entah mengapa aku begitu senang malam itu. Aku benar-benar lupa bahwa ketika aku sampai di rumah nanti, aku harus siap menerima dampratan dari papa plus omelan dari Mama, atau paling parah aku tidak akan diberi uang saku selama seminggu. Tapi aku mulai merasa galau ketika dalam perjalanan pulang, pikiranku tidak bisa tenang memikirkan hukuman apa yang akan aku terima nanti. Dengan takut-takut, aku memutuskan untuk menelepon ke rumah setidaknya mengabarkan kalau aku pulang telat malam ini. Untunglah, yang menerima teleponku Mbok Ran. Dari beliau juga ku ketahui bahwa papa dan Mama tidak pulang malam ini karena harus menemani relasi papa menginap di hotel.

"Mbok Ran, aku malam ini kayaknya juga nggak pulang, aku nginap di rumah temanku, kerja PR!" kataku mengada-ada.

Padahal, aku belum bilang pada Denny, kalau aku mau menginap di rumahnya. Setelah, telepon kututup. Denny memandangku sambil mengernyitkan kening.

"Nginap di rumah teman? kerja PR? teman mana yang kamu maksud?" tanya Denny.
"Temanku yang di kutub selatan. Siapa lagi? ya kamulah! boleh kan aku nginap di tempatmu malam ini? kebetulan papa dan Mamaku nggak di rumah malam ini. Please," pintaku sambil berlagak memelas.

Denny tampak berpikir sebentar sambil mengernyitkan keningnya dan menggigit-gigit bibir bawahnya, seolah-olah keberatan menerimaku menginap di rumahnya.

"Ayo dong, jangan pelit-pelit! apa perlu bayar untuk nginap semalam?" gurauku masih dengan nada memelas. Lucu, baru seminggu kenal, sudah bisa seakrab gini.
"Oke, aku bilang sama ortu-ku dulu, sekalian aku tanya tarif sewa hotelnya semalam! soalnya yang punya hotel kan mereka. Tapi kalau seandainya ortu-ku lagi nggak mood or nggak setuju, jangan maksa loh yah! Lagian, belakangan ini banyak kasus perampokan rumah sih, jadi kemungkinan besar ortuku nggak sembarang terima orang iseng yang mau nginap," kata Denny sambil bermimik serius.
"Brengsek, emangnya aku maling apa?!?" sahutku ketus.

Tak lama sesudah itu, kami sampai di rumah Denny yang tampak asri sekalipun tak terlalu mewah dibandingkan rumah tetangganya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, malam itu kedua orang tua Denny tidak keberatan sama sekali kalau aku menginap di rumah mereka, bermalam sekamar dengan Denny di lantai dua. Denny mengantarku ke dalam kamarnya yang lumayan besar dan sejuk. Kupikir, kamar Denny masih lebih nyaman daripada kamarku.

Di sudut ruangan, tampak satu set meja belajar dengan buku-buku yang tertata rapi, disebelahnya ada seperangkat televisi, tape compo dan playstation. Semua koleksi CD-nya pun tertata apik disebuah rak panjang disebelahnya. Ternyata, Denny bukan cuma keren, namun orang yang perfeksionis dan cinta kerapian. Jauh berbeda dengan sifatku yang rada "jorok", hehe. Tetapi, para sesepuh bilang kalau "perbedaan itu indah"! (hah, membela diri nih!)

Wah, ini awal dari kisah yang menegangkan dalam ceritaku ini. Bermula pada saat Denny melepaskan pakaiannya satu per satu di depan mataku tanpa rasa canggung sedikit pun. Kala itu, pintu sudah terkunci, bahkan berani kupastikan seekor kecoa pun tidak akan bisa masuk, apalagi gajah! Entah kenapa, bagai terhipnotis, mataku melotot tak berkedip memandang tubuh mulusnya yang sesaat dipamerkan di hadapanku. Dadanya yang bidang dan putih mulus, perutnya yang datar, dan lebih lagi bulu-bulunya yang tampak mulai lebat di dada dan ketiaknya.

Denny tampak begitu macho dan jauh lebih seksi dengan bertelanjang dada dan hanya dibungkus oleh celana jeans ketat dengan sabuk besi yang mulai dibukanya perlahan. Denny bahkan sama sekali tidak canggung, bergerak kesana kemari di hadapanku sambil melepaskan pakaiannya dan kemudian menggantungnya satu per satu di balik pintu kamar.

Sementara aku, denyut jantungku berdegup lebih kencang, dan untuk sedikit menenangkannya, aku merangsek ke tengah spring bed sambil bersandar di tembok. Tatapan mataku belum lepas dari Denny. Entahlah, kurasa aku belum pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya ketika memandang tubuh teman-teman priaku. Bahkan sekalipun aku sering mandi bersama dengan kakak cowokku dan sama-sama dalam keadaan telanjang bulat, aku tidak merasakan apa-apa.

Denny menarik restletingnya ke bawah, kemudian ia memelorotkan celana jeansnya yang agak sesak, ia tak langsung berganti celana, melainkan menggantung celana jeans tersebut di balik pintu dan sekalian mengambil celana kolornya yang juga tergantung di tempat yang sama. Karena itu, aku bisa menikmati pemandangan pahanya yang mulus, bulu-bulu yang tidak kalah lebatnya dari bagian atasnya, dan tentu saja CD G-Stringnya yang berwarna putih dan rada transparan mempertontonkan lubang pantatnya. Juga tak kalah menarik, yaitu tonjolan besar dibagian depan CD-nya itu.





Aksi Liar di Tengah Malam - 2
(by: suppercutey@yahoo.com)

Dari bagian 1

Wow, sekilas saja aku melihatnya sudah membuat air liurku menetes tak keruan. Gila benar, badannya bagus banget, pikirku. Sementara itu, penis kesayanganku di bawah sana sudah mulai membatu, keras dan mulai terasa sesak memenuhi CD-ku. Sesaat, kumasukkan tanganku ke balik celanaku untuk membetulkan letak penisku agar tidak kejepit.

Usai tontonan yang cukup membikin jantungku hampir copot itu, Denny mendekatiku, tetap ia sama sekali tak menyadari kalau mataku jelalatan sejak tadi memandangi tubuhnya yang nyaris bugil. Denny duduk disisiku di atas ranjang, ia pun bersandar. Ia mengambil sebuah buku di meja yang ada di sisi ranjang. Setelah kuamati, ternyata buku yang dipegangnya adalah diktat Biologi kelas 2.

"Ngapain belajar itu? Ebtanas bukannya masih dua bulan lagi?" tanyaku heran.
"Iya sih, tapi besok aku ada try out. So, sorry banget kalau aku nemenin kamu sambil belajar. Nggak pa-pa kan? kamu kamu suka main PS, main aja asal jangan nyalain tape aja. Aku nggak bisa konsen kalau bising! enggak pa-pa kok, anggap aja rumah aku! hehe," gurau Denny sambil nyengir.

Aku sebenarnya rada kecewa mendengarnya, soalnya sebelumnya aku pikir kalau Denny bakal menemaniku ngobrol sepanjang malam, karena ada satu masalah yang ingin aku curhatin sama dia. Karena selama ini, aku belum menemukan seorang sahabat yang bisa aku percaya untuk menyimpan rahasia dan begitu dewasa seperti Denny.

Aku merapatkan badanku ke badan Denny, sambil berpura-pura membaca apa yang ia baca. Sementara Denny tampak begitu serius belajar dan membalik halaman demi halaman buku yang tebalnya lebih 2 cm itu. Karena saking konsentrasinya Denny belajar, timbul ide gilaku untuk membantu sedikit mengendurkan urat syaraf otaknya yang tegang.

Aku mengeluarkan jurusku yang pertama. Aku ambil dompetku dari saku belakang celanaku, lalu dari dalamnya aku ambil sebuah foto layak sensor, apalagi kalau bukan foto telanjang seorang cowok yang sedang full ereksi. Kemudian, foto itu kutaruh di tengah-tengah halaman buku yang sedang dibaca Denny. Kontan saja, Denny kaget melihatnya, dia sedikit marah karena aku ganggu, tapi mungkin waktu itu ia sempat curiga melihat aku punya foto seperti itu.

"Gila, apa ini?" katanya ketus sambil melemparkan foto itu atas ranjang.

Denny melanjutkan lagi belajarnya, mukanya setengah kusut. Tapi aksiku tak berhenti sampai disana, aku ambil foto itu dan kutunjukkan lagi pada Denny, kali ini tidak di atas lembaran buku, namun kusodorkan ke depan mukanya.

"Ini pelajaran yang kamu baca barusan, yang ini gambar anatomi tubuh manusia yang lebih jelas dan nyata, gimana?" kataku sambil nyengir.

Kemudian, aku sebutkan satu persatu bagian tubuh yang ada di gambar itu, berlagak seolah-olah seorang guru yang mengajari muridnya. Tetapi begitu sampai pada bagian vital yaitu penis, tanganku tak lagi menunjuk pada gambar, namun refleks meraba penis Denny sendiri.

"Yang ini namanya penis, mengerti?" kataku menantang, sementara itu tanganku tak mau beranjak memegang penis Denny, karena begitu pertama kali aku menyentuh penisnya, aku merasakan penis Denny sudah mengeras. Cukup lama juga aku meraba-raba penis Denny sampai akhirnya Denny menyingkirkan tanganku dari area terlarangnya.

"Stop, apa-apaan sih kamu ini?" bentak Denny sambil menggeser tubuhnya sedikit menjauh. Tapi sudah terlihat di raut mukanya, kalau Denny sudah tidak bisa sekonsen tadi menghadapi buku pelajaran yang dipegangnya. Ia hanya berpura-pura konsentrasi, aku tahu itu! Tapi aku sadar, aku tak boleh mengganggunya kalau ia tidak suka, takutnya ia malah jengkel dan mengusirku malam itu, apalagi jam sudah menunjukkan hampir pukul 12 malam.

Aku lantas berbaring, aku merasa rada capek, tapi anehnya aku tak ingin cepat tidur sebelum Denny tidur karena aku tak bisa tidur dalam keadaan terang benderang seperti saat itu, tetapi di samping itu, aku juga masih memikirkan tubuh telanjang Denny yang begitu seksi yang kulihat tadi.

Aku hanya berbaring tanpa memejamkan mata, kupandangi langit-langit sambil sesekali mencuri-curi pandang ke arah Denny di sebelahku. Cukup lama aku menunggu, karena Denny baru berbaring setelah jam 1 dini hari. Raut mukanya sudah tampak kelelahan sekali. Tetapi anehnya, untuk beberapa saat, aku perhatikan kalau Denny seperti orang gelisah, beberapa kali ia membolak-balik posisi tidurnya seperti kue serabi.

"Mikirin apa? Kok nggak tidur-tidur?" tanyaku pelan.

Denny mengubah posisi tidurnya lagi, kali ini menghadap aku. Begitu dekatnya muka kami berdua, sehingga aku bisa melihat lebih jelas sepasang mata indahnya dan hidungnya yang mancung, serta bibir tipisnya yang menawan itu.

"Kau juga kenapa belum tidur?" katanya balik bertanya.
"Aku nggak biasa tidur jika lampu hidup!"
"Nah, sekarang lampu kan sudah kumatikan, tidurlah!"
"Den, aku suka kamu!" tiba-tiba saja kalimat itu terlontar dari bibirku saat itu.

Denny hanya meresponnya dengan senyuman, aku tahu ia pasti menganggapku sedang bercanda pagi itu.

"Apa maksudmu? Emangnya apa yang kau sukai dari aku?"
"All. Awalnya sih aku sekedar kagum sama performance-mu, apalagi di lapangan. Tapi belakangan, aku jadi tambah suka sama kamu, barangkali semuanya. Entahlah, aku suka gayamu, kepribadianmu, your smiling face, dan semuanya. But, tolong jangan berpikir negatif dulu. Aku cuma nggak mau kehilangan seorang sohib kayak kamu. Be my close friend forever, please!" kataku pelan.
"Tentu, kenapa enggak? kamu ngomong gitu seolah-olah kita mau pisah aja. Tapi terus terang, aku memang punya banyak teman dan sahabat, tapi yang terasa paling spesial itu cuma kamu.."
"Really?" tanyaku setengah tak percaya, namun bercampur senang.
"Iya, soalnya kamu yang paling aneh sih. Aku nggak ngerti jalan pikiranmu! Kamu itu teman aku yang paling lucu.. Hihi" kata Denny melucu.

Tapi aku tak tertawa, aku malah jengkel dibuatnya. Kuambil guling disebelahku dan kupukulkan ke mukanya, tentu saja hanya sebatas bercanda, "Dasar, semprul!" Kemudian, guling itu kubekapkan ke mukaku, kucoba untuk tidur. Denny pun tak terdengar suaranya lagi, ia tertidur.

Jam 2 lebih seperempat, ternyata aku belum tidur juga. Pikiranku masih galau, kemudian kunyalakan lampu kecil di meja yang ada tepat di sampingku. Kulirik tubuh Denny yang tergolek di sebelahku. Tubuh yang seksi dan sedang terlentang di depan mataku, membuat denyut jantungku makin tak keruan.

Celana kolornya sedikit tersingkap, sehingga CD putihnya tampak dari luar. Bagaimana dengan penisnya? aku sangat penasaran untuk dapat mengetahuinya. Seberapa besarnya, warnanya apa dan bagaimana rasanya jika kupegang dengan tanganku, seberapa lebat jembut-jembut yang mengelilinginya dan bagaimana rasanya jika kupegang, pertanyaan-pertanyaan seperti itu mulai berkecamuk dalam pikiranku? Apakah penis Denny "sekeren" orangnya?

Akhirnya karena sudah tak tahan lagi, tanganku mulai bergerilya menggerayangi tubuh Denny. Hal pertama yang aku lakukan adalah pemetaan lokasi, yaitu menumpangkan tanganku di atas bagian yang menonjol dari balik celana Denny. Aku meraba-raba perlahan sambil bergemetaran, dan mulai kurasakan setiap lekukan-lekukan penisnya.

Wow, lumayan besar juga, bagaimana jika sedang ereksi? Sementara itu, tangan kiriku sendiri kuselipkan ke sela-sela celanaku untuk menggapai batang kejantananku yang sudah mengeras. Di saat-saat yang menegangkan itu, aku berusaha menyinkronkan gerakan tangan kanan dan tangan kiriku agar bisa kurengkuh kenikmatan yang maksimal. Sekali-kali kukocok juga penisku yang panjangnya tak kurang dari 15 cm itu. Wow, nikmatnya!

Tak puas sampai di situ saja, aku melepaskan penisku dari genggaman. Supaya lebih leluasa, aku buka saja celana jeans-ku, sehingga aku setengah telanjang dengan hanya memakai singlet dan celana dalam. Penisku tegak dan bergoyang-goyang kesana kemari bagai batang bambu yang tertiup angin surga.

Sesudah itu, aku bangun dari posisi tidurku, aku setengah berjongkok di sebelah Denny. Apa lagi yang akan kulakukan, kalau bukan berusaha melepaskan celana kolor Denny agar aku bisa benar-benar menikmati penisnya dalam genggaman tanganku. Pasti akan lebih asyik tentunya! Dengan perlahan dan hati-hati sekali, aku mulai memelorotkan celana Denny sampai sebatas lutut. Dan kini, di depan mataku yang membuka lebar, terpampang sebuah pemandangan menakjubkan, paha Denny yang mulus dan penisnya yang hanya dibalut celana dalam.

Untuk beberapa saat lamanya, aku hanya memandangi tubuh lemah tak berdaya itu, aku sungguh menikmatinya. Luar biasa, pikirku. Kupegang lagi tonjolan itu, masih terasa sama seperti yang tadi, kudapat kesan ada sesuatu yang besar dan kokoh di balik CD itu, hanya saja kali ini lebih jelas terasa. Lalu kedekatkan wajahku ke tonjolan itu.

Harum semerbak mewangi aroma kejantanan seorang lelaki dari CD yang dipakainya. Kujulurkan lidahku, kujilati setiap lekukan pada seputar tonjolan itu dan bahkan ke seputar selangkangannya, dan kubaui setiap bulu-bulu halus yang tumbuh liar di paha Denny yang sangat mulus. Wow, nikmatnya!

Lantas setelah itu, tanganku yang sudah gatal sejak tadi pun mulai melancarkan agresinya, kusebut sebagai "agresi liar tak terkendali". Keselipkan tanganku ke balik CD itu, perlahan namun pasti aku coba untuk melepaskannya, dan berhasil sekalipun dengan sedikit kerja keras agar Denny tak sampai terbangun.

Wow, mulutku tanpa komando berdecak kagum menikmati apa yang kini ada di depan mataku. Jauh lebih menggiurkan dari sepotong ayam goreng atau bahkan steak termahal sekalipun. Sebuah sosis segar yang kecoklatan yang tampak lunglai! Ingin sekali aku segera mencicipinya dengan mulutku. Karena itu, tanpa komando, aku dekatkan lagi mulutku ke sosis itu.

"Plok!" penis Denny sudah tenggelam di dalam mulutku, perlahan namun pasti kumasukkan penis itu sampai tenggelam seluruhnya di dalam mulutku, lalu kuhisap, kulemot dan kuempot maju mundur.

Aku sedikit kaget dan melepaskan hisapanku ketika tubuh Denny bergerak dan ia berganti posisi. Kali ini sedikit menyulitkanku untuk menjangkau penisnya, karena Denny memeluk guling, sehingga aku hanya diberi pantatnya. Tapi tak apalah, pantatnya pun tak kalah menggiurkan. Aku berbaring di belakangnya, lalu kugesek-gesekkan penisku ke pantatnya, sementara tanganku meraba-raba perut, dada dan puting susunya secara bergantian. Tapi tak hanya itu, aku juga mulai memberanikan diri untuk menciumi leher dan pipinya yang bersih dan halus. Tapi karena aksiku itu, Denny bergerak-gerak. Mungkin ia merasa geli akibat agresi yang kulancarkan. Tapi untunglah, Denny tak sampai terbangun, atau ia memang pura-pura tidur agar aku bisa tetap leluasa menggerayanginya, aku juga tak tahu dan aku tak peduli!

Bau deodoran yang dipakai Denny malah membuatku makin horny dan membuat lidahku betah berlama-lama menghisap seluruh bagian tubuhnya, bahkan di balik ketiaknya sekalipun, aku suka dengan rasa geli akibat gesekan wajahku dengan bulu-bulu ketiak Denny yang lumayan lebat. Ketika kesempatan itu tiba, aku tak menyia-nyiakannya. Dari balik punggungnya, aku coba untuk meraih penis Denny yang panjangnya dapat kuperkirakan tak kurang dari 16 cm jika sedang ereksi itu. Dapat! Aku kocok perlahan sambil kugesek-gesekkan kemaluanku ke lubang pantatnya, berirama dan sungguh menggairahkan!

Paginya, aku terbangun jam 6 pagi setelah kudengar suara seseorang menggedor pintu kamar seraya memanggil-manggil nama Denny, ternyata itu suara pembantu di rumah Denny. Sementara itu kulihat Denny masih terlelap di sebelahku, tentu saja ia masih tak bercelana dan penisnya tampak begitu perkasa pagi itu. Sesudah aku terbangun, Denny pun menyusul.

Dengan masih setengah mengantuk, betapa kagetnya ia mengetahui kalau ia tak bercelana saat itu. Ia segera mengambil celana kolor dan CDnya yang bergeletakan di atas kasur, kemudian ia memakainya dan langsung ke kamar mandi di dalam ruangan itu, ia tak berkata sepatah kata pun. Aku tahu, ia pasti marah padaku.

Ketika aku masih linglung dan pikiranku kacau memikirkan kemarahan macam apa yang akan diluapkan oleh Denny, tiba-tiba kudengar Denny memanggil namaku sambil melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi.

"Kenapa bengong saja? Kau tidak mandi? Kita sudah kesiangan ke sekolah tahu!" katanya sambil melemparkan handuknya ke mukaku.
"Kau sudah selesai?" sahutku dengan gagap.
"Belum, mandi sama-sama aja disini. Airnya segar!" ajaknya yang langsung kutanggapi dengan girang.

Kebetulan sekali, pikirku. Ternyata dugaanku meleset total, Denny tidak marah sama sekali padaku. Aku tahu Denny memang terkenal orang yang sabar, karenanya banyak cewek yang kepincut sama dia.

Aku segera bangkit dari kasur pegas itu dan bergegas menuju kamar mandi sebelum pintu itu tertutup lagi untukku, atau lebih jelasnya sebelum Denny berubah pikiran! Wow, di dalam kamar mandi pagi itu, mataku benar-benar bisa terpuaskan menikmati setiap lekukan tubuh Denny yang atletis, mungkin begitu pun sebaliknya, jika Denny menyukai tubuhku juga. Kami berdua benar-benar berbugil ria, tanpa tertutupi oleh sehelai benang pun di tubuh kami.

Sejak hari itu aku jadi keranjingan untuk main-main dan bahkan menginap di rumah Denny, yang sudah kuanggap sebagai rumah keduaku setelah rumah yang dibeli ortuku sendiri. Aku sering belajar bersama di sana, nonton vCD, main PS dan termasuk melakukan "hal-hal" yang menyenangkan. Namun sebetulnya kami lebih sering menghabiskan waktu untuk belajar bersama kala itu, karena kami sedang dalam persiapan menghadapi Ebtanas.

Sampai akhirnya kami berdua bisa lulus dengan nilai yang boleh dikata memuaskan. Dan aku sadar, bahwa keberhasilan itu juga berkat persahabatan kami. Namun sejak memasuki SMU, kami berpisah. Aku melanjutkan SMU-ku di negeri kangguru, sedangkan Denny hijrah ke Jakarta. Sejak itu kami betul-betul putus hubungan.

Lantas, kalau kalian bertanya dimana Denny sekarang? Sebelum aku menjawabnya, aku ingin bertanya: Percayakah kalian pada apa yang dinamakan "kebetulan yang menyenangkan"? Kalau kalian percaya itu, mungkin semacam itulah yang aku alami ketika tak sengaja aku bertemu dengan Denny di hotel ini dua hari lalu. Kami ternyata sama-sama menginap di hotel yang sama, dan kini Denny sedang bersamaku menghadapi laptop kecil ini. Bahkan yang lebih gila lagi, ia kini sedang asyik memain-mainkan penisku di lidahnya.

"Argh, terus, Den, terus!"

E N D





Aku Pemuas Nafsu Laki-Laki - 1
(by: hanurapta@yahoo.com)

Aku dilahirkan di satu kota kecil di propinsi Kalimantan Selatan dan aku dibesarkan disana, tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya seorang anak laki-laki, dan aku juga sekolah seperti halnya anak-anak yang lainnya. Sampai akhirnya aku meneyelesaikan bangku sekolah sampai tingkat SMU, dimana setelah aku lulus dari SMU rasanya hidup ini jadi lebih bebas, tidak dituntut harus belajar tiap hari dan harus masuk sekolah setiap hari yang membuat seakan hidup ini terkungkung didalam kurungan yang tak nampak. Dan pada saat-saat seperti itu aku minta ijin kepada kedua orang tuaku untuk merantau ke pulau Jawa dimana suasana kehidupan lebih moderen dengan segala permasalahannya dan juga tingkat pendidikan atas jauh lebih baik bila dibandingkan dengan ditempat asalku sana.

Berbekal doa restu orang tuaku suatu hari aku memulai perantauanku dengan menumpang sebuah kapal, dalam perjalanan selama berhari-hari cukup membuatku merasa bosan dan jemu akan tetapi tidak banyak kegiatan yang bisa kuperbuat selama itu, sampai akhirnya kapal yang kutumpangi berlabuh di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Ketika itu usiaku belum genap 18 tahun disaat aku memulai petualanganku yang akhirnya aku terseret dalam gelombang kehidupan yang penuh dengan ketidak tentuan ini.

Setelah aku turun dari kapal, aku tidak tahu harus melangkah kemana dan harus kemana, karena aku pada saat itu masih belum mempunyai tujuan yang pasti yang harus kutempuh, aku tidak mempunyai saudara, teman atau sebagainya sebagai tempat tujuanku saat itu. Yang menjadi tekadku saat itu hanyalah ingin mencari informasi tentang pendidikan di berbagai perguruan tinggi yang pada setiap awal tahun ajaran baru, yang seakan-akan berlomba untuk mencari calon mahasiswa sebanyak-banyaknya dan hal itu juga berlaku untuk berbagai macam kursus keterampilan dan lain sebagainya yang coba-coba memanfaatkan lulusan SMU yang baru. Setelah aku mengumpulkan berbagai macam informasi tentang berbagai perguruan tinggi sambil duduk merenungkan akan jurusan apa yang akan kuambil dan juga perguruan tinggi mana yang akan kupilih serta masih banyaknya kesempatan waktu yang tersisa sebelum mendaftar dan mengikuti test masuk perguruan tinggi.

Maka untuk mengisi waktu luang itu aku putuskan untuk pergi kepulau Bali yang konon kata orang adalah pulau dewata atau pulau nirwana. Karena dari Surabaya perjalanan ke Bali jauh lebih dekat dibandingkan kalau aku harus memulai perjalanan ke Bali dari kampung halamanku. Dalam perjalanan itu aku memutuskan untuk naik bus jurusan Surabaya-Denpasar yang banyak berderet dengan berbagai nama itu. Dalam perjalanan dari Surabaya sampai Denpasar tidak ada hal yang istimewa seperti kebanyakan semua penumpang bus dengan perjalanan panjang menggunakan waktunya hanya untuk tidur dan kalaupun berbicara dengan teman sebangku itupun hanya untuk basa basi saja dan kalaupun pembicaraan tidak menarik maka akan saling berdiam diri dan akhirnya mata akan terpejam dengan sendirinya.

Setelah semalan tertidur didalam bus malam paginya aku bangun sudah sampai di Bali dan tidak kuketahui dengan pasti sudah sampai dikota mana itu, yang kutahu perjalanan sampai kekota Denpasar tidak berapa lama lagi sudah sampai, yah mungkin kurang lebih sekitar satu jam.

Sesampainya diterminal bus aku putuskan untuk pergi ketempat rekreasi yang paling terkenal di Bali yaitu pantai Kuta. Maka aku naik bemo atau mikrolet atau apa saja namanya, aku tidak tahu dengan pasti, pokoknya bisa sampai ke Kuta. Setelah sampai didaerah sekitar Kuta aku berjalan kaki sambil menyusuri lorong-lorong jalan yang cukup sempit akan tetapi padat dengan para turis dari mancanegara juga kios-kios kecil yang menawarkan berbagai macam bentuk kerajinan tangan dan cinderamata khas Bali mulai dari gantungan kunci, baju kaos, sarung sampai patung ukiran dan lain sebagainya.

Sampai akhirnya langkah kakiku berhenti dipinggir pantai yang berpasir putih yang dipenuhi oleh turis yang sedang berjemur diterik matahari pantai Kuta. Aku memutuskan untuk mencari tempat berteduh dipantai itu walaupun tidak benar-benar teduh dan sejuk akan tetapi cukup untuk mengurangi teriknya matahari yang begitu menyengat kulitku itu, akan tetapi paling digemari oleh turis-turis. Sambil memandang keindahan pantai Kuta yang membuatku terkagum-kagum yaitu didaerahku juga ada pantai akan tetapi kenapa tidak dikunjungi oleh turis dari mancanegara sebanyak yang di Bali ini. Tidak terasa cukup lama waktu yang kuhabiskan untuk memandangi ombak yang berkejaran silih berganti tiada henti dan tak pernah merasa lelah itu.

Sampai akhirnya aku merasakan adanya tatapan sepasang mata yang memandangiku sejak kapan aku tidak tahu, dia memandangi setiap gerak tubuhku dan setiap pandangan mataku sehingga akhirnya aku merasa risih sendiri, dan dia mungkin juga merasakan kalau aku merasa risih dipandangi terus menerus seperti itu. Dan sebagai reaksinya akhirnya dia bangkit berdiri dan menghampiriku sambil tersenyum dia memperkenalkan dirinya tanpa kuminta terlebih dahulu dia menyebutkan namanya "Iwan."

Dia adalah tipe pemuda yang cukup tampan, berkulit bersih, berpenampilan cukup trendy dengan rambut ikal yang dipotong cukup rapi sehingga terkesan sportif dalam penampilannya, setelah berbasa-basi cukup lama akhirnya kuketahui dia berasal dari Manado dan dia berkunjung ke Bali juga untuk menghabiskan masa liburannya juga karena dia sudah duduk dibangku perguruan tinggi semester tiga dikotanya dan dia datang seorang diri ke Bali dan selama di Bali ini dia bertempat tinggal disebuah hotel yang cukup berbintang karena dia ternyata anak orang cukup berada di kampungnya sana. Singkat cerita setelah berbincang-bincang cukup lama dipantai itu dan dia menanyakan selama di Bali ini aku tinggal dimana. Maka kujawab bahwa aku baru saja datang dari Surabaya pagi tadi dan langsung aku menuju ke Kuta ini.

Dengan tidak ada rasa canggung sama sekali Iwan menawarkan kepadaku untuk tinggal di Hotelnya karena dia merasa sangat kesepian tinggal sendirian. Namun aku merasa tidak enak untuk langsung menerimanya begitu saja tawaran Iwan itu. Aku diam saja sampai aku dikejutkan oleh suaranya yang seakan minta ketegasan dariku.

"Gimana Boy, mau nggak kamu nemenin gue, apalagi hari sudah mulai sore. Daripada kamu cape-cape cari tempat nginap khan mendingan ditempat gue, kamu bisa ngirit dan pokoknya beres deh"
"Oke kalau begitu Wan, aku mau nemenin kamu tapi aku nggak mau nyusahin kamu lho"
"Bereslah, nah kalau gitu kita sekarang ke hotel gue, kita mandi-mandi dulu ntar kita jalan-jalan"

Tidak berapa lama kami sampai disebuah hotel dikawasan pantai Kuta ini dan setelah memasuki sebuah kamar yang cukup besar dan megah kami berbasa-basi sambil minum minuman ringan yang tersedia di mini bar kamar hotel itu dan seakan kami yang baru kenal beberapa jam yang lalu itu sudah seperti layaknya sahabat karib yang sudah kenal selama bertahun-tahun. Setelah Iwan menghabiskan minumnya dia berlalu masuk kamar mandi sambil bersiul-siul kecil. Sedangkan aku sendiri terbengong-bengong kagum, baru kali ini aku masuk dan merasakan kamar hotel berbintang, yang tak pernah kubayangkan sebelumnya didalam hidupku ini. Sampai aku dikejutkan oleh suara Iwan yang baru keluar dari kamar mandi.

"Ayo sekarang ganti kamu, Boy, yang mandi biar segar"
"Oke"

Setelah aku selesai mandi dan berganti pakaian maka kami berdua keluar dari hotel untuk menikmati kehidupan malam di sekitar pantai Kuta yang seolah tak pernah tidur itu.

Kami memasuki sebuah rumah makan yang bentuk bangunannya semua dari bambu dan suasana didalamnya cukup temaram karena hanya diterangi oleh lampu-lampu kecil diatas setiap meja. Disana disajikan beberapa jenis makanan dari masakan Eropa sampai masakan Indonesia dan juga berbagai macan Sea Food yang bisa memilih sendiri mana ikan yang dikehendaki. Setelah cukup lama menghabiskan waktu disana akhirnya kami pulang kembali ke hotel dengan rasa puas dan perut terasa sangat kenyang sekali.

Tidak lama setelah memasuki kamar hotel dan bergurau sebentar akhirnya aku terlelap tidur karena badanku terasa amat lelah setelah menempuh perjalanan panjang malam sebelumnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada malam itu karena begitu terlelapnya sampai seakan seperti orang mati tidurku, pada saat seperti itu aku bermimpi sedang bercumbu dengan pacarku selama kami masih dibangku SMU. Begitu kuat rasa keterangsanganku sehingga malam itu aku bermimpi basah, dan pada saat itu aku terbangun dari tidurku. Akan tetapi alangkah terkejutnya aku saat itu. Karena ternyata Iwan sedang menindihku sambil memelukku erat-erat sambil mencumbuiku, ternyata Iwan adalah seorang gay dan aku sudah menjadi korban nafsunya pada malam itu. Perasaanku jadi gundah antara marah, benci, jengkel, kasihan, berhutang budi dan lain sebagainya yang berkecamuk menjadi satu didalam benakku Sambil membenahi pakaianku lalu aku duduk ditempat tidur, masih dengan mata mengantuk kulontarkan sebuah pertanyaan bodoh.

"Apa yang kamu lakukan padaku, Wan"

Iwan hanya diam saja dan kulihat diwajahnya ada sedikit rasa penyesalan, akan tetapi hal itu tidak lama dan kemudian dia meloncat dari atas tempat tidur sambil berlutut di depanku dia merengkuh kedua tanganku sambil menghiba dia berkata,

"Boy maafkan aku, sekali lagi maafkan aku, aku begitu terpesona kepadamu ketika aku pertama kali melihatmu dipantai Kuta tadi pagi, sehingga aku tegila-gila kepadamu dan dengan berbagai cara aku berusaha untuk mengenalmu dan mengajakmu sampai ketempat tidur seperti malam ini, sekali lagi maukah kamu memaafkan aku"

"Huuh," dengusku.
"Aku tidak akan berdiri sebelum kamu memaafkan aku, memaafkan perbuatanku tadi"
"Huh," dengusku kembali, sambil merenungkan apa yang sudah terjadi pada diriku ini, sampai akhirnya keluar kata dari mulutku.
"Baiklah, tapi kamu harus janji tidak mengulanginya lagi"
"Baik, aku janji," jawab Iwan.

Dan kemudian kami kembali tidur karena memang hari masih larut malam. Akan tetapi aku tidak dapat memejamkan mataku sedetikpun sampai pagi hari sedangkan Iwan yang berbaring disebelahku sudah tertidur lelap sejak aku memaafkan dirinya dan kulihat didalam tidurnya itu bibirnya tersenyum penuh kepuasan. Sambil memandangi wajahnya aku berkata-kata dalam hati.

"Kasihan betul anak ini, sebetulnya dia anak yang baik, yang terbuka, sportif dan tidak kekurangan materi apapun juga, akan tetapi ada sesuatu yang kurang didalam jiwanya. Oh alangkah menderitanya dia, aku berjanji untuk memulihkannya seperti orang lain yang normal"

Demikian kata demi kata, pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk didalam hatiku sampai aku akhirnya terlelap dengan sendirinya.

Dan ketika aku bangun pagi ternyata Iwan sudah rapi dia sudah mandi dan berganti pakaian yang bagus dan harum parfumnya begitu semerbak. Terlebih dari itu dia sudah duduk di depan meja bulat yang diatasnya ada dua cangkir kopi susu yang masih mengepulkan asapnya serta berbagai macam kue sebagai sarapan pagi.

"Selamat pagi, Boy. Nyenyak benar tidurmu"
"Hemm," aku tersenyum yang kurasakan begitu kupaksakan.

Aku langsung bangun dan menuju kekamar mandi untuk membersihkan diriku, dan setelah semuanya selesai. Iwan mempersilahkan aku untuk minum kopi susu dan kue yang telah tersedia di meja.

"Boy ayo kita sarapan dulu," sambungnya, "Apa acara kita hari ini yaa"
"Aku mau jalan-jalan sendirian entah kemana," jawabku sambil mengemasi pakaianku ke dalam tas yang kubawa.
"Kau akan pergi, dan aku akan sendiri lagi dalam kesepianku," kata Iwan dengan nada sedih.
"Wan, lupakanlah aku dan anggap saja kita hanya bertemu didalam mimpi saja, ketika kamu bangun semuanya tidak ada didalam kenyataan, biarlah aku menempuh jalanku sendiri dan kamu menempuh jalanmu sendiri. Karena prinsip kita berbeda dan tak mungkin untuk bisa disatukan dalam waktu sekejab saja"
"Bukankah kamu telah memaafkan aku dan aku juga telah berjanji untuk tidak mengulanginya lagi"
"Tapi.. "
Tanpa kuduga dan kusangka sebelumnya Iwan melelehkan air matanya sambil menghiba dia berkata, "Jangan tinggalkan aku Boy, atau aku akan mati di depanmu saat ini."

Aku terperangah dengan kata-kata terakhirnya itu sambil memegang pisau roti yang ada diatas meja dia mengancam akan memotong urat nadinya kalau aku tidak mau memaafkannya dan meninggalkannya pergi, ternyata Iwan mempunyai kemauan yang keras sebelum aku mengatakan dan berjanji tidak akan meninggalkannya, dia tidak mau melepaskan pisau yang dipegangnya erat dengan tangan kanannya walaupun aku sudah mencoba untuk merayunya dengan berbagai macam cara agar dia tidak melukai dirinya.

Akhirnya aku mengalah.

"Baiklah aku akan menemanimu selama di Bali dan aku tidak akan pergi dari tempat ini tanpa kamu" jawabku sekenanya.

Tapi apa yang terjadi ternyata Iwan begitu senangnya dengan janjiku sambil melepaskan pisau roti yang sedari tadi dipegang terus, kemudian dia memelukku dengan eratnya sambil menciumiku sejadi-jadinya. Sedangkan aku yang tidak siap menerima perlakuan seperti itu hanya bisa diam saja, karena aku takut akan melukai perasaannya lagi yang akan berakibat fatal. Aku hanya bisa pasrah saja ketika dia mulai mencumbuiku lagi sambil sesekali mendaratkan ciumannya dibibirku, dileherku, ditelingaku dan terus turun kembali keleher sambil kedua tangannya membukai kancing bajuku sambil menciumi putingku dan terus menyelusuri ketiak dan pinggangku dan terus kepusatku yang memang sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus. Yang membuat Iwan makin bersemangat dan bergairah untuk mencumbuiku, sedangkan aku hanya bisa mendesis kegelian saat merasakan cumbuan Iwan yang seakan-akan tidak pernah berhenti seperti halnya ombak yang bergulung-gulung di pantai Kuta yang berkejar-kejaran susul menyusul.

Ke bagian 2





Aku Pemuas Nafsu Laki-Laki - 2
(by: hanurapta@yahoo.com)

Dari bagian 1

Sampai tak terasa akhirnya celana yang kupakai juga sudah terbuka ritsletingnya. Dan dengan bernafsunya dia mulai mencumbui punyaku dengan bibirnya walaupun saat ini aku masih memakai celana dalam. Sampai akhirnya aku betul-betul tersangsang dengan cumbuannya itu dan dengan suka rela aku lepaskan semua pakaianku yang memang sudah terbuka semua kancingnya sehingga aku benar-benar dalam keadaan polos, sedangkan Iwan dengan secara perlahan tetapi pasti mulai melepaskan semua pakaian yang menempel ditubuhnya sehingga dia juga dalam keadan polos juga. Kemudian dia seolah-olah mau menerkamku dan kami bergumul entah berapa lama. Yang tadinya aku benar-benar merasa jijik dengan perlakuan Iwan kepadaku, akhirnya sedikit demi sedikit aku mulai bisa menikmatinya, walaupun aku belum bisa mencumbui lawan mainku seperti Iwan mencumbuiku mulai dari atas sampai kebawah dan sebaliknya. Akan tetapi aku hanya bisa bertindak pasif saja dalam melayani kemauan Iwan pada diriku sedangkan Iwan begitu agresif dan aktif sampai-sampai aku kewalahan dalam menerima cumbuannya sehingga tidak lama kemudian aku mencapai puncaknya dan tak lama kemudian Iwan juga mencapai puncaknya juga. Dan dipagi itu juga akhirnya kami berdua terkapar ditempat tidur lagi dan akhirnya kami tertidur lagi tanpa sehelai pakaian yang melekat ditubuh kami.

Setelah menjelang sore barulah kami bangun dari tidur kami dan kurasakan tubuhku begitu pegal-pegal dan malas untuk bangun dan tidak lama kemudian Iwan juga terbangun tanpa terasa aku mengelus-elus sambil memijat-mijat punggungnya yang berkulit lebih putih bila dibandingkan dengan kulitku yang agak hitam ini. Dan ternyata Iwan begitu menikmati elusan dan pijatan tanganku dipunggungnya, karena aku sedikit banyak mempunyai pengalaman pijat urat yang kupelajari dari orang tuaku. Sehingga tangannya tidak kusadari sebelumnya sudah mulai meremas-remas punyaku sambil sekali-kali mengecupnya. Sampai akhirnya adegan tadi pagi terulang kembali akan tetapi tidak begitu lama dan tidak begitu menguras tenaga seperti paginya. Setelah selesai, akhirnya kami mandi bersama di bath tube yang ada dihotel itu sambil sesekali Iwan mendaratkan ciumannya dibibirku, kami saling bermanja seperti layaknya pengantin baru.

Hari-hariku selama bersama Iwan di Bali hampir sebagaian besar kami gunakan untuk saling bercumbu rayu sampai akhirnya tiba waktunya Iwan harus kembali kekotanya ketika aku mengantarkannya dibandara Ngurah Rai karena dia akan pulang dengan naik pesawat. Ketika di lobby bandara sebelum dia masuk keruang tunggu dia sempat memelukku cukup lama dan membisikan ditelingaku

"Boy, aku sayang kamu, dan aku tak akan melupakan kamu, suatu saat kita akan bertemu lagi, sering-sering berkirim surat untukku"
"Baiklah, Wan" kataku perlahan.

Ketika Iwan akan masuk keruang tunggu diatas, dia mengambil tasnya yang cukup besar kemudian dia membukanya dan mengambil sebuah amplop putih yang cukup tebal dan kemudian diselipkan ke dalam tanganku, sambil berlalu,

"Good bye Boy, see you later and don't forget me"

Aku hanya diam mematung sambil melambaikan tanganku tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku, karena aku merasakan ada sesuatu yang hilang dalam diriku, dan aku sendiri tidak mengetahuinya apa itu. Seakan hidup ini kembali hampa dan sepi kembali tidak ada gairah lagi. Dengan langkah lunglai aku keluar dari lobby bandara Ngurah Rai dan pergi degan tak tahu tujuan mana yang harus kutempuh lagi. Sambil pikiranku terus berkecamuk tak tentu arah

"Apakah aku sudah jatuh cinta dengan Iwan, Apakah aku juga sudah menjadi seorang gay seperti halnya Iwan"
"Ketika aku berangkat dari kampungku, ketika aku meninggalkan pacarku saat dia melambaikan tangannya dipelabuhan, tidak ada sesuatu yang kosong dan hampa akan tetapi mengapa sekarang ketika aku ditinggalkan Iwan aku banar-benar merasa hampa, Apakah aku seorang gay juga. Yah apakah aku seorang gay" tanyaku dalam hati dan terus pertanyaan itu muncul mengantar langkahku yang tak tahu arah tujuannya ini.

Akhirnya langkah kakiku membawaku kembali kekawasan pantai Kuta kembali dan aku kembali duduk termenung dipinggir pantai sambil memandangi ombak yang bergulung-gulung, sambil meraba kantongku yang berisi amplop putih yang cukup tebal pemberian Iwan. Dengan hati berdebar kubuka perlahan amplop tersebut ternyata didalamnya ada cukup banyak uang lembaran dua puluh ribuan yang tak kuhitung jumlahnya akan tetapi terasa banyak bagiku dan baru kali ini aku memegang uang sebanyak itu. Dan didalamnya ada secarik kertas kecil memo dari hotel dengan tulisan tangan Iwan yang cukup singkat.

"Boy, I love you, aku sayang kamu, aku tidak dapat hidup tanpa kamu, Iwan"

Kumasukkan kembali kertas kecil itu ke dalam amplop putih pemberian Iwan, sambil terus merenungkan diriku sendiri,

"Apakah aku sudah menjadi pelacur laki-laki yang menjual dirinya, kehormatannya, harga dirinya hanya demi uang"
"Ah persetan dengan semuanya itu, pokoknya aku bisa mendapatkan segalanya dengan uang yang kumiliki dan tak perlu kerja keras membanting tulang lagi"

Senja dipantai Kuta mulai turun dan pemandangan matahari merah yang mulai tenggelam seakan menghanyutkan aku dengan khayalan demi khayalan, tanpa kusadari aku didekati oleh seorang turis bule, dan dengan bahasa Inggris yang sangat pas-pasan kujawab pertanyaan bule itu, yang akhirnya kuketahui bahwa dia tidak jauh berbeda dengan Iwan yang akhirnya pada malam itu juga aku jadi budak nafsunya, sampai keesokan harinya aku memulai petualanganku yang baru sebagai penjaja cinta sejenis yang begitu semu. Karena seakan sudah terkenal dibelahan bumi manapun kalau pantai Kuta adalah surga bagi turis mancanegara yang terkenal dengan istilah Tripple S yaitu: Sun (matahari), Sand (pasir/pantai) dan Sex.

Jadi dipantai Kuta adalah surga bagi yang menginginkan sex dengan cara apapun karena disana juga banyak gigolo yang kalau siang hari berprofesi sebagai guide selancar air, menyewakan payung pantai dan sebagainya yang kalau diminta dengan senang hati akan melayani kemauan turis-turis asing asalkan ada imbalan uang yang cukup banyak, apapun akan dia lakukan tanpa rasa risih. Sehingga aku juga berpikir apakah aku juga sudah menjadi salah satu bagian dari antara mereka itu. Akan tetapi aku masih bersikap tertutup bila ditempat umum, tidak seperti mereka yang begitu atraktif dan vulgar dalam memikat mangsanya.

Tidak terasa sudah dua bulan lamanya aku berpetualang di pantai Kuta dan sudah tak terhitung lagi berapa banyak laki-laki yang sudah kulayani baik itu turis dari manca negara maupun turis domestik yang memerlukan variasi dalam kehidupan sexnya dan masalah finansial aku tidak mendapatkan kesulitan lagi karena begitu banyak pemberian mereka tanpa kuminta, mereka sudah memberikan lebih dari pada yang kuperlukan.

Sampai suatu hari aku kenal dengan seorang pemuda yang bernama Anton dan dia berasal dari Surabaya. Pada saat itu juga aku teringat akan tujuanku semula datang ke pulau Jawa yaitu untuk meneruskan studiku, sehingga dengan senang hati aku menuruti ajakan Anton untuk pulang ke Surabaya bersamanya. Didalam pesawat terbang dari Denpasar ke Surabaya bersama Anton disisiku, aku merenungkan diriku kembali seolah seperti film yang diputar ulang dari mulai pertemuanku dengan Iwan sampai aku akhirnya menjadi pemuas nafsu laki-laki dan sekarang petualangan baru yang bagaimana lagi yang akan kujalani dikota Surabaya ini.

Setelah kurang lebih setengah jam lamanya diudara akhirnya pesawat mendarat di bandara Juanda dan kami langsung memanggil taksi untuk menuju rumah Anton dikawasan perumahan yang cukup elit di Surabaya Barat. Untuk beberapa lamanya aku tinggal dirumah Anton dan tentunya setiap malam kami tidak melewatkan cumbuan demi cumbuan, dan ternyata kawan-kawan Anton cukup banyak sekali dan aku diperkenalkan satu persatu dengan kawan-kawannya itu yang sebagian besar mereka juga dari kalangan gay, sehingga aku akhirnya mempunyai relasi yang cukup banyak juga, sampai akhirnya aku mendaftarkan diri menjadi mahasiswa disalah satu perguruan tinggi swasta dikota Surabaya.

Dan setelah jadwal perkuliahan dimulai, aku pamit secara baik-baik kepada Anton, bahwa aku akan kost saja didekat kampusku agar tidak terlalu menyusahkan dirinya, walaupun dengan berat hati akhirnya dia meluluskan permintaannku untuk pindah dari rumahnya. Setelah mengikuti kuliah selama kurang lebih dua bulan lamanya, maka timbul rasa jemu dan bosan sehingga tidak ada satupun mata kuliah yang bisa kuserap sampai akhirnya aku benar-benar meninggalkan bangku kuliahku. Dan aku mulai menghubungi kawan-kawan Anton yang pernah diperkenalkan kepadaku dulu. Aku dengan basa-basi menawarkan jasaku untuk memijat apabila ada yang merasa cape atau lelah, dan kalau dimintapun aku akan dengan senang hati melakukan pelayanan yang lainnya asalkan aku memperoleh tambahan uang jasa. Akhirnya jasa yang kutawarkan tersebut ditanggapai oleh banyak orang dari satu mulut ke mulut yang lain, sehingga makin banyak lagi yang menjadi langgananku menikmati pijat plus tadi.

Untuk menjaga privasi agar tertutup rapi dan tidak semua orang disekitarku mengetahui profesiku, maka aku putuskan untuk mencari tempat kost yang jauh dari keramaian, akhirnya kudapatkan sebuah tempat kost dengan kamar ukuran dua kali tiga meter yang terletak disebuah gang yang kecil. Dan agar lebih profesional lagi aku memakai sebuah pager, semua relasiku kuberitahu nomor pagerku agar lebih cepat untuk menghubungi aku kalau lagi memerlukan jasaku. Sedangkan alamat tempat kostku tidak semua orang yang kuberitahu selain beberapa orang yang kupercaya bisa menjaga privasiku dilingkungan tempat kost yang tidak sedikit penghuninya. Jadi semua relasiku cukup menunjukkan tempat dimana aku harus datang atau menyebutkan nomor telepon yang harus kuhubungi.

Hari-hari yang paling menyibukkan bagiku dan merupakan panen bagiku adalah setiap hari Sabtu dan Minggu, karena pada hari-hari tersebut banyak relasiku yang libur dan butuh suasana relaks untuk mengendorkan otot-otot yang lelah. Adapun relasiku bukan hanya dari kalangan kawan-kawan Anton saja akan tetapi sudah meluas sampai kesemua lapisan bahkan dari berbagai macam profesi ada yang dokter, dosen, guru, manager dan juga dari kalangan selebritis juga sudah mengenalku dan sudah tahu nomor pagerku bahkan ada pula pejabat pemerintahan yang juga mengenalku Sehingga kalau ada show dari para selebritis Jakarta yang datang, kadangkala aku sampai tiga hari tiga malam tidak pulang ketempat kostku, karena aku harus melayani mereka secara bergiliran kadang sehari sampai dua atau tiga orang.

Tidak jarang diantara mereka yang menawariku untuk bekerja dengannya, membantu dibidang usahanya. Akan tetapi aku berusaha menolaknya secara halus. Sampai saat ini empat tahun telah berlalu, aku menggeluti bidang ini. Kadang aku berpikir sampai kapan aku terus begini, memang dari segi finansial aku tidak kekurangan karena aku bisa memiliki barang-barang dari jerih payahku seperti halnya televisi, mini compo, motor untuk menemui relasiku bahkan aku juga bisa melengkapi diriku dengan sebuah handphone sehingga kalau ada pager yang masuk aku tidak perlu keluar menuju telepon umum seperti dulu lagi untuk membalas pager tersebut. Sedangkan nomor handphoneku sengaja kurahasiakan dan hanya beberapa orang saja yang mengetahuinya, itupun yang sudah menjadi langganan tetapku.

Hingga saat ini aku belum mempunyai pekerjaan tetap dengan gaji yang tetap pula. Pernah terlintas dalam benakku untuk mulai bekerja dengan pekerjaan yang halal sebagai tenaga apapun, tapi aku jadi takut dengan penghasilanku yang mungkin pada permulaannya gaji yang bakal kuterima sekitar 300 sampai 400 ribu sebulannya, karena aku hanya mengandalkan ijasah SMU saja sedangkan aku hanya menikmati bangku kuliah selama kurang lebih dua bulan, jadi belum ada keahlian khusus yang kudapatkan. Ini yang menjadi dilema dalam kehidupanku kalau bekerja secara halal aku harus memperhitungkan semua pengeluaranku rutin secara hemat sedangkan dengan keadaanku seperti saat ini mungkin penghasilanku selama sebulan bisa melebihi yang sudah mengantongi ijasah tingkat sarjana.

Para pembaca yang budiman berilah kepadaku jalan keluar yang terbaik agar aku boleh menjadi orang yang benar-benar berguna bagi diriku sendiri dan bagi keluargaku, karena sampai saat ini masih belum terlintas dalam pikiranku untuk hidup membina satu keluarga yang bahagia. Dan keluargapun yang di kampung juga belum mengetahui profesi dari anaknya yang jauh di rantau, mereka masih mengharapkan aku tekun belajar dan menjadi seorang sarjana yang baik.

E N D





Aku dan Supir-supir Truk - 1
(by: hayudian@telkom.net)

Sering sekali aku berkhayal kontol-kontol supir truk yang terkenal suka "jajan" itu nancep di lobangku, terkadang kalau aku sedang berada di jalan dan melihat mereka suka kencing di pinggir jalan dengan kontol terlihat kemana-mana rasanya pengen aku samperin dan aku emut, sayangnya aku nggak punya keberanian itu.

Aku sama sekali nggak nyangka bahwa semua keinginanku ini terwujud. Hari sabtu yang menyebalkan, seharusnya semalem aku bisa pesta pora ngocok kontolku sambil nonton VCD gay yang kubawa dengan fantasi-fantasi liarku saat menatap kontol-kontol bule yang gede-gede itu. Tapi dasar sial, keluarga kakak ayahku datang dan menginap di rumah, dan karena kamar di rumahku tidak terlalu banyak jadi terpaksa kakak sepupu tidur di kamarku, batal deh.

Hari ini aku harus kembali ke kota tempatku bekerja karena besok aku malas kalau harus subuh-subuh berangkat dari rumah orang tuaku yang jaraknya sekitar 2 jam perjalanan ke kota. Sambil menunggu bis yang emang agak-agak susah aku memandangi kendaraan yang lewat. Sampai ada sebuah truk yang lewat, sebenarnya truk itu biasa saja karena dari tadi juga banyak yang lewat, tapi mereka menjepit celana jeans dan celana dalam di depan mobil, mungkin baru mereka cuci biar kering.

Timbul ide dalam otak mesumku. Selama ini para supir truk terkenal suka ngeseks, dan aku yakin kalau ada dinatar mereka yang gay atau biseks. Karena tempatku menunggu hanya ada aku seorang, maka aku berdiri disisi jalan menunggu truk yang lewat. Beberapa sudah lewat tapi mereka tidak berhenti, sekedar tahu saja aku melambai untuk menumpang dengan meletakkan tangan kiriku di gundukan selangkangan sebagai kode. Sekitar 20 menitan tidak sukses, tiba-tiba truk yang barusan lewat berhenti dan kemudian mundur.

Degg.. Antara takut dan senang aku menunggu apa yang akan terjadi.

Seseorang membuka pintu penumpang, lalu muncul wajah yang nggak terlalu ganteng tapi dilihat sekilas sangat laki-laki sekali. Ia menanyakan tujuanku dan kemudian aku sebutkan, lalu dia mengajakku naik ke truknya karena kebetulan arahnya sama. Truk akhirnya jalan dan aku mulai sering curi pandang, ternyata supir truk ini cuma memakai celana boxer yang tipis dan kaus oblong warna hitam. Kulitnya agak gelap dan kulihat pahanya penuh bulu, seketika kontolku ngaceng melihat bulu-bulu itu karena aku sangat suka dengan bulu-bulu di paha dan jembut.

"Namanya sapa Mas?" tanya supir itu, dari logat bicaranya dia seperti orang batak.
"Yudi," jawabku.
"Mas sendiri?"
"Luhut,"

Kami terdiam sebentar karena dia konsentrasi ke jalan, kesempatan aku gunakan untuk melihat tonjolan di boxernya, sepertinya dia sedang ngaceng.

"Tadi ngapain berdiri sambil megang selangkangan?" tanyanya. Wah mulai nih pikirku.
"Biasa, pagi-pagi gini kontol pada ngaceng, gatel pengen kocok," jawabku berani.
"Sama, nih kontol aku juga sudah ngaceng," ujarnya sambil memegang tonjolan di daerah kontolnya.
"Biasanya kalo dah ngaceng gitu diapain Mas?" tanyaku lagi.
"Kalo nggak dikocok, paling-paling mampir di warung nyari lobang," jawabnya sambil cengengesan.
"Kalo ngocok emang bisa sambil nyupir?"
"Yah dibisa-bisain lah,"

Kemudian tangannya mengelus-elus kontolnya dari luar celana, ia konsentrasi sebentar ke jalan, kemudian tangan kirinya masuk ke dalam boxer dan membuat gerakan keluar-masuk.

"Repot nanti Mas, sini saya bantuin ngocok," kataku.
Ia menatapku sambil kemudian tersenyum, "kok nggak bilang dari tadi,"

Kemudian tangannya keluar, lalu dengan yakin aku merunduk ke dekat selangkangannya. Aku memasukkan tangan kananku ke dalam boxer dan baru saja masuk jemariku langsung bersentuhan dengan kepala kontolnya yang segera ku genggam dan ku elus-elus. Aku keluarkan tanganku lalu menarik boxernya sampai sedengkul dan sekarang kontolnya sudah terlihat jelas olehku.

Kepala kontolnya gede dan batangnya berurat dengan panjang seperti milikku, dan jembutnya lebet banget. Aku menjadi gemes dan segera aku usap-usap serta kusibak rimbunan jembutnya dengan jemariku. Batang kontolnya berdenyut-denyut tanda dia terangsang hebat.

Aku menggenggam batang kontolnya dan aku mulai kocok, saat itu aku kaget ternyata dia belum disunat dan inilah kontol pertama yang belum sunat yang aku pegang. Aku tarik kulupnya ke atas hingga menutupi kepala kontolnya, aku mendengar dia mengerang-erang. Kini posisiku tengkurap dan wajahku tepat di atas kontolnya. Aku masih terkagum-kagum dengan kulupnya, dan kulupnya yang masih menutupi palanya aku gigit pelan sampai kurasakan dia menggelinjang.

"Aduh.. Enak banget. Suka kulup ya?"
"Iya, sedep."

Aku menyedot kulupnya agak kuat dan sesekali aku sesap-sesap. Kemudian kulit kulupnya aku turunkan sehingga kepala kontolnya muncul lagi. Aku angkat batang kontolnya ke atas hingga menyentuh perutnya sehingga bagian bawah batangnya kini menghadapku. Ini adalah bagian kesukaanku, aku mendekatkan wajahku ke batang kontolnya dan aku jilat bagian frenulumnya (bawah dekat lobang kencing) hingga ke lobang kencingnya, lalu ujung lidahku sedikit kumainkan di lobangnya sampai dia sedikit melompat dari tempat duduknya mungkin karena kaget dan enak. Aku turunkan lagi lidahku perlahan-lahan hingga kepangkal batang bagian bawah.

Urat-urat kontolnya juga mempesona, berkali-kali aku rasakan urat-uratnya menyentuh lidah dan bibirku. Aku jilat lagi keatas hingga frenulumnya, kemudian ujung lidahku aku peletkan di pinggiran topi bajanya dan memutar beberapa kali hingga kemudian berakhir lagi di lobang kencingnya yang kembali aku mainkan dengan ujung lidahku. Aku melihat lendir bening keluar dari lobang kencingnya dan tanpa ragu aku jilat habis.

Lalu dari topi kontol bagian atas aku mulai menelusuri senti demi senti batang bagian atasnya hingga ke pangkal kontol yang tertutup oleh rimbunan jembut. Aku jilati jembutnya yang super lebet itu, ahh sedep banget, buat yang suka jembut seperti aku ini adalah sensasi yang paling nikmat.

Aku benamkan hidungku di hamparan hitam jembutnya dan kugosokkan berkali-kali hidungku dan berkali-kali dia mengeluarkan erangan. Lalu aku merasa mobil berhenti.

"Kenapa Mas?"
"Nggak apa-apa, susah nyupir kalo kontol diginiin," ujarnya.

Jadi aku kembali melanjutkan aksiku, kali ini malah semakin nikmat ada sensasi tambahan saat dia melihat aksiku. Aku sekarang sudah di bagian kepalanya dan aku jilat-jilat seluruh helm daging itu kemudian memasukkannya ke dalam bibirku dan kusedot dengan kuat-kuat hingga dia kelojotan di bangkunya sambil meracau kata-kata tak jelas. Mungkin lonte-lonte yang selama ini dia entot nggak pernah ngisep kontolnya. Aksi sedotku tetap aku teruskan dan kulihat matanya terpejam menahan enak.

Kami terhanyut oleh suasana itu sehingga sama sekali tidak memperhatikan sekeliling ketika tiba-tiba muncul seseorang di pintu jendela tempatku berada.

"Gila kau Hut!," suara itu tiba-tiba muncul.

Aku kontan kaget dan kurasa luhut juga seperti aku kagetnya. Aku menghentikan jilatanku dan menatap ke arah suara yang ternyata datang dari sebuah wajah yang terlihat keras dengan kumis tipis dan rambut yang keriting. Kutaksir ia berusia 26-an.

"Kupikir mobil kau kenapa-napa, tak tahunya lagi asik kontolmu di sedot," ujarnya.
"Ah kau Ben bikin aku kaget saja. Kau tak tahu enak kali kontol diginikan, mau coba?"

Luhut kemudian memegang kepalaku dan didorong pelan ke selangkangannya tanda ia ingin aksi dilanjutkan. JAdi aku kembali melanjutkan aksiku dan mulai menyedot-nyedot kontol luhut. Pintu mobil tempatku berada terbuka, lalu orang yang tadi naik dan dia memperhatikan apa yang kami lakukan. Aku sengaja membuat suara ribut dengan mulutku, berharap orang ini terangsang juga.

"Enak hut?"
"Enak Ben, kamu coba juga lah,"
"Hei, kamu mau nggak isep kontolku juga?" tanya orang itu. Aku melepaskan isapanku dan menatapnya.
"Mau banget, tapi tempatnya sempit,"
Orang itu terlihat berfikir, lalu ia berkata, "Hut, gimana kalo kita ke rumah Bonar aja, sepi paling-paling cuma ada Bonar,"
"Ya bereslah, mau nggak kau?" tanya luhut kepadaku

Aku mengangguk dan kembali mengisap kontol luhut. Orang tadi masih di tempat yang sama memperhatikan aksiku dan Luhut. Sementara tangan kananku sibuk memegang batang kontol Luhut, sekarang tangan kiriku bergerak ke belakang dan menuju selangkangan orang itu. Dia memakai celana jeans, tapi bisa kurasakan kontolnya sudah mengeras dan kontol itu aku remas-remas.

"Hut aku tak tahan juga nih, kita ke depan aja di dekat lembar (tempat reklamasi pantai yang rimbunan pepohonan) aku pengen ngerasain juga,"
"Agghh, kau ini Ben, ya sudah kau turunlah,"


Ke bagian 2





Aku dan Supir-supir Truk - 2
(by: hayudian@telkom.net)

Dari bagian 1


Orang itu turun dari mobil dan menutup pintu, tak lama kudengar suara mesin mobil dan mobil kami juga jalan. Aku tetap menghisap-hisap kontol luhut yang semakin banjir cairan bening. Tak lama mobil kembali berhenti

"Kita turun yuk?"

Kami turun dan saat itu bisa kulihat figur Luhut dengan jelas. Ia cukup tinggi sekitar 165cm dan agak gemuk, celananya sama sekali tidak dinaikkan dan kontolnya yang ngaceng masih teracung-acung di luar.

"Lama sekali si Beni ini," ujar Luhut. Nama supir truk itu rupanya Beni, dan sekarang dia turun dia hanya memakai celana dalam biru tua yang terlihat kendor dan membawa sarung.
"Cepatlah kau Ben, pejuhku kayaknya sudah mau nyemprot,"
"Sabar hut,"

Beni kemudian menggelar sarung di rerumputan dan aku mulai menelanjangi diriku. Dengan tinggi 175cman dan berat 68Kg, meski tidak terlalu berotot rasanya tubuhku cukup menggoda, apalagi aku berkulit putih mulus.

Sekarang aku berbaring telentang di sarung dan kutarik kontol Luhut yang kemudian berlutut lalu aku jilati lagi bagian kontol bawahnya. Kemudian Beni bergabung dan Beni ini tubuhnya proporsional sekali, badannya berotot, mungkin dia suka mengangkat barang, kulit gelapnya sangat seksi.

Dia nggak tampan, tapi aku sama sekali tidak perduli. Inilah enaknya kontol mereka yang suka di sebut pekerja kasar, mereka nggak penting tampang yang penting bisa puas, begitu juga aku, asal ada kontol, nggak perlu pemanasan dan romantisan segala. Asal birahi sudah bergolak bisa dapet rasa enak yang luar biasa.

Saat menatap kontol Beni aku kaget, kontol itu tak lebih dari 14cm, tapi diameternya sangat besar. Aku tangkap kontol beni dengan tangan kananku dan kudekatkan dengan mulutku. Kurasa mereka laki-laki sejati, karena mereka sama sekali tidak perduli dengan tubuh telanjangku, yang penting buat mereka kontol terasa enak. Aku kemudian berbalik dan kusatukan kepala kontol mereka hingga bersentuhan, lalu secara bergantian aku jilati bagian bawahnya hingga kuisap-isap kuat, bahkan terkadang kedua kepala kontol itu kucoba hisap bersamaan dalam mulutku, tapi kontol Beni yang gemuk membuat masalah.

Seperti Luhut kontol Beni juga tak disunat. Aku tarik kulupnya lalu aku longgarkan dan pelan-pelan aku masukkan kepala kontol Luhut ke dalam kulup Beni yang panjang dan berhasil. Mereka mengerang bersamaan, lalu kedua kontol yang sudah menyatu itu aku kocok-kocok dan kujilat dari kiri ke kanan dan kusesapi seperti aku makan jagung bakar. Mereka terus mengerang enak, dan saat aku tarik kontol luhut, cairan lendir bening menetes dari kedua kontol, entah punya siapa.

"Kau entot aku ya," pintaku kepada Beni.
"Dimana?" tanyanya bingung.
"Ya di lobang pantatku lah,"
"Nanti sakit,"
"Ah sudah Ben, kau embat sajalah, dia pasti sudah biasa,"kata Luhut yang kuiyakan dengan anggukan.

Beni kemudian berdiri dan berjalan ke belakangku yang sudah dalam posisi menungging, kulihat dia meludahi tangannya lalu ludah itu dipoletin ke kepala kontolnya dan dia menempelkan ujung kepala kontolnya tepat di lobangku. Luhut memperhatikan apa yang Beni lakukan, sementara tangan kananku terus mengocok kontolnya. Beni menekan kontolnya dan aku merasakan lobangku terkuak pelan-pelan. Agak susah juga karena kontol Beni memang sangat gemuk, tapi dia nggak menyerah meski sudah keringetan.

"Gila sempit kali lobang kau," ujarnya.

Kali ini dia menekan agak kuat dan aku berusaha serileks mungkin menghadapinya. Sedikit demi sedikit kepala kontolnya mulai masuk seiring rasa sakit yang juga mulai kurasakan.

Bless.. Tiba-tiba kepala kontol itu berhasil masuk, dan aku mengerang keras karena rasanya cukup sakit. Kurasa Beni tidak pengalaman dengan laki-laki sehingga dia pikir lobangku sama saja dengan memek lonte yang pernah dientotnya. Dia terus membenamkan batang kontolnya dan aku mengerang-erang sampai akhirnya seluruh batang kontol dia amblas. Aku bernafas lega dan Beni mulai memompa lobangku, aku yang mulai terbiasa juga mulai mengimbangi gerakannya.

Sambil tubuhku bergoyang-goyang akibat hantaman kontol Beni di belakang aku menjilat peler Luhut bagian bawah dan kuputar-putar lidahku di daerah itu. Enak sekali rasanya.

Sekarang kontol Luhut sudah tenggelam dalam mulutku yang lincah memainkan lidah di dalamnya sehingga batangnya tetap terjilat. Terkadang aku sedikit tersedak juga saat Luhut dengan cepat membenamkan seluruh batangnya di mulutku dan hidungku juga terasa geli karena seluruh jembutnya terasa menggelitik. Dia menekan agak lama baru dilepaskan lagi.

"Yang kuat Mas, cepet entot yang kuat.. argghh.. enakk.. shh .. ahh," ujarku.

Beni semakin semangat, dia semakin mempercepat temponya dan terus memompa dengan liar sampai biji-biji pelernya terasa menampar-nampar paha belakangku. Seluruh batang kontol Beni tenggelam dan ia tidak menariknya, diputar-putar pinggulnya sehingga menimbulkan rasa ngilu yang sangat nikmat di lobangku, apalagi jembut-jembutnya juga terasa menggelitiki kulit pantatku. Lagi ia menarik batangnya dan berteriak-teriak keenakan..

"Argghh.. setan kau.. setan kau.. enakk.. argghh.." racaunya.

Aku merasakan desah nafas yang semakin berat dari Luhut, dan aku khawatir dia keluar sebelum sempat mengentot lobangku, jadi keluarkan kontolnya dari mulutku.

"Jangan keluar dulu, entot dulu lobangku," kataku ke Luhut. Luhut mengangguk dan ia memperhatikan Beni yang masih memompaku.
"Jangan keluar dilobang ya, keluarkan di mulut aja, mau ku hisap dan kultelen habis pejuh supir batak," ujarku.
"Lepas aja Ben, biar ku entot dia, kau keluarin saja pejuh kau dimulutnya," ujar Luhut.

Tiba-tiba kurasakan sangat kosong saat Beni menarik kontolnya dan aku berbaring telentang dengan kontolku mencuat ke atas tegang sekali seperti monas. Kurengkankan pahaku lebar-lebar, lalu aku minta Luhut dengan posisi yang sama untuk mengentotku.

Kami sama-sama telentang dan karena lobangku sudah terbuka lebar oleh kontol Beni, dengan mudah kontol Luhut masuk. Tidak banyak gerakan yang bisa dilakukan dengan posisi ini. Kedua kaki Luhut berada disamping bahuku dan Luhut menghunjam-hujamkan kontolnya dengan sesekali memutar pinggulnya, enak sekali.

Kini giliran Beni menghajar mulutku, dia kangkangi tubuhku lalu tepat di atas wahku dia sorongkan kontol gedenya ke mulutku dan segera aku hisap sementara aku tangan kiriku mengocok kontolku sendiri. Beni terus menerus memompa mulutku yang menjadi sedikit lelah karena terbuka begitu lebar karena kontol Beni begitu besar. Belum lagi Luhut semakin garang di bawah. Aku tahan lagi.. Aku mengerang dan mengejan sejadi-jadinya..

"ARgghh.." teriakku, lalu Croott.. crott.. crott.. crott.. Berkali-kali pejuhku muncrat dan entah mendarat dimana, aku menggelepar seperti ikan kehabisan nafas, nikmatnya tiada tara.

Bersamaan dengan itu Beni membenamkan kontolnya dan aku sedikit tercekok saat tiba-tiba pejuhnya menyemprot langsung ke dalam tenggorokanku, seketika aku reflek dan mengeluarkan kontolnya yang masih menyemprotkan pejuh dan kemudian meleleh dari lobang kencingnya. Karena ejanganku tadi, otomatis membuat lobang pantatku mengkerut sehingga mencekik batang kontol Luhut sehingga dia juga mengerang keras, dan kurasakan semburan hangat di lobangku.

"Sini Mas, kesinikan kontolnya, aku pengen ngerasain pejuhnya," ujarku kepada Luhut yang kemudian mencabut kontolnya dan berjalan ke arahku.

Sementara Beni mengelap-elap sisa pejuhnya di bibirku dan sesekali masih mengalir pejuh dari lobangnya yang aku jilat habis. Kini giliran kontol Luhut menempel di bibirku, dan kembali lidahku bergerilya menyapu sampai habis pejuhnya yang belepotan di kepala kontolnya sendiri.

Kami semua terbaring bugil bertiga di sarung yang tidak muat untuk kami berbaring. Setelah mengelap sisa-sisa pejuh, kami berangkat lagi dan aku diantarkan ke tempat tujuanku. Enaknya pejuh supir batak, nggak perlu ada romantisan, nggak perduli tampang, yang penting punya kontol, maennya enak, puass!

Gue tunggu kontol-kontol lo semua, gendut, kurus, jelek, ganteng yang penting kontol lo berisi pejuh untuk muncrat di dalem mulut gue. Ahh, sedep! Ada lagi yang pejuhnya pengen gue sedot abis?


E N D





Anak-anak Nakal - 1
(by: raffel_antony@yahoo.com)

Sulit bagiku untuk mengatur napas dalam gulungan air sedangkan tubuhku semakin terseret, udara yang kutahan dalam mulutku sudah terbuang dan sekarang aku kehabisan oksigen, aku berusaha mencari sesuatu yang dapat kupegang tapi di dalam air aku tidak melihat apapun bahkan seorang manusiapun tidak ada, mungkin aku akan mati tenggelam pikirku.

Saat harapanku semakin tipis ada sebuah tangan yang sangat kukenali menggapaiku, tangan seseorang yang sangat aku harapkan dan aku berusaha menariknya supaya aku bisa selamat. Dengan memegang tangan tony akhirnya aku berhasil selamat dari kolam ombak yang hampir menenggelamkanku. Aku memandangi tony dengan penuh kerinduan, tapi seakan dia tak mengenaliku lagi, bahkan belum sempat aku mengucapkan sepatah katapun dia sudah berlari meninggalkanku. Tony tidak sendiri tangannya menggandeng seorang lelaki sebayanya.

Aku tidak sempat memikirkan siapakah orang itu, pikirku yang terbaik adalah mengejarnya "tony.. tony.. tony.. tunggu Kakak" teriakanku sangat keras. Panggilanku tak dihiraukan tony yang terus berlari. Aku berhenti di ruang bilas namun tak kutemukan lagi jejak tony, aku memandangi sekeliling ruangan dan kulihat seorang bocah yang tadi berlari bersama tony.

Aku menghampiri dan kutatap wajahnya jelas sekali, dia adalah Michael anak sepupuku yang baru berusia sembilan tahun, kenapa tony bisa bersama Michael yang juga keponakanku itu?, aku memandangi wajah Michael dengan rasa penasaran tapi tenggorokanku serasa terbakar, aku kekeringan dan haus. Aku meraih botol minuman aqua yang sudah tersedia dalam mobilku dan kuteguk sebanyaknya untuk menghilangkan dahagaku.

Cuaca hari ini sangat panas, hawa panas terik matahari menembus bahkan mengalahkan hawa dingin ac mobilku. Semalam aku sulit tidur sehingga siang ini aku terpaksa memarkirkan mobilku di sekitar tempat penyinggahan jalan tol dan tertidur hampir satu setengah jam. Mimpiku belum selesai aku masih ingin menemukan tony yang menyelamatkan aku dari gulungan ombak di kolam ancol tapi hawa panas matahari telah membuatku terbangun dari mimpi.

Perasaanku sudah hancur entah seperti apalagi bentuknya, setiap terbangun dari mimpi aku sudah terbiasa meneteskan airmata. Perasaan Rinduku yang sangat dalam kepada tony setiap kali memimpikannya, tapi harus bagaimana lagi aku melampiaskannya?, sungguh ini penyiksaan bathin terberat yang baru aku hadapi seumur hidupku. Aku menjadi manusia paling lemah di dunia ini, perasaanku saat ini terbagi dua, satu perasaanku menghadapi kehancuran seperti ini dan satu lagi aku mengkhawatirkan tony akan mengalami hal yang sama sepertiku.

Pada saat aku lemah aku sering mengingat pesan nenekku, datang padaNya dan sembah sujud maka kamu akan damai senantiasa. "Aku memohon padaMu timpahkan kesalahan ini hanya padaku, selamatkan tony bagiku, lindungilah dan ampunilah dia jangan biarkan dia masuk dalam kegelapan". Aku tahu permohonanku ini yang sangat jarang aku ucapkan selama aku bersenang-senang, tetapi hanya padaNya bisa kutujukan. Namun aku sadari menyebut namaNya pun aku tak layak, kehidupanku sebagai umat ciptaanNya sudah terlalu banyak perbuatan tercelah yang aku lakukan dengan sengaja, tetapi aku tetap memohon aku tak ada jalan lain selain jalan buntu di depanku.

Sudah seminggu aku berpisah dengan tony, sejak terakhir aku mengantar keberangkatannya hatiku hancur dan semakin hari semakin lemah jiwaku, rasanya ingin mati saja, kesepian di masa kecilku tidak menyiksaku seperti kesepianku saat ditinggalkan tony. Beberapa kali mobilku hampir menabrak karena aku mengendarainya sambil melamun membayangkan wajah tony yang selalu hadir dalam setiap mimpiku. Tetapi harapanku selalu kuyakinkan dalam hatiku bahwa tony akan kembali padaku setelah waktunya, aku harus sabar dan tetap bersemangat, penampilanku tidak boleh berubah supaya tony akan menemukanku kembali seperti keadaanku pada saat ditinggalkannya.

Obat penawarku setiap hari akan kutemukan setelah jam 6sore, aku tidak akan melakukan semua kegiatan apapun pada jam ini karena biasanya tony meneleponku dari merlbourne jam 10 malam (pkl 18.00 wib). Kami senantiasa berbincang sekitar 10 hingga 15 menit demikian juga hari ini sejak dari setengah jam yang lalu aku sudah menantinya dan ketika dering telepon berbunyi inilah saatnya. "Salam, Kak Raffel sayang yang aku rindukan setiap saat" ucapan tony membuka pembicaraan. "Salam, tony manja yang Kakak rindukan juga setiap saat" balasku.

Aku sebenarnya sering memikirkan apa yang harus aku bicarakan kepada tony, tapi setiap kali pembicaraan pikiranku jadi buyar, aku terhanyut dalam perasaanku sendiri. Namun aku berusaha menjaga ungkapanku supaya tidak terbawa perasaanku terhadap tony, aku tidak ingin tony terlalu memikirkan keadaanku, aku hanya berharap dia bisa konsen dengan kegiatannya saat sekarang. "Apa kabar Kakak? mimpikan tony lagi nggak semalam?" lanjutnya. "Kakak sehat tuh dan bahagia, yaa Kakak mimpikan tony lagi, malahan tadi siang Kakak mimpi tony jadi pahlawanku, menolong Kakak yang hampir tenggelam di kolam renang" jawabku padanya "ha.. ha.. ha.." terdengar tawanya yang membuat perasaanku bahagia.

Aku berkata dengan pelan "ton.. kamu nggak akan pernah tinggalkan apalagi melupakan Kakak kan?" tony menjawab dengan suara iba "kak Raffel maapin tony, biar tony jauh dari Kakak sekarang, tapi hati tony tetap dekat sama Kakak, karena tony sudah pernah merasakan kasih sayang yang tiada duanya dari Kakak" jawabannya membuatku meneteskan airmata tapi tony tidak mengetahuinya, perasaanku menjadi lega karena mimpiku salah, dengan mengatur suara aku berusaha mencandainya "tony kamu udah belajar iklan kecap yaa.." dan suara manja yang aku dengar pertama kali ketika tony berusia 12tahun terdengar kembali. "..a..aa.. h" sahutnya mengingatkan padaku ketika aku mencandainya "Waah.. jangan-jangan kamu cacingan". Bila saja saat ini tony ada di sebelahku aku akan mencium pipi-nya dan kukatakan "Kak Raffel sayang padamu".

Kami rutin berkomunikasi hingga enam bulan dan aku selalu mengingatkan tony supaya lebih mengutamakan pelajaran sekolahnya dan setelah masa itu, skala komunikasi kami mulai menurun. Tetapi tidak pernah merubah perasaan kami yang saling menyayangi. Setelah menjelang masa setahun berpisah dengan tony keadaanku mulai pulih kembali, walaupun masih tersisa luka bathin yang sulit disembuhkan. Dalam usiaku yang sudah melewati 26 tahun aku belum bisa menemukan pendamping hidup yang benar-benar aku cintai bahkan aku tidak pernah mempedulikannya, apalagi memikirkannya sejak aku mengenal tony.

Memang dulu pernah tante Lily menginginkan aku bisa memacari keponakannya yang bernama Lucy, kami sempat bertemu beberapa kali tapi perasaan kami tidak ada kecocokkan sehingga tidak berlanjut lagi. Aku juga sangat enggan melangkah ketempat-tempat yang pernah aku datangi bersama tony jika bukan karena terpaksa, terkadang aku pergi sendiri bermain game Daytona tetapi tidak ada rasa nikmatnya lagi. Keinginan seks ku sejak di tinggal tony tidak terlalu berlebihan, aku jarang sekali memikirkannya, apabila niatku benar-benar datang aku hanya melakukan "onani" bahkan keseringan spermaku keluar sendiri saat tidur dengan memimpikan kisah-kisah seks.

Hingga pada suatu kali aku tinggal di sebuah perumahan Jakarta Utara, rumah milik orangtuaku yang sebelumnya dikontrakkan kepada orang lain. Aku lebih memilih tinggal sendiri daripada bergabung dengan orangtuaku walaupun rumah ini tidak terlalu besar aku ingin belajar mandiri, terkadang tony masih suka menelepon ke sini. Di rumah ini aku tinggal setahun lebih sebelum aku memiliki apartemen sendiri, ada pengalaman-pengalaman yang menarik dalam kehidupanku di sini.

Hari sabtu aku sedang libur kerja, ketiga adikku semuanya sudah berkumpul disini, adikku yang sudah menyelesaikan kuliahnya lebih berminat membuka usaha dagang alat-alat electronic dan handphone. Sedangkan kedua adikku yang kecil masih kuliah. Kami ingin mengadakan acara berkumpul dan makan bersama dengan saudara-saudara sepupu kami. Aku memperhatikan satu persatu saudaraku dari wanita sampai laki-laki yang pada umumnya masih kuliah.

Marco adalah putra sulung dari om herry, penampilannya sangat unik menggunakan anting sebelah, rambutnya dicat kuning, gaya bicaranya sok akrab, memang kami sangat menyukainya yang type humoris. Marco datang bersama teman kuliahnya bernama teddy yang berpenampilan sopan juga pemalu. Bagiku mereka biasa saja tidak ada yang aneh. Marco bertanya padaku "kak Raffel, gimana tinggal disini enak nggak, kok kelihatan perumahan disini agak sepi yaa" aku menjawab "yah lumayanlah tidak terlalu berisik lagi pula tetangga disini juga ramah". Marco mulai tertarik "oh ya" aku merasakan ada maksud tertentu dan benar saja "kak Raffel aku pengen coba tinggal di sini sehari bolehkan?, kebetulan ada teddy bisa temanin juga" bagiku tak ada salahnya "yah terserah kamu, kalau mau kalian bisa tidur di kamar sebelah".

Malam harinya aku benar-benar tidak tahan dengan sepupuku ini merokok, minum bir (kedua hal yang aku benci) tapi aku usahakan bersikap baik padanya. Kami berbincang, bermain catur dan teddy ternyata pintar memainkan gitar hingga larut malam. "Marco aku mau tidur dulu deh kalau kalian masih pengen lanjut, terusin aja" kataku sambil menguap. "kak Raffel aku pindahin vCD nya ke kamar yaa mau nonton film sambil tidur aja" pintanya sambil memainkan mata. "Yah sudah, kerjain sendiri" aku tidak mempedulikannya langsung ke kamar dan terlelap.

Pada saat tengah malam aku terbangun karena mendengar suara agak "aneh" di kamar Marco dan teddy. Saat aku menghampirinya pintu kamar mereka masih terbuka dan aku melangkah dengan pelan karena merasakan sesuatu yang tidak beres. Saat pertama aku melihat layar televisi sudah kuduga mereka menonton film porno pria dan wanita sedang "making love", tapi lebih kaget lagi aku melihat Marco sedang melakukan anal sex bersama teddy, dengan cahaya dari monitor TV bisa terlihat jelas Marco memasukkan penisnya ke lubang belakang teddy sambil memompanya. Aku menjadi terangsang melihat perbuatan mereka, "apakah ini sudah direncanakan Marco?" pikiranku. Tapi aku waspada, Marco saudara sepupuku ini nanti bisa membuat masalah bagiku, akhirnya aku tinggalkan mereka dan tidak mempedulikannya lagi.

Kejadian seperti ini membuat aku cukup kaget, pertama kali aku melihat langsung orang melakukan hubungan homoseks, apalagi itu dilakukan Marco yang lucu dan lincah sewaktu kecilnya suka bermain denganku. Cukup lama perbuatan mereka membayangi aku terus, ada perasaan ingin menikmatinya dan ada perasaan was-was juga. Setelah dua minggu kejadian itu pada hari Sabtu siang adikku mengantarkan TV pesanananku, dan setelah selesai membereskan instalasinya, adikku langsung pamit pulang. Aku mengantarnya hingga ke mobilnya, dan tepat saat itu aku memperhatikan rully anak tetanggaku sedang mengutak-atik motornya yang kelihatan sedang mogok.

Setelah adikku pergi, aku sempatkan diri menyapa "rull kenapa motornya, mogok yah" dia menjawab "iya neghh Mas Raffel". Aku sejak dulu sudah memperhatikan Rully yang tinggal berjarak enam rumah denganku, orangtuanya pegawai negeri berasal dari Bandung. "mas boleh pinjam konci nggak aku susah bongkarnya, konciku nggak lengkap" Rully memintaku "okey, tunggu bentar yaa" jawabku. Aku sebenarnya tidak suka mengurus masalah seperti ini, tapi ada hal lain yang membuatku ingin menemaninya bahkan aku sampai membantunya. "Rull, naik motor itu enak yaa? Nggak kena macet, aku nggak bisa naik motor soalnya nggak pernah pake" kataku, kemudian Rully dengan ramah menjawab "nanti habis aku perbaiki Mas Raffel belajar saja".

Aku membonceng Rully dengan motor bebeknya, ternyata tidak sulit bagiku untuk mengendarai motor ini, awalnya hanya perlu keseimbangan dan selanjutnya tidak merasakan apa-apalagi tinggal melaju terus. Aku membonceng anak kelas 3SMA yang masih berseragam sekolah ke tempat makan yang tidak jauh dari komplek kami. Rully ternyata suka makan kwetiau goreng sapi, di rumah makan kami duduk berhadapan, saat memandangi wajah Rully yang ganteng, keinginanku kambuh lagi "rull nanti malam kita nonton film action yok" ajakku. "Boleh Mas aku sedang nganggur kok" jawabnya. Pada saat pulang aku ingin Rully yang membonceng supaya aku bisa mencari kesempatan pikirku, sepanjang perjalanan aku memeluk pinggang Rully dan kuharapkan Rully mengerti keinginanku.

Di dalam bioskop saat pertunjukkan film sedang berlangsung aku ingin sekali memegang tangan Rully, kemudian tanganku kuletakkan di atas tangan Rully dan aku rapatkan jari-jariku diantara jari-jarinya kemudian aku mulai meremasnya, ternyata Rully membalas dia meremas jari-jariku juga, dan aku mulai makin berani tanganku kupindahkan ke sela-sela pahanya kemudian kutempelkan ke penisnya, "mas banyak orang" suaranya pelan kudengar tapi aku tetap teruskan, kuremas-remas lagi penis Rully yang tertutup celana panjangnya dan makin lama kurasakan makin menegang, lama lama tanganku kecapean, aku lepaskan lagi dan hanya memegang tangannya saja sambil menikmati pertunjukkan film sampai selesai. Sudah kuatur rencanaku aku akan mengajaknya tidur di rumahku saja.





Anak-anak Nakal - 2
(by: raffel_antony@yahoo.com)

Ketika kami tiba di rumah hampir pukul 12 malam, Rully akhirnya bersedia tidur di rumahku karena dia sudah mengerti maksudku. "Rully pernah begituan belum sama laki-laki" aku memancingnya dan ditanggapinya "maksudnya berbuat homoseks, pernah sekali burungku diisep sama temanku mas" akhirnya tanpa menunggu lagi aku menariknya ke kamar yang pernah dipergunakan Marco.

Aku membuka pakainku dan hanya tinggal CD yang menutup penisku, kemudian aku meminta Rully membuka pakaiannya semua juga dan hanya CDnya saja yang tersisa. Aku membaringkan diri di atas kasur kemudian Rully menyusul di sebelahku, sesaat ada "bayangan yang hadir" dan membuat aku takut melakukannya, tetapi nafsuku ingin kusalurkan, tanganku mulai mengerangi tubuh Rully kemudian aku menggenggam penisnya yang sudah menegang dan mulai aku mengocoknya, "rull kamu isepin punya Mas yaa" Rully menuruti "ya mas" kemudian wajahnya diarahkan ke bawah perutku dan dengan tangannya Rully mengangkat sedikit CDku dan penisku terkuak menegang, mulutnya diarahkan ke penisku dan mulai dimasukan kemudian di hisapnya.

Ada suatu "bayangan yang muncul lagi", aku menjadi takut kembali. "rull kamu ngocok di atas perut Mas aja deh" kemudian Rully menghentikan hisapannya, dan mulai memainkan penisnya dan di kocoknya tepat di atas perutku. Aku terdiam hanya memandangi Rully yang merangsang dirinya sendiri, "ehk.. ehk.. ehk" dan ketika kocokkannya makin cepat aku memperhatikan kepala penisnya makin besar dan "crot.. crot.. crot" meluncur di atas tubuhku dan sebagian jatuh ke kasur. Kemudian dengan kedua tangannya Rully melulurkan spermanya di sekitar perutku, tangannya mengelus-elus membangkitkan nafsuku lagi.

Tanpa kuminta Rully mulai mengulum penisku di hisapnya dalam-dalam dan aku sangat kenikmatan. "Bayangan itu muncul lagi" tapi samar-samar kadang menghilang sedangkan isapan Rully makin kuat dan kurasakan spermaku akan keluar. "Bayangan yang hadir" itu makin lama makin jelas "crot.. crot.. crot" kurasakan kenikmatan sewaktu menembakan spermaku tetapi bersamaan dengan tetesan airmataku yang mengalir. Bayangan yang muncul dalam pelupuk mataku dari awalnya tidak jelas tetapi pada saat terakhir aku melihat wajah "seorang bocah meneteskan airmata" bocah yang aku sayangi.

Aku berkata dalam hati "ampuni Kakak, Kakak rindu padamu, kamu jangan menangis lagi". Rully membersihkan sperma di tubuhku dengan tissue sambil berkata "mas maapin Rully yaa, kenapa menangis mas" aku segera bangun dan memakai baju dan berkata padanya "Rull nggak baik kita berbuat begitu, maapin Mas Raffel yaa, Mas janji nggak akan berbuat begitu lagi padamu". Setelah membersihkan diri kami tidur bersama di kamarku.

Pukul 04.00 aku terbangun dengan bunyi alarm dari HP ku, aku melihat Rully masih tertidur lelap di sebelahku. Aku menuju ruang tamu dan memutar nomor telepon tujuan merlbourne, "hallo" suara tante Lily menjawab "pagi tante, tony sudah bangun Raffel pengen ngomong". Tante Lily berbincang sesaat denganku dan menanyakan keadaanku, setelah itu suara tony menyahutku "salam Kakak sayang, pakabar Kakak?" jawabku seperti biasa "salam tony manja yang Kakak rindukan setiap saat, Kakak sehat-sehat aja" dan kuteruskan kembali "semalam tony menangis?" tony menjawab "yaa, karena tony rindu sama Kakak setelah melihat foto Kakak" kataku lagi "ton maapin Kakak yaa mungkin Kakak bersalah pada tony, Kakak telepon tony saat ini karena ka.. Kak sa.. ngat ka.. ngen pa.. da to.. ny" airmataku mengalir tidak tertahan lagi, suara tangisku terdengar oleh tony. "ka.. Kak kenapa?, ka.. Kak ja.. ngan mena.. ngis".

Suara tony terdengar mulai menangis "to.. ny sudah men.. jadi anak baik sekarang, to.. ny nggak pernah ber.. buat macam-macam karena to.. ny ingat pesan ka.. kak, ka.. Kak jangan nangis lagi". Aku berusaha mengatur suaraku agar tidak terdengar menangis agak sulit bagiku "ton Kakak ngantuk mau tidur nanti malam Kakak telepon lagi yaa, dah.. dah" tony menyahutku dengan suara pelan "tony akan baik-baik saja, sekarang tony mau pergi dengan mama, selamat tidur Kakak sayang, dah.. dah". Kututup gagang teleponku dan airmataku terus mengalir, aku menangis menyesali perbuatanku yang selama ini telah kupertahankan akhirnya gagal juga. Aku hanya bisa berjanji dan berjanji agar tidak melakukan perbuatan seperti ini lagi.

Aku membuka album foto dengan cover depannya yang sengaja kubuat tulisan besar ANTONY-14, lembar demi lembar kuperhatikan dan kubayangkan saat saat kejadian dalam foto itu. Saat kuperhatikan lembar foto tony di depan kue ulang-tahunnya yang ke 14, wajahnya tampan, dengan lekuk-tawa dibibirnya giginya yang putih kecil-kecil terlihat jelas dan lesung pipinya yang membuatnya terlihat sangat manis. Ingin kuperhatikan lebih jelas lagi, kubuka plastik penutupnya dan kuangkat foto itu agak lengket dengan albumnya kudekatkan semakin dekat ke mataku.. "Mas fotonya jadi semua? ada yang blank nggak?" sambil kuperhatikan foto ulang-tahun tony yang ke-14 ini waa.. aku suka sekali, wajah tony manis sekali dalam foto ini.

Setelah membayar dan menerima semua foto yang kucetak di Fuji Image Plasa, aku segera berlalu dari counter. "mungkin tony sudah selesai makan" muncul dalam pikiranku, tadi aku meninggalkan tony sendirian di foodcourt karena aku ingin lebih cepat bisa mengambil foto ini dulu. "ton, ayo sudah hampir malam kita harus pulang" kulihat tony sedang mencuci tangan di washtafle. "let's go home, tony udah beres" sahutnya, aku segera mengandeng tangan adikku yang paling aku sayangi seumur hidupku ini. Kemaren tony merayakan ulang-tahun ke-14 bersama teman-temanya di sebuah café, dan hari ini aku berjanji akan mengajaknya berkeliling mall. Sejak pagi kami sudah mengelilingi tiga mall besar sambil melakukan kegiatan makan, nonton, main game dan berbelanja.

Di dalam mobil tony memperhatikan satu persatu foto ulang-tahunnya, sesekali aku menatapnya sungguh asyik sekali tony memandangi fotonya. Sampai di rumah Pak dudung membuka pintu gerbang dan segera kumasukkan mobilku dalam garasi. "dek Raffel, tadi ibu telepon katanya pulang agak malam urusannya belum beres" Pak dudung menginformasikan padaku. "ya Pak dung, makasih" sahutku. Badanku terasa pegal sudah kubayangkan tubuhku berendam dalam airhangat. Segera aku ke kamar mandi atas sambil membuka pakaianku, sedangkan tony membaringkan tubuhnya di sofa ruang tengah sambil memencet remote TV. "ton Kakak mandi duluan yaa.." teriakku pada tony. "Okey deh!" sahutnya tidak kuperhatikan gerakannya.

Aku penuhi bathtube dengan air dingin kemudian kucampur dengan air panas setelah terasa hangat aku berendam di dalam dengan hanya mengunakan celana dalam, aku bermalas-malas sambil tiduran, terasa hangat sekali tubuhku yang lelah ini. Tok.. tok.. tok "Kakak, tony masuk yaa.." suara tony terdengar dari depan pintu kamar mandi. "yaa..!" sahutku pelan karena hampir tertidur, aku jarang mengunci kamar mandi bila sedang mandi karena sudah terbiasa. Pada awalnya karena sering diganggu tony jika aku sedang mandi, sebentar-sebentar ia ingin ke kamar mandi buang air kecil walaupun aku sedang mandi di dalam, ada saja alasannya tapi aku tidak pernah risih.

Seperti biasa kupikir kali ini tony ingin kencing, pintu di buka dan tony hanya menggunakan celana dalam saja "Kakak tony mau mandi juga yaa" sahutnya, sambil membuka mata aku membalas "ooh.. tony mau mandi juga ya sudah". Kuperhatikan tony menghidupkan shower dan mandi berpancuran. "ton kesini rendam air hangat bersama Kakak" mendengar perintahku tony segera masuk ke dalam bathtube dan sekarang kami sudah bersama di dalam bathtube duduk berseberangan.

Kumainkan jari-jari kakiku ke pinggang dan ketiak tony "hehehe..hahaha..ka.. kak.. tony geli nggak tahan.. hehehe" tony tertawa kegelian. Saat kulepaskan tony merendam wajahnya ke dalam air kemudian wajahnya terangkat lagi dengan pipi mengembung tepat di arahkan ke wajahku dan "phuu.." air dari mulut tony disemburkan ke wajahku. "tony nakal" kataku, kulihat tony ingin mengulanginya lagi, saat wajahnya dicelupkan ke dalam air, secepat mungkin aku menangkap tubuhnya dan kuangkat, sekarang tony dalam dekapanku dan wajahnya tepat dalam tatapanku, pipinya menggembung mulutnya telah terisi air, kutatap kedua bola mata tony demikian juga tony mengarahkan tatapannya ke bola mataku, kutatap lebih dalam lagi menelusuri isi hatinya yang telah menjadi milikku.

Kunantikan semburan berikutnya, "Kakak sudah siap, semburkan sekuat tenagamu sayang, Kakak senang menerima permainan ini jika hati tony bersuka cita karenanya" ucapan dalam hatiku, lama kunantikan tidak disemburkan juga, kulihat tony memejamkan matanya. Urat-urat kecil di pipinya terlihat jelas karena terlalu lama menahan air di dalam mulutnya, kulitnya terlihat seakan transparan. Seperti tertarik magnet mulutku langsung menyumbat bibirnya yang merah, kurasakan air dalam mulut tony mengalir pelan melalui mulutku dan terus terdorong masuk ke tenggorokanku, kubiarkan lolos masuk ke dalam perutku walaupun air bekas rendaman tubuh kami yang penting berasal dari mulut tony yang aku cintai.

Sesaat kami terdiam kemudian kutatap kembali wajah tony yang cakep ini, matanya kembali tertuju padaku semakin dekat persaanku terhanyut dan kutempelkan bibirku dengan bibirnya. Tony membalas, lidahnya dimasukkan dalam mulutku akhirnya kami saling melumat, suara desah kami diringi dengan suara air yang ber-adu terkena gesekan kami. Kuangkat tony sampai berdiri kemudian aku berlutut di depannya kubuka CDnya dan terlihat penisnya yang besar sudah menegang, mulai kuhisap dengan hitungan yang kuatur, dan kukulum dalam-dalam seakan ingin merasakannya sampai habis.

Tony merintih kenikmatan "ahk.. ahk.. ahk" aku semakin menguatkan hisapanku, aku ingin balas kekalahanku semalam. Semalam aku tidak berhasil menelan sperma tony karena kerongkonganku tersedak penis tony sehingga aku muntah, hari ini aku ingin mendapatkannya. Ketika penis tony semakin keras aku mempermainkan lidahku di ujung penisnya dan tony semakin mendesah "akk..akk.ahk" dan akhirnya kurasakan "crot.. crot.. crot" sperma hangat menembak kerongkonganku, langsung kutelan dan kujilati sisa-sisa yang tertinggal di penis tony hingga bersih.

Tony juga menginginkan bagiannya, aku duduk di atas pinggiran bathtube dengan posisi melebarkan kedua pahaku. Wajah tony mendekati selangkanganku dan lidahnya mulai menjilati penisku yang mulai mengeluarkan precum. Kemudian mulutnya mulai mengulum, penisku terasa hangat di dalam mulutnya. Aku mendesah kenikmatan tidak tahan lagi dan "crot.. crot.. crot" semburan spermaku di dalam mulutnya dan semuanya bersih ditelannya. Aku memeluknya lagi mengelus wajahnya, menciumnya dan kukatakan "ton, Kakak sangat sayang padamu".

Aku mendekap tubuhnya kuat sekali dengan tatapan senyum manisnya yang penuh dengan rasa manja. Masih berendam di bathtube aku membopong tubuhnya seperti seorang bayi kudekatkan ke dadaku, membelai rambutnya dan mengecup keningnya, tony memejamkan mata sambil menikmati dekapan hangat Kakaknya yang sangat memanjakannya. Kupeluk erat sekali kemudian kubisikkan "tony adalah segala-galanya bagi Kakak". Aku ingin mendekapnya terus, tak ingin kulepaskan lagi..

Terdengar suara motor berhenti di depan pintu, segera kumasukkan kembali foto ulang tahun tony ke dalam album dan kutempelkan kembali plastik pelindungnya. Secepat mungkin aku membereskan album foto ANTONY-14 ini dan kusimpan, aku kedatangan tamu istimewa. Rully masuk ke dalam, seperti seorang prajurit menyerahkan scroll pada raja "ini Mas aku serahkan kotak wasiatnya" aku menerima kotak CD film seri yang dipinjam ayahnya sambil tertawa "hehehe kamu.. kaya ketemu raja saja". Sejak kejadian dengannya, Rully sering bermain ke rumahku, dia tidak sendiri bahkan adik-adiknya sekarang juga sedang bermain game playstation di kamar.

Rully mempunyai dua orang adik niko berusia 13 tahun dan mia berusia 11 tahun. Mereka semua sudah akrab denganku dan aku sering membeli makanan dan kuoleh-olehkan padanya. Walau kadang-kadang aku berhayal ingin bermain seks dengan laki-laki tapi aku tidak pernah punya niat melakukannya dengan Rully yang teryata laki-laki normal. Aku menganggap mereka sebagai adik-adikku jadi mereka sangat bebas bermain di rumahku. Bahkan Rully sudah seperti saudaraku dia sering membantuku. Setelah menetap setahun lebih di perumahan ini aku berniat pindah ke sebuah apartemen yang kubeli sendiri dengan sebagian uang dari mamaku.

Kubenahi baju-bajuku dan kumasukkan ke dalam koper, adikku semuanya sibuk membantu memasukkan barang-barang kecil milikku ke dalam dus-dus agar mudah di bawa. Rully juga sibuk mengatur barang-barangku ke dalam mobil box. Hari ini aku akan pindah ke apartemenku, lokasinya cukup jauh dari rumah yang kutinggalkan sekarang. Aku menjabat tangan Rully sambil mengucapkan terima kasih, dan aku mengelus pundaknya "Rull, jaga adik-adikmu baik-baik, jangan sampai mereka jadi anak-anak nakal, Mas Raffel akan telepon kamu sewaktu-waktu" pesanku.

Kemudian aku mengelus kepala niko dan mia "jadi anak baik-baik yaa dan rajin belajar" mereka mengangguk "terima kasih Mas Raffel, niko akan rawat PS-nya" sahut niko. Aku menghadiahkan mereka playstation karena kasihan mereka selalu ke rumahku untuk bermain. Kemudian aku bersalaman dengan kedua orangtua Rully "makasih yaa nak Raffel jangan lupa main-main kemari lagi" ucapan dari ayah Rully.





Anak-anak Nakal - 3
(by: raffel_antony@yahoo.com)

Aku menyerahkan sebuah shopping bag berisi handphone kepada Rully kemudian aku berangkat meninggalkan mereka semua. Dari balik kaca mobil aku masih melihat Rully sangat terkejut dan senang, yah keinginannya sudah terwujud, selama ini dia berusaha menabung untuk membeli HP seperti teman-temannya yang sudah menggunakan HP. Karena aku sayang padanya maka memberinya sebagai hadiah.

Aku masih mendengar teriakan Rully "mas Raffel terima kasih banyak..! hati-hati mas" kuhentikan mobil sejenak dan kulambaikan tangan kepada Rully "selamat berpisah Rully" kuucapkan dalam hati dan melanjutkan perjalananku. Kutinggalkan komplek perumahan yang aku huni setahun lebih, rumahku yang pernah meninggalkan kenangan bersama Rully, "Selamat tinggal Rully jadilah anak yang baik demi masa depanmu".

Hal pertama yang aku kerjakan setiba di apartemenku, aku menggantung foto tony di dinding kamarku. Sengaja kugantungkan dengan sudut pandang yang tepat dari tempat tidurku, sehingga jika aku ingin tidur bisa mudah menatap foto tony. Apartemen ini cukup strategis, suasananya tenang aku merasakan seakan tempat ini penuh kedamaian. Tapi siapa yang tahu kehidupan kita bisa berubah?

Aku tinggal dalam apartemenku ini hampir tiga tahun, tetapi justru pada masa inilah yang membentuk aku menjadi seseorang petualang cinta sesama jenis. Tinggal di apartemen ini membuat aku mudah tergoda dan mudah mendapatkan akses untuk berhubungan homoseks. Aku mengenal puluhan remaja dan pemuda dari semua type kurasakan kenikmatan tubuh mereka yang pada umumnya masih kuliah atau bersekolah. Yaa kehidupanku di sini bersama ANAK-ANAK NAKAL.

Kadang-kadang ada perasaanku ingin melepaskannya tetapi aku tak kuasa melawan rangsangan-rangsangan yang mereka luapkan membuat aku terus ingin menikmatinya. Namun apa yang aku peroleh bukan kebahagian, keseringan terjadi kekecewaan dalam hidupku. Di sinilah karakterku benar-benar terbentuk hingga akhirnya aku berjumpa kembali dengan tony yang berusaha menyadarkan aku.

"Aku pernah menyayangi seorang bocah yang kukenal sejak dia berusia 12 tahun, ketika aku benar-benar memilikinya dan aku sangat membutuhkannya dia meninggalkanku saat berusia 16 tahun untuk membentuk masa depannya. Walau hidupku menjadi goncang saat ditinggalkannya tetapi aku selalu ingat bahwa aku masih memilikinya sebagai tanggung jawabku sampai aku tidak memiliki kehidupan di dunia ini lagi. Aku sudah berjanji padanya dan aku harus menepatinya.

EPILOG:
Sudah lama aku duduk di bangku ruang tunggu ini, sebenarnya aku sangat mengantuk sekali karena semalam aku benar-benar tidak bisa tidur memikirkan hari yang aku tunggu ini, merencanakan apa yang akan aku lakukan sepanjang hari ini. Memang aku tidak sabar karena perasaan bahagia sehingga aku datang terlalu awal 60 menit, "ah" kuputuskan sebaiknya aku nongkrong di mc Donald saja. Sambil menikmati French-fries dan softdrink aku menulis SMS "saat ini aku sedang makan di mc-Donald dan aku akan ikuti permintaanmu aku tunggu di sini".

Mataku terus mengawasi kalau kalau dia telah datang menghampiriku. Saat kulihat kedatanganya, aku memandangi terus dengan rasa penasaran yang tinggi tapi aku tidak akan berdiri dan tidak akan kuhampiri, dia yang akan menghampiriku itu permintaannya. Ketika telah sampai di depanku, kupikir dia akan memelukku, tetapi dia malahan diam berdiri di depanku. Aku memandanginya dari ujung rambut hingga ujung kakinya, dia seorang pria yang sangat tampan, manis dan sayang padaku.

Saat aku ingin berdiri memeluknya dia mengapaiku dan memeluk tubuhku dan kubalas pelukannya "salam tony manja yang aku rindukan setiap saat" tony menguatkan pelukannya. Aku merangkul pundaknya sambil menuju ke tempat parkir. Aku rasakan sekarang tubuhnya lebih tinggi dariku, sangat berbeda jauh dengan masa kecilnya. "sini kuncinya, biar tony yang nyetir saja" permintaan tony padaku. Aku sudah berjanji bahwa aku akan menuruti semua permintaan tony tidak akan aku tolak dengan kata "tidak atau jangan" pokoknya apapun permintaannya aku akan selalu "ya". Setelah memuat kopernya ke dalam mobil CR-Vku tony mulai mengarahkan tujuannya ke apartemenku.

Hari ini tony baru tiba dari merlbourne, ini merupakan kunjungan yang ketiga kalinya hanya dia datang sendiri tanpa sherly mendampinginya. Lusa tanggal 30 desember aku harus memindahkan semua barang-barangku dari apartemen yang telah kuhuni hampir tiga tahun. Tony menginginkan aku pindah ke sebuah komplek perumahan di ujung Jakarta Timur, aku harus menyetujuinya demi kebaikanku dan tony. Bermula pada waktu kedatangannya yang kedua kali, aku mengakui secara jujur kepada tony bahwa aku tidak bisa menjalani hidupku dengan baik semenjak tinggal di apartemen itu, aku banyak melakukan hal-hal yang tidak normal karena aku menjadi bagian kehidupan satu kelompok yang belum diakui oleh orang-orang sekitarku.

Tony memahamiku tapi dia berkata padaku "Kakak adalah tanggung jawabku seumur hidupku aku akan selalu menjagamu dan aku ingin Kakak seperti aku bisa keluar dari masalah ini". Hatiku bergetar mendengar ucapannya ini aku tidak bisa berkata apa-apa, "aku ingin menjadi penurut saja seperti tony kecil yang dulu juga sangat penurut padaku" suara dalam hatiku. Yah tujuan kedatangan tony kali ini adalah mengurus pemindahan ke rumah baruku, sekaligus merayakan akhir tahun bersamaku tapi aku agak bingung tanpa kehadiran sherly. "Ton bagaimana kabar sherly, hubungan kalian baik-baik saja kan? aku juga sayang padanya jadi jika ada masalah kamu tidak boleh menyembunyikannya padaku" tanyaku pada tony."Kakak nggak usah khawatir kami baik-baik saja, sherly ada keperluan penting yang tidak bisa di tinggalkan jadi aku terpaksa datang sendiri" sahutnya dengan lancar.

Selasa siang menjelang akhir tahun kami berkunjung ke mall di Jakarta selatan yang menjadi tempat pertemuan pertama kami dulu. Tony ingin bertanding Daytona denganku, walaupun sudah lama aku tidak berminat dengan permainan ini tapi suasana hatiku berbeda. Pada saat perlombaan ternyata aku tidak bisa menyaingi tony dan akhirnya tony lebih banyak menang dari padaku. Selesai bermain kami berbelanja keperluan kami untuk beberapa hari di Hero. "Kakak ke mobil dulu yaa tony mau beli pizza dulu" pintanya.

Aku menunggu sekitar 20 menit dan tony menghampiriku dengan membawa satu potong pizza kotak, satu cheese burger dan segelas orange-juice. Semuanya diserahkan padaku, tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan "ton apa Kakak harus sisakan setengah untukmu seperti waktu kamu kecil dulu" candaku dengan tertawa kecil. "Kakak, tony rindu pada saat Kakak pertama kali menyayangi tony, dan tony nggak mau kehilangan Kakak yang dulu, Kakak yang bisa melindungi tony, Kakak harus kembali menjadi diri Kakak yang dulu" demikian ucapan tony dan kulihat matanya memerah. Kemudian aku memberikan pizza kepada tony dan aku sendiri memakan cheese burger sedangkan orange juicenya terpaksa kami harus berbagi karena cuma ada segelas.

Saat berada di rumah sekitar pukul 15.00 tony menelpon ke merlbourne tanpa sengaja aku mendengar jelas ucapannya "Happy birthday dear my love". Aku sangat kaget tapi selama ini aku tidak tahu bahwa sherly berulang tahun pada tanggal 31 Desember. "Ton kenapa kamu harus datang ke Jakarta kalau sherly sedang merayakan ulang tahunnya sekarang, kasihan kan ulang tahunnya tanpa orang yang dicintainya" jawab tony padaku "Kakak aku sudah ngomong sama sherly dan dia tidak apa-apa, dia sedang berpesta ulang tahun dengan teman-temannya dan dia tahu tony juga ada urusan penting, percaya sama tony kami baik-baik aja, okey." Aku berpikir cukup lama, kenapa tony lebih mementingkan mengunjungiku pada saat kekasihnya sedang merayakan ulang tahun seharusnya dia mendampingi sherly, aku merasa bersalah pada sherly.

Sore hari kami putuskan pergi ke café di Jakarta Pusat yang cukup ramai, awalnya kami merencanakan barbeque di rumah sambil menikmati acara pesta kembang api akhir tahun di komplek perumahan baru kami, tetapi informasinya tahun ini tidak lagi menyelenggarakan acara tersebut. Jika akhir tahun-tahun lalu aku merayakan dan berpesta dengan teman-teman lelakiku yang pada umumnya masih kuliah atau sekolah, akhir tahun ini aku sudah bersama tony yang sangat aku sayangi, aku menggandeng tangannya kami bercanda, bercerita, humor dan kadang mengungkapkan perasaan yang terkadang membuat kami menjadi sedih.

Ketika nyayian "Auld Lang Syne" terdengar aku menjadi terbawa pada perasaanku, aku menangis membayangkan masa laluku, masa-masa aku menjalani hidupku tanpa tony bersamaku. Aku memeluk tony dan menciumnya kukatakan "maafkan Kakak sangat mengecewakan tony, Kakak tidak sehebat tony, Kakak sangat memalukan, maafkan Kakak.." tony memelukku dengan erat, kami benar benar tidak mempedulikan di sekitar kami yang juga entah apa yang mereka perbuat yang kutahu mereka semua sedang bergembira. Aku tidak melepaskan pelukanku dengan tony dan mulailah terdengar suasana ramai di café menghitung detik "10,9,8,7..1.

Di antara nyaringnya suara terompet tony berkata padaku "Selamat tahun baru Kakak, berjanjilah pada tony yang Kakak sayangi sejak kecil dan sudah menjadi dewasa dan sekarang bersama Kakak, berjanjilah akan memulai hidup baru di tahun 2003, tinggalkan semua hal yang pernah mengecewakan Kakak, dan tony akan selalu menjaga Kakak sampai selamanya." ucapan tony seperti air panas menyirami tubuhku, aku tidak bisa membalas kata-katanya, aku hanya meneteskan air mata, aku mengangguk, aku berusaha, aku akan mencoba dengan semua daya, akan aku lakukan untukmu antony karena aku benar benar CINTA padamu.

TAMAT.

--Raffel--

CATATAN PENULIS:
Di suatu pertemuan diskusi berthema "SEKS BEBAS REMAJA", cukup banyak ABG yang hadir bahkan banyak juga yang ditemani orangtua. Seorang pakar seks yang sangat digandrungi berkata "penyimpangan seks yang terjadi pada remaja itu tidak hanya tanggung jawab orangtua, adik-adik sekalian perlu memahami akan permasalahan ini, tanggung jawab terhadap diri sendiri akan masa depan wajib diperhatikan bagi adik-adik sekalian.

Jangan memandang suatu perbuatan itu hanya dari segi kenikmatan sesaat saja karena kenikmatan yang diperoleh dengan tidak wajar ada satu resiko yang mengikutinya yang tanpa kita sadari akan menghancurkan masa depan kita." Ini bukan sekedar ungkapan tapi ini adalah kenyataan yang terjadi dan sangat jelas berlaku bagi siapapun. Dari kebanyakan yang demikian pada umumnya berawal untuk mencari "kebutuhan kasih sayang", memberi atau menerima kasih sayang namun itu menjadi berlebihan karena keinginan hawa nafsu mengotorinya bahkan akhirnya seks menjadi prioritas.

Kakak ingin berbagi kasih sayang bagi adik-adik yang masih di dalam lingkungan ini, karena kehidupan Kakak pada masa itu bukan mengandung satu kepastian yang memberikan jaminan kebahagian tetapi lebih banyak mengalami kekecewaan, mungkin itu sudah hukum alam.

Hidup di dunia tidak normal (sebutan oleh sebagian besar manusia yang menamakan diri mereka normal) menciptakan kebimbangan, apakah selamanya aku akan begini terus?, atau aku ingin memberikan target pada usiaku yang kesekian aku ingin berubah?, atau aku ingin menikmatinya sampai puas baru berubah? Dalam hal seperti ini perubahan hanya ditentukan pada hari ini dan besok, selain itu adalah omong kosong.

Jika hari ini kamu bertekad besok kamu harus berubah meninggalkan semua cara-cara lama, jika ternyata tekadmu hari ini sudah ada tetapi besokpun engkau belum mau berubah, maka hari-hari depanmu makin sulit berubah, biasanya keinginan perubahan itu lebih mudah terjadi jika ada satu motifasi yang positif, apakah itu sifatnya suatu pemikiran atau pengaruh seseorang. Kakak berharap kalian tidak hanya "tahu" tetapi "tidak mau tahu" berusahalah dan semoga adik-adikku semua bisa memiliki masa depan yang lebih cerah.

Cerita ini aku persembahkan kepada semua pembaca sumbercerita.com secara khusus kepada teman-teman yang sudah berkirim email aku mengucapkan terima kasih, maaf aku tidak bisa mengucapkan satu persatu karena disamping sangat banyak juga menyangkut privasi teman-teman.

Sejak ditampilkannya kisah ANTONY BOCAH 12 TAHUN email yang kubalas meningkat tiga kali lipat daripada sebelumnya, walaupun tanganku serasa mau copot tapi aku dengan senang hati dan senantiasa akan membalasnya karena aku berusaha untuk tidak mengecewakan teman-teman, demikian juga aku berharap sama, kalian tidak akan mengecewakan orang lain. Disamping itu aku juga senang karena jari-jari tanganku jadi terlatih "ber-aserehe".

Jika memungkinkan aku akan menampilkan kisah di masa aku bersama dengan ANAK-ANAK NAKAL di apartemenku, TAPI NGGAK JANJI YAA, pokoknya sedang kupertimbangkan! (mohon maaf jika ada pembaca yang terlibat dan anda tidak perlu khawatir karena privasi anda semua akan kujaga dan pasti anda sudah mengenal sifat saya).

Thanks a lot, see you..

Raffel

SILAKAN BACA JUGA KISAHKU YANG LAIN:
The Lost Boy 1 & 2, Antony Bocah 12 Tahun 1, 2 & 3.





Kenapa Harus Om-Om
(by: rumput_merah17@yahoo.com)

Sebelumx aq minta maaf bila cerita pengalaman aq ini tak berkenan soalnya baru pertama kali nie aq nulis cerpen.Perkenalkan nm aq Madi_17th,masih seorang pelajar kls 3 SMK d Banjarmasin.Tampang aq lumayan cakep N yg terutama manis gt,G sedikit ce2 pd naksir ma aq.Tp sayangnya aq berbeda dgn remaja_remaja lainnya,aq memiliki kcndrungan suka terhadap sejenis.N q benar2 terbuka sejak kls 1 SMK kmren.Untungx aq ngdapetin tmn yg baek yg ngsih tau ini_itu spya aq g trllu terjerumus,N benar spt kata2 dia kebanyakan org2 sakit yg q kenal dgn berbagai karakter namun satu tujuan yaitu sex.
Dari dia aq banyak belajar supaya G gila sex ksna kmri,namun hanya dgn 1pasangan sja yg saling menyaygi.

Akupun tak pernah melakukan hal sejauh anal sex dalam brpacaran,cuman sekedar kissing,peluk ato oral sex.N yg paling aq suka yaitu pelukan kasih sayang,tp G tao knp usia aq dalam brpacaran dgn bf aq G pernah lama,2bulan aja G nyampe.Mungkin dia G betah trs milih slingkuh ma yg laen.

Kejadian tragis yang menimpa diri aq satu tahun yg lalu saat pergantian tahun 2007_2008.
Biasanya aq ngrayain ama temen baek aq,tapi sayangnya kali ini aq g bisa malam taon baru bareng soalnya dia dah da janji ama Bf dia.Pdhal q g punya tmn jalan selain dia,aq G suka nongkrong to kumpul2 ama tmn skul aq N ama anak2 sakit aq juga kurang berkenalan.Mungkin ini akibatnya aq terlalu milih2 temen,nyri temen spt kriteria nyri pacar.Aplagi lu dah punya Bf trllu fokus ma dia trs tmn2 pada aq kacangin,sekarang jomlo ribet sendiri deh.

Malam taon baru tinggal 1hari lagi,aq belum juga dapet tmn jalan.Kemudian ada yg ngjakin aq jalan,dia kenalan aq yg G pernah aq temuin tp seneng bgt ngubungin aq..Sering ngjakin ketemuan to makan tp G pernah aq gublis soalnya dia seorang om2 berusia 28th bernama Om Fredy bekerja d Bank swasta.Katanya dapet no aq dari tmn dia Agus,tp Q g kenal siapa si Agus it.Om Fredy Ngakunya sieh cakep N sok nunjukin klu dia org kaya.Tp bagi aq tetep aja Om2,aq G tertarik.
Malam taon baru bener2 mepet,aq G mungkin cari knlan bgt aja akhirnya aq bersedia jalan bareng besok malam.Kami janjian jam 8malam d depan gang aq,,,
Dag...Dig....Dug....
Jantung aku semakin berdenyut kencang,aq G mungkin lagi membatalkan janji gmnpun juga kondisi Om Fredy N jantung aq seakan bener2 pengen copot ketika Om Fredy menelfon aq mengatakan bahwa ia udah mo nyampe d tempat janjian.Kemudian di seberang jalan berhenti sebuah mobil berwarna merah,Om Fredy kembali menelfon aq.Rupanya benar ia yg berada d seberang jalan menyuruh aq lekas untuk masuk kedalam mobil.

Saat aq masuk kdalam mobil,wah rupanya Om Fredy emang cakep orangnya G spt yg aq bayangkan,malah nampak muda dgn baju kaos ketat memamerkan body dia N celana pensil.Yah setidaknya q bisa ngrayain malam taon baru tanpa canggung.Bahkan d perjalanan menuju t4 org2 berpesta kembang api AQ ama Om Fredy akrap spt dah bertemu sblumx.
Malam taon baru yg meriah N mengasyikkan bersama org yg slma nie aq takuti.

Sekitar jam 1dini hari Om Fredy ngjakin aq kerumah temen dia bernama Agus,penasaran aq mau aja.Saat bertemu Agus yg tadix happy berubah menjadi masam,Rupax Agus it si ipul 25th,gendut N item.Dulu aq sieh berteman aja,tp jd ilfeel sat aq kerumahnya aq d paksa ML ma dia.Untungnya ade dia dateng n bisa kabur.
Sekarang bertemu dia lagi,aq kontan jaim N g mau masuk k rumah dia.Mungkin Om Fredy dah tao penyebab knp aq spt it.Om Fredy ajak aq tuk pulang,kok q jd ilfeel juga ama Om Fredy sehingga dia ikut aq cuekin.
Om Fredy menawarin minuman dalam mobilnya dia,mungkin karena kecapean aq tertidur sat perjalanan pulang.
Saat aq terbangun aq sudah berada dlm kamar yg G lain kamar Om Fredy,G tao kapan nyampe N ketika dia ngangkat aq kdlm kamar.

Om Fredy hanya menggunakan boxer tanpa baju,jujur aq suka ngliat badan OM Fredy tp dia bukan spa2 aq.Aq spt punya firasat yg g nyaman shingga q gelisah untuk tdr lagi.
OM Fredy rupanya mulai beraksi,dia sok memeluk tp tangan dia nakal menggerayangi tubuh aq.Kemudian aq menghelanya N menjauh membelakangi Om Fredy,,
Kali ini Om Fredy menindih badan aq shg tak bisa bergerak lagi,aq memberontak tp tubuh aq kalah dgn om fredy.Dia mulai mencium bibirKu walaupun q G membalas ciuman om Fredy.Saat Om Frdy menjilat2 telinga aq barulah aq mulai merasakan darah mengalir keubun2 mengencangkan syaraf kemaluanKu.
Aqpun menggeliat2 merasakan nikmat jilatan Om Fredy sambil melepas seluruh pakaian aq.Air pecum mulai mengalir d penisku kemudian Om Fredy mengoral penis aq.
Om Fredy sangat nafsu N terbilang kasar,,

Ketika mengoral penis aq Om Fredy mau memasukkan jarinya k dlm Anus aq,sentak aq menghindar.Tp Om Fredy makin bersemangat melakukannya,kurasakan sakit yg tak tertara saat jari Om Fredy mulai masuk.Tak lama akhirnya Om Fredy melepaskannya,rupanya dia kasihan juga ama aq.
Dugaan aq meleset,Om Fredy mau memasukkan penisnya yg lumayan besar .
Aqpun tak bisa berbuat banyak,hanya merengek....
Jangan Bang.......Jangan Bang.......Jangan Bang......Madi takut Bang.........
Q fikir G mungkin penis om Fredy bisa masuk,rupanya kepala penis Om Fredy telah menembus anus aq.Rasanya lebih sakit daripada yg tadi spt terbakar,Om Fedy berhenti N mencium bibir aq kemudian kembali memasukkan penisnya,.Rasa sakit itu mulai hilang ketika Om fredy menggoyang penisnya keluar masuk.

Mungkin sangking nafsunya G lama Om Fredy menjerit AAAaaaa...UuuhGggg..aaaaHhhh.... Petanda ia mo klimakx,Pejuh panas menembak d dalam anus aq.
Sedangkan aq baru merasakan sensasi d anal,kemudian Om fredy yg mencoli penis aq yg akhirnya klimakx juga.
Croootttt....Crooootttt.....
selekasnya om fredy menyapu badan aq yg berhambur pejuh dgn tisu.


D kamar mandi aq membersihkan sisa pejuh Om Fredy yg keluar lagi d anus aq,rupanya anus aq mengalami lecet N pendarahan oleh perlakuan kasar Om Fredy...

Paginya,Om Fredy mengantar aq pulang d depan gg aq.
Q fikir dia bakalan sayang ma aq,ternyta hanya nafsu belaka....
Sedangkan Bf aq G pernah nglakuin Anal sex dgn aq,aq selalu beralasan N menolak ktika mo d Anal.
Ada penyesalan juga,coba saja dulu aq berani nyoba.
kemudian aq G da kntek2an lagi dgn Om Fredy,,,

Begitulah kisah pengalaman aq setahun yg lalu,Aq mengambil hikmah mungkin dgn pengertian dgn pasangan aq bakalan bisa mempertahanin suatu hubungan.
Heee....aq seorang anak kecil yg mencari kasih sayang.
sebelumnya aq minta maaf bila kurang suka dgn cerita N karakter aq.
Banjarmasin,31 Maret 2009


END





Air Susu Dibalas Dengan Air Mani
(by: datukmedan@yahoo.com)

Laju sepeda motor yang dikemudikan Pak Irwan semakin cepat dan menyalip mobil angkutan di depan kami. Aku hanya diam, duduk dengan tenang di belakang boncengan, sesekali menjawab pertanyaan laki-laki tersebut atau memintanya untuk mengulanginya, karena suara bising kenderaan di sepanjang jalan membuat suara Pak Irwan tidak begitu jelas terdengar.

Memang hari ini lalu lintas begitu padat, tidak biasanya. Kecepatan sepeda Pak Irwan sedikit mulai stabil, tanganku yang sejak tadi terus merangkul tubuhnya yang besar, sedikit nakal menggoda laki-laki tersebut, dan memukul tanganku saat tanganku yang nakal meremas kontolnya.

"Jangan main-main" ucapnya sambil tertawa.
"Sudah tak tahan Pak" bisikku dan Pak Irwan tertawa lagi.

Tanganku mengelus-elus dadanya yang dibalut oleh jeket tersebut, badannya dan punggungnya tak lepas dari elusan tanganku. Laki-laki tersebut tertawa dengan kekonyolan yang aku buat padanya, yang pasti dia sangat menyukainya.

Cukup lama aku mengenal Pak Irwan. Laki-laki yang sangat baik dan dermawan. Karena beliaulah aku dapat meneruskan sekolah ke Lanjutan Pertama. Laki-laki tersebut membiayai sekolahku dari kelas 4 SD sampai sekarang. Dan bukan itu saja ketiga adikku juga. Laki-laki tersebut sangat budiman, aku banyak berhutang budi padanya. Inang tak bisa menahan harunya saat Pak Irwan mengulurkan bantuan pada keluargaku dan memberikan modal kepada Inang untuk membuka warung kecil-kecilan di rumah.

Sejak meninggalnya Amang, kehidupan kami sangat memprihatinkan. Inang harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan keempat anaknya. Sebagai anak laki-laki yang paling besar, aku sedikitnya terpanggil untuk membantu meringankan beban Inang, walau usiaku masih sangat-sangat muda untuk bekerja. Umurku 11 tahun dan sudah setahun yang lalu sudah meninggalkan bangku sekolah karena faktor biaya.

Dari hasil barang-barang bekas yang aku dapatkan, sedikitnya membantu Inang untuk memenuhi kebutuhan dasar kami. Dan seperti biasa aku berkeliling mencari barang-barang bekas dari tempat-tempat sampah orang kaya dengan karung goni yang selalu setia di atas pundakku, sementara sebuah gancu mengaduk-aduk tempat-tempat sampah tersebut, mencari barang bekas yang laku untuk dijual.

Setelah mengambil beberapa botol bekas yang berada di dalam bak sampah dan memasukkannya ke dalam karung goni, mataku yang begitu awas dengan barang-barang bekas melihat ember besar yang terletak begitu saja dalam posisi terbalik, kelihatan pecah pada sisi pantatnya.

Dengan sangat hati-hati, mengecek keadaan sekeliling dan merasa aman aku rasa bahwa tidak akan ada yang melihat akan aksi yang akan aku lakukan nantinya dan ditambah dengan dorongan oleh bisikan-bisikan nafsu untuk mengambil barang tersebut, aku langsung membuka kunci grendel pagar rumah tersebut dan memasukinya. Begitu beraninya diriku mengambil ember tersebut dan memasukannya ke dalam karung goni. Keberanianku langsung menciut tatkala mendengar suara keras membentakku dari arah belakang.

"He! Berani sekali kau mencuri di siang bolong begini".

Tubuhku langsung lemas dan sedikit gemetar, berbalik melihat laki-laki di belakangku yang memandangku dengan tidak bersahabat, melototkan matanya.

"Maaf, Bang" ucapku dengan sura terbata-bata.
"Aku pikir emer ini tidak dipakai lagi" dengan suara gagap ketakutan.
"Letakkan lagi di tempatnya semula, kalau tidak saya panggil polisi"
"Maaf, Bang, jangan.. Jangan panggil polisi Bang" ucapku lagi memohon dan hampir menangis dan meletakkan ember bekas tersebut ke tempatnya semula.
"Sini kau!" bentak laki-laki tersebut dan saat aku mendekatinya, laki-laki tersebut langsung menarik kupingku, menjewernya dengan kuat.
"Kecil-kecil sudah jadi maling, besarnya mau jadi apa, ah?"
"Ampun Bang, aku pikir ember itu tidak dipakai lagi, aku baru kali ini melakukannya".
"Sudah mencuri, bohong lagi" bentak laki-laki tersebut dan semakin kuat tangannya menjewer kupingku.
"Ampun Bang, ampun" ucapku memohon menahan sakit sehingga aku menangis.
"Kurang ajar, apa tidak pernah diajarkan orang taua kau, ah"

Aku hanya diam menunduk, laki-laki tersebut melepaskan tangannya pada kupingku dan memeriksa karung goniku.

"Apa kau tidak sekolah, ah" bentak laki-laki itu lagi dan aku mengangguk menjawabnya.
"Malas, ah?, mau jadi apa kau ini, sudah tidak sekolah, maling dan sudah besarnya mau jadi rampok yah?"
"Tidak Bang" jawabku.
"Lalu apa?"
"Inang tidak punya uang untuk menyekolahkan kami"

Laki-laki tersebut menatapku tajam, menyimak perkataanku, memastikan apa aku berbohong atau berkata benar padanya. Perasaan lega saat aku di suruh pergi juga akhirnya dan memenuhi janjinya untuk tidak akan menampakkan mulalu di sekitar rumahnya lagi. Berbagai sumpah serapah aku ucapkan dengan pelan pada laki-laki tersebut sambil meninggalkan pekarangan belakang rumahnya.

Sebulan kemudian tanpa sengaja aku bertemu dengan laki-laki galak tersebut dan sedikit terkejut saat laki-laki tersebut mengajakku ke rumahnya dan memberikan ember yang pernah aku incar beserta barang-barang bekas lainnya. Mimpi apa aku semalam, begitu banyak barang-barang bekas yang aku dapatkan hari ini, gumamku.

"Satu karung saja kau bawa dulu, yang satu tinggalkan dulu, nanti kau jeput"

Aku mengikuti saran laki-laki tersebut. Dan hari-hari berikutnya, laki-laki tersebut memberikan barang-barang bekas yang tidak dipakainya lagi kepadaku. Dugaanku ternyata salah, laki-laki tersebut ternyata sangat baik dan selalu menasehatiku. Aku jadi malu mengingat kejadian pertama kali itu dan beberapa kali meminta maaf padanya atas kekeliruanku. Karena ember bocor aku jadi berniat mencuri, karena ember bocor aku jadi malu dan karena ember bocor itu juga aku mengenal Pak Irwan.

Suatu hari, Pak Irwan melihat sendir keadaan keluargaku.

"Hanya rumah berdinding tepas inilah peninggalan Amang anak-anak" ucap Inang.
"Ido sangat membantu saya, penghasilannya dari barang-barang bekas itu bisa menambah untuk membeli beras dan lainnya, sementara sya bekerja di pasar jadi kuli angkat barang atau membantu pedagang menjual barangnya kalau dminta".

Singkat cerita, aku beserta adikku diangkat Pak Irwan sebagai anak angkatnya, dan aku tidak perlu mencari barang-barang bekas lagi.

"Kau harus sekolah dan juga Adik-Adik mu, sekolah yang rajin biar pintar dan suatu saat kalau sudah kerja kan bisa bantu Inang" pesan Pak Irwan.

Walau aku bukanlah tergolong anak yang pintar, namun aku selalu menurut, mengikuti nasehat Bapak angkatku itu, dan juga Bapak angkat bagi ke tiga adikku, tapi bagimana dengan Inang? Apa Pak Irwan mengangkatnya sebagai anak? Padahal Inang jauh lebih tua dari Pak Irwan, atau Ibu angkat?, ah.. Mana mungkin, tapi jika Pak Irwan mau mengawini Inang, pasti kami akan tinggal di rumahnya yang besar, kami jadi orang kaya, tapi mana mungkin, Pak Irwan khan sudah punya isteri yang cantik dan baik hati, yang pasti kalau Pak Irwan kawin dengan Inang ceritanya akan berubah pastinya yah.

Karena usiaku yang sudah 11 tahun, aku dimasukkan Pak Irwan ke kelas 4 SD, padahal kelas 3 pun aku belum tamat, tapi karena dia seorang guru dan banyak kenalan, akhirnya aku diterima di kelas 4 SD walau harus dalam masa percobaan terlebih dahulu. Kami hanya disuruh belajar dan belajar, semua kebutuhan kami di subsidi Pak Irwan. Laki-laki tersebut pun memberi modal kepada Inang untuk membuka warung kecil-kecilan di rumah, sehingga lebih membantu kami lagi.

Kata-kata yang mengandung makna berupa nasehat selalu disampaikan kepadaku sehingga memacuku untuk belajar lebih giat lagi agar cita-citaku tercapai dan akan menunjukkan kepadanya bahwa pertolongannya tidak sia-sia.

Setahun kemudian

Seperti biasa, sepulang sekolah aku mampir ke rumah Pak Irwan, masuk dari belakang rumah, seperti layaknya seperti rumahku sendiri, mencari keberadaan Pak Irwan, memberi kejutan kepadanya. Melihat laki-laki tersebut yang sedang duduk santai di sofa sambil menonton TV, akupun mendekatinya dengan perlahan.

"Kena" ucapku sambil menutup kedua matanya.

Pak Irwan menangkap kedua tanganku dan menariknya sehingga tubuhku terangkat ke depan, tangan laki-laki tersebut memegang celanaku, menariknya sehingga badanku terjatuh ke sofa. Pak Irwan ternyata tidak memberikan ampun kepadaku lagi, badanku digelitikinya.

"Akhh.. Ampun.. Ampun Pak" ucapku tertawa, kegelian, meliuk-liukkan badanku.

Keakraban begitu memang sering kami lakukan. Pak Irwan seperti Bapak kandungku, selayaknya keceriaan antara Bapak dan anak, dan hanya dengan Pak Irwan baru aku dapatkan. Laki-laki tersebut terus menggelitiki badanku, tidak menghiraukan aku yang memohon meminta ampun untuk menghentikan permainannya, aku sampai mengeluarkan air mata karena bahagia.

Laki-laki tersebut tersenyum, menghentikan permainannya, menatapku sejenak dan dengan tiba-tiba tangannya langsung mencaplok kontolku, meremas-remasnya.

"Geli.. Geli.. Pak.." ucapku lagi sambil tertawa.

Pak Irwan menarik tubuhku ke depan, meletakkan kepalaku di bantal kursi yang berada di bawah pusarnya dan kembali tangannya menjangkau kontolku, meremas-remasnya.

"Akhh.. Bapak gete (genit)" ucapku.

Laki-laki tersebut hanya tersenyum dan terus meremas-remas kontolku yang berada di balik celana. Mendengar sura desahan-desahan, mataku tertuju ke depan TV dan melihat permainan asyik laki-laki dan perempuan di atas ranjang, dan dalam keadaan telanjang bulat.

Bapak angkatku ternyata sedang menonton film porno dan usiaku yang baru 12 tahun, belum faham betul permainan tersebut. Aku menjadi tertarik dengan tontonan di TV tersebut. Pak Irwan tersenyum melihatku yang begitu serius menonton adegan ngentot.

"Seius sekali kau" ucap Pak Irwan memegang daguku.

Aku tersenyum, tersipu malu dan saat itu pula Bapak angkatku mengangkat bantal kursi dari selangkangannya, kontolnya naik ke atas, tegang dengan bulu-bulu yang lebat dan ikal. Pak Irwan tersenyum menatapku, aku baru sadar, ternyata Bapak angkatku telanjang bulat.

"Bapak, tidak malu" ucapku mengejeknya sambil tersenyum.
"Kenapa malu?, khan hanya ada anak Bapak di sini" ucapnya sambil tertawa, tangannya merangkul pundakku, kepalanya dirapatkan ke kepalaku dan Pak Irwan mencium pipiku.
"Akhh, bapah tambah gete saja" ucapku dan menghapus pipiku yang habis diciumnya.

Pak Irwan tertawa lagi, meraih tanganku dan meletakkan ke kontolnya.

"Pegang kontol Bapak, kontol Arido Bapak pegang juga" bisiknya

Tanganku merasakan batang keras tersebut, sementara Pak Irwan meremas-remas kontolku juga, merasa tak puas, laki-laki tersebut membuka retsleting celanaku dan mengeluarkan batang kontolku yang lemas.

"Wah, kontolmu ternyata panjang juga" ucapnya melihat kontolku yang menjulur dari lubang retsleting.

Tangan Pak Irwan menarik-narik ujung kontolku yang terkatup, kuncup. Aku termasuk orang yang tidak sunat. Gerakkan-gerakkan tangan Bapak angkatku yang meremas-remas dan mengocok-ngocok batang kontolku, membuat kontolku semakin bereaksi, hidup, membesar pada diameter batangnya dan semakin panjang dari bentuk semula dan kulit pada ujungnya melebar, seiring kepala kontolku yang membengkak, membesar.

"Wah, kalau Bapak tahu lebih dulu kau punya batang kontol yang besar dan panjang, Bapak langsung menggarap Ido" ucapnya sambil tersenyum.

Pak Irwan mencium pipiku lagi sebelum pergi meninggalkanku dan kembali tak lama kemudian dengan membawa boneka perempuan telanjang bulat tinggi dan ramping. Laki-laki tersebut tersenyum dan kembali duduk di sampingku.

"Bapak kenalkan dengan Madonna" ucapnya padaku memperkenalkan boneka tersebut dan memberitahukan setiap organ tubuh boneka tersebut.

Aku menolak saat Pak Irwan menyuruh untuk menghisap-isap puting payudara boneka tersebut, Bapak angkatku memberi contoh, dia langsung mengisap-isap puting payudara boneka tersebut, menjilatinya dan menarik-narik puting payudara boneka tersebut bergantian. Aku tertawa melihatnya. Bapak angkatku seperti bayi yang sedang menyusu pada boneka tersebut.

Beberapa lama kemudian, Pak Irwan memasukkan kontolnya ke dalam mulut boneka karet tersebut yang menganga lebar, tersenyum melihatku, tangannya terus menekan-nekan kepala boneka karet tersebut.

"Madonna mau merasakan kontol Arido, dia mau mengisap-isap kontol Arido" ucap Bapak Angkatku.
"Enak Pak?" tanyaku.
"Geli dan enak" jawab Pak Irwan sambil tersenyum dan membuka baju dan celana seragamku.

Aku merasakan kegelian saat mulut boneka tersebut keluar masuk memakan batang kontolku.

"Geli.. Geli.. Pak" ucapku.
Pak Irwan tersenyum sambil terus menggerak-gerakan kepala boneka tersebut.
"Pak.. Gelii" ucapku lagi.
"Akhh.." desahku pelan dan pendek.
Bapak angkatku mengangkat boneka karet tersebut, "Wah.. Air manimu, tertinggal di dalam mulut Madonna" ucapnya menunjukkan cairan kental seperti ludah namun lebih kental lagi.
"Anak Bapak, kecil-kecil sudah menghasilkan" ucap Pak Irwan lagi, menambah kebingunganku lagi. Laki-laki tersebut memelukku sambil mengelus-elus rambutku.

Pak Irwan mengajakku ke kamar mandi, mendudukkanku di sisi bak, sementara Bapak angkatku tersebut jongkok, tangannya meraih kontolku dan.. Dan.. Bapak angkatku tersebut menelan batang kontolku, menarik-nariknya dengan mulutnya, dengan gerakan cepat sehingga kontolku bertambah besar kembali dan memanjang. Pak Irwan mengocok-ngocok batang kontolku, merapatkan kedua bibirnya sehingga batang kontolku terjepit, hingga batang kontolku tenggelam samapai pangkalnya. Tanpa pengetahuan dan tidak tahuanku, aku membiarkan Bapak angkatku melakukannya. Kocokan-kocokan mulutnya pada batang kontolku semakin enak saja, geli rasanya.

Pak Irwan mengeluarkan batang kontolku dari mulutnya, dan lidahnya menari-nari, menjilati seluruh batang kontolku dari ujung, kepala kontolku sampai pangkalnya dan yang lebih enak lagi, saat Bapak angkatku menjilati biji kontolku, mengulumnya satu persatu sambil menarik-nariknya dengan mulutnya dan kedua biji kontolku ditelannya sekaligus dan menarik-nariknya untuk beberapa lama laki-laki tersebut melakukannya dan kemudian menelan batang kontolku berikut kedua biji kontolku secara bersamaan, kembali menariknya dengan pelan.

Akkhh.. Geli dan enak aku rasakan, hangatt..

Untuk beberapa lama Bapak angkatku melakukannya, mengisap-isap kontolku dan terus.. Terus dia lakukan hingga hal yang sama aku dapatkan seperti saat boneka karet tersebut menelan kontolku, aku merasakan gelii.. Gelii yang mengenakkan dan Bapak angkatku mengeluarkan batang kontolku dari mulutnya dan menunjukkan cairan kental dalam mulutnya. Cairan mani kata Bapakku dan langsung ditelannya.

Permainan berikutnya aku dapatkan, dengan waktu yang di atur oleh Bapak angkatku sendiri, sementara aku merasa ketagihan dengan permainan tersebut.

Hari yang telah ditentukan, rasanya aku ingin pelajaran sekolah cepat selesai, supaya aku dapat menemui Pak Irwan dan memintanya untuk mengajarkan permainan berikutnya. Seperti yang sudah di jadwalkan, kembali aku merasakan permaianan Madonna dengan asuhan Bapak angkatku, aku memperkosa lubang kemaluannya, akhh.. Sangat enak.. Enakk.. Enakk, Pak Irwan menyuruhku mendesah jika aku merasakan nikmat.. Dan aku melakukannya, sementara aku mengentot Madonna, Bapak angkatku menciumiku, mencumbu, bibirku, melumat bibirku. Dengan tekhnik-teknik dan ajarannya aku pun mulai membalas setiap cumbuannya. Hangat, nikmat aku rasakan saat bibir Bapak angkatku menyentuh bibirku dan melumat mulutku. Setelah selesai dengan Madonna, kembali Bapak angkatku mengambil alih posisinya, seperti biasa menelan batang kontolku, mengocok-ngocoknya dengan mulutnya, dan kembali air maniku muncrat di dalam mulutnya, dan ditelan langsung oleh Bapak angkatku tersebut.

Malam itu, Pak Irwan menyuruhku untuk ke rumahnya dan saat yang aku nantikan akhirnya tiba, kebetulan satu minggu itu aku tidak berjumpa dengannya, Pak Irwan mengantar istrinya pulang karena ada urusan keluarga katanya. Kami akan melakukannya malam itu sepuasnya, yah sepuasnya. Aku juga sudah sangat merindukannya terutama kerinduan mulutnya yang akan mengocok-ngocok kontolku yang membuatku kegelian, keenakan, kenikmatan, hingga tubuhku mengejang seiring dengan air maniku yang kental muncrat ke dalam mulutnya.

Pak Irwan langsung mengajakku masuk dan tanpa basa-basi lagi aku menelanjangi pakaianku, sementara Pak Irwan yang sudah bertelanjang dada dan hanya memakai sarung saja saat itu, langsung membuka sarungnya dan Bapak angkatku sudah tidak memakai apa-apa lagi. Tubuhnya yang bulat, padat berisi tanpa dibalut sehelai benangpun. Pak Irwan menarik tanganku dan kami berbaring di atas air bad yang sudah terbentang di depan TV. Bpak angkatku mengusap seluruh badanku dengan baby oil, mengocok-ngocok kontolku dengan minyak tersebut hingga kontolku bertambah besar dan panjang, berdiri tegak 90 derajat.

"Madonnanya mana Pak?" tanyaku.
"Kau tidak butuh lagi" jawab Bapak angkatku sambil tersenyum.

Bapak angkatku membaringkan badannya ke air bad, terlungkup dan menyuruhku untuk mengoleskan Baby oil ke punggungnya, ke pantatnya, kedua paha, betis dan kakinya, kemudian laki-laki tersebut menumpahkan sisa baby oil pada belahan pantatnya, meraba-raba lubang pantatnya, hingga terbuka lebar, dan aku pun menaiki tubuhnya sesuai permintaannya, keadaan licin tubuhnya membuat tubuhku meliuk-liuk di atas punggungnya.

"Enak Pak, enak sekali" ucapku memberi komentar, Pak Irwan tersenyum, dan memintaku untuk memasukkan kontolku ke dalam lubang pantatnya. Tanpa banyak tanya lagi aku melakukkannya dan menekan pantatku hingga batang kontolku amblas di dalam lubang pantatnya.

"Aakkhh.." desahku, betul-betul enak.. Nikmat.. Enakk.. Gelii..

Aku mulai menggerakkan pantatku perlahan, namun dasar nafsuku yang besar namun tenaga yang kurang, aku cepat mencapai puncak orgasme..

"Yah, istirahat dulu" saran Bapak dan akan aku lanjutkan kembali.

Aku tidak ingin berlama-lama beristirahat dan mengajak Bapak angkatku kembali untuk menyodomi lubang pantatnya dan aku berhasil melakukannya beberapa kali, sampai Bapak angkatku khawatir dengan fisikku yang tidak akan mampu lagi untuk melanjutkan permainan.

"Jangan dipaksakan, kita masih banyak waktu" ucapnya.

Aku yang sudah merasakan enak, geli dengan permainan yang barusan aku lakukan, meminta Bapak kembali untuk meyodomi lubang pantatnya dan Bapak angkatku tersebut kembali melayaniku.

"Permainan ini, betul-betul enak, gelii, gelii, Pak" ucapku lagi.

Bapak angkatku hanya tersenyum. Dan hari-hari berikutnya aku meminta Bapak untuk menyodominya, memuaskan nafsuku yang sangat besar, dan Bapak dengan setia melayaniku, kami saling bercumbu, berciuman, memacu nafsu kami yang tak habis-habisnya. Aku menyukai Bapak angkatku, sama halnya dengan beliau lebih menyukaiku daripada istrinya, dia lebih terpuaskan dengan laki-laki muda dengan kontol yang besar dan panjang.

Permainan kami terus berlanjut hingga sekarang, sepertinya terjalin perasaan cinta di antara kami, rasa sayang dan saling menyukai bukan antara anak dan Bapak lagi, tetapi mungkin seperti kekasih, kekasih sejenis, tidak ada sang istri. Adakalanya Bapak bertindak sebagai istri atau sebaliknya dengan diriku sendiri, kami saling memuaskan, memacu gairah kami yang lagi panas, apalagi aku mulai tumbuh sebagai laki-laki remaja, dengan perubahan diriku yang nyata, suara, tubuhku, dan organ-organ tubuhku yang lainnya.

Kontolku semakin besar dan dengan panjangnya bertambah beberapa senti, dengan bulu-bulu yang tumbuh subur di sekita kontolku dan selalu di cukur Bapak angkatku, sehingga botak. Dia sangat menyukainya. Apa yang dia sukai otomatis aku menyukainya, aku memberikan semuanya untuk kesenangannya karena dia begitu banyak menolongku dan keluargaku. Atau apa karena aku menyukai laki-laki tersebut sejak awal, atau mungkin karena aku mencintainyakah?

Akhh, aku harap untuk selamanyaa..


E N D





Discourse
(by: nyetrum@ekilat.com)

“Hai, celanamu bagus. Dimana kamu jahitinnya?” tanyaku kepada Rasta.
“Di dekat kampus. Wow, banyak kok. Bertebaran deh”.
“Boleh dong aku diantar ke sana?”
“Kapan kamu maunya?” demikian Rasta menimpali.

Aku meneliti celana jeans yang sedang dikenakan Rasta siang itu. “Tolong dong, diangkat bajunya, aku mau lihat jahitannya?” kataku sambil merunduk ke arahnya. Rasta segera mengangkat t-shirt yang dipakainya tinggi-tinggi. Terlihat bulu-bulu halus berbaris dibawah pusarnya dengan arah kontur jelas bersumber dari sesuatu yang ada di bagian pangkal pahanya.

“Lho, kok longgar, sih?” kataku mengomentari lingkar celana yang terlihat besar. “Nih, lihat, empat jariku dapat masuk ke dalamnya” aku memasukan jemariku ke bagian dalam celana jeansnya untuk menunjukan hal itu. Pada saat yang sama, aku sempat terkejut, ternyata Rasta tidak memakai celana dalam. Tanganku langsung menyentuh pubicnya yang terasa sekali kelebatannya. Wajah Rasta bersemu merah. Malu. Aku pura-pura tidak melihat perubahan pada wajahnya.

Setelah kejadian itu, pikiran ngeresku selalu membayangkan aku dapat memegang bahkan melumat sekalian sesuatu yang ada di antara pubicnya itu. Kala itu jangkauan tangganku tidak dapat mencapainya. Karena ia belum ereksi.Tapi intuisiku mengatkan bahwa probabilita Rasta dapat juga menikmat seks sejenis adalah sekitar 80-90% kebenarannya. Aku hanya perlu membuktikan hipotesa saja. Apalagi dari analisa sikap dan perilakunya sebagai seorang ‘anak mami’ yang dandy dan fasionable. Dia malu sekali ketika aku mengomentari kuku tanganya yang bersih karena melakukan treatment menipedi (Manicure and Pedicure).

Memang sih, kutahu ia punya girl friend. Aku juga kenal kok dengan pacarnya itu. Tapi menurut pandanganku itu tidak menjadi alasan yang signifikan bahwa ia tidak bisa lagi make love sejenis. Sesuatu yang membuat aku begitu yakin adalah selera pilihannya terhadap warna-warna tertentu serta sikapnya yang manja kepadaku. Aku biasa memeluk dan mencium pipinya ketika ulang tahun. Suatu kali, bahkan pernah kami bersentuhan bibir. Namun, aku tidak ingin gegabah bertindak lebih yang akhirnya merusak pertemanan itu.

Sampai pada suatu ketika ia datang kerumahku dengan keadaan basah kuyup. Saat itu memang kebetulan hujan deras.
“Lho kok tumben sampai kebasahan gitu?” kataku kepadanya sambil memberikan handuk dan ganti pakaian kering kepadanya.
“Rumahmu, sih, pake masuk gang segala. Sialnya, aku sedang gak bawa payung lagi” Rasta menggerutu, kemudian ia melanjutkan “Menunggu hujan berhenti, wah, aku gak sabar deh. Makanya aku beranikan monek (modal nekad) aja menerabas hujan. Kalau mama tahu begini pasti sih diomelin. Ntar pilek, batuk, he he…he….he..he..”

Rasta membuka pakaiannya yang basah. Aku terhenyak ketika untuk pertama kalinya menyaksikan keindahan bentuk tubuhnya polos atletis dengan dadanya yang bidang dan amboi lebat nian bulu ketiaknya terlihat menggerombol keluar dari himpitan kedua lengannya yang kokoh itu.

“Aku nginep di sini aja ya malam ini?” kata Rasta sambil merebahkan diri di kasur.
“Yes” teriaku dalam hati. Bagiku inilah saatnya yang kutunggu-tunggu.
“Kamu sudah ijin ke mama?” kataku sambil menutup pintu dan jendela.
“Sudah, sih, kebetulan juga di rumah lagi banyak tamu, kupikir sesekali nginep disini boleh dong?” Rasta tersenyum sambil mengedipkan mata.

Ketika malam beranjak larut, aku semakin gelisah saja. Kulihat disampingku Rasta sudah lelap tertidur terdengar dari dengkur halus nafasnya. Ia memakai t-shirt serta celana pendek hawai milikku Perlahan aku bangkit berdiri mengambil gunting yang telah kupersiapkan sebelumnya. Dengan hati-hati aku menggunting bagian tepi t-shirt dan celana yang dikenakannya itu. Tahap pertama selesai dengan terlepasnya pakain dan celana hawainya. Masih satu tahap lagi yaitu menggunting celana dalamnya. Hingga akhirnya aku dapat melihat keseluruhan tubuh polos Rasta. Terlihat Rasta nyenyak sekali dalam tidur sehingga ia tidak tahu bahwa saat itu ia telah kubuat bugil.

Aku segera melepas juga semua yang melekat ditubuhku; kini akupun sudah bugil pula. Tak sehelai benangpun melekat di tubuhku. Aku melirik kemaluanku yang sudah menegang dengan perkasa. Pada saat itu, aku sempat bingung mau ngerjain bagian yang mana dulu ya. Sampai akhirnya kuputuskan untuk perlahan-lahan menindih tubuh Rasta yang telentang itu. Namun sebelumnya kuangkat dahulu ke dua belah tangan Rasta kesamping sehingga aku dapat melihat jelas pangkal lengannya yang ditumbuhi bulu ketiaknya yang rimbun itu. Kuhirup aroma jantan khas lelaki dari ketiaknya yang lebat itu

Dengan hati-hati kugesek-gesekanan kemaluanku di atas selangkangannya seraya membasahi bibirnya yang agak ternganga itu dengan sapuan lidahku hinga kemudian kudengar Rasta mendesah dan membuka mulutnya. Lidahku segera menerabas masuk menyapu langit-langit mulutnya; reaksinya adalah lidah Rasta menjulur keluar yang segera kuhisap. Tak lama kemudian kurasakan kedua lengan Rasta telah melingkar di punggung dan pantatku. Kurasakan juga Rasta membalas gesekan kemaluanku dengan menggoyang-goyangkan pinggulnya.

Walau mata tetap terkatup seperti layaknya orang tidur namun erangan, goyangan dan desahan Rasta makin membuat aku kehilangan akal sehat. Aku meniduri Rasta tak ubahnya seperti ketika aku meniduri Ina kekasihku. Aku melepaskan diri dari dekapan Rasta dan perlahan kuarahkan glans ku ke mulut Rasta. Kurasakan bibir Rasta mengenyot glans dan lidahnya terasa basah memilin dan menjilat-jilat; kudorong lagi agar lebih masuk. Setelah itu aku mengarahkan rectumku ke mulut Rasta dan aku menikmati jilatan liar lidahnya disekeliling rectumku sambil tanganku meremas-remas dadaku.

Sebelum mengulum kemaluan Rasta aku kembali menghirup aroma ketiak Rasta yang ternyata semakin memacu testoteronku dan memperkeras tegangan kemaluanku. Aku memutar arah tubuh. Kurahkan kembali kemaluanku ke mulut Rasta. Memang agak sulit pisisi ini namun akhirnya aku dapat meraih kemaluan Rasta yang ternyata sudah mengeras pula. Aku segera mengelamotinya. Kami saling mengelamoti, yang istilah nya adalah posisi 69. Tapi aku tidak lama melakukan posisi ini, selain sulit juga agak tidak nyaman karena arah datang glans tidak biasa sehingga memudahkan terantuk gigi. Sakit.

Aku mengambil bantal dan mengganjalkan di bawah pinggul Rasta. Kuangkat kedua kaki Rasta dan kuletakan dipundakku. Setelah aku mengolesi Glans dan batang penisku dengan gel vaginal lubricant Durex serta merangsang rectum Rasta dengan jariku yang telah dilumuri Durex maka aku mengarahkan Glans ke arah ass-hole Rasta. Dengan ancang-ancang yang cukup aku mendorong perlahan lahan dan kemudian dengan satu sentakan kuat aku berhasil membenamkan seluruh batang penisku ke dalam liang kenikmatan Rasta.

Saat penetrasi itu, rupanya Rasta terbangun dari tidurnya dia meronta dan nampak terkejut. But the show must go on. Aku tetap mencengkram ke dua pahanya sambil tetap menyodok-nyodokan kontolku ke lubang duburnya. Tak beberapa lama Rasta tidak meronta lagi; bahkan ia mengerjap-ngerjap sambil tangannya meremas-remas kedua dadanya.

Jika aku semula dalam posisi menekuk lutut, maka kini aku selonjorkan kedua kaki disisi tubuh Rasta; aku menurunkan kedua kaki Rasta dari pundaku dan kemudian aku mencoba meraih pundak Rasta. Setelah dapat langsung kurenggut dan kuubah titik berat sehingga keadaan menjadi berbalik aku barbaring dan Rasta menduduki selangkanganku.

Setelah memperbaiki posisi agar lebih nyaman maka kini Rasta memegang kendali atas diriku. Dalam posisi beraring ini Rasta lebih mudah mengatur kedalaman penetrasi yang diinginkan. Buatku posisi ini lumayan enak karena aku tidak terlalu capai untuk memajumundurkan pinggul. Aku hanya merasa kemaluanku seperti diremas-remas dan dihisap oleh sesuatu kekuatan gaib yang menimbulkan sensasi senut-senut yang tidak terlukiskan dengan kata-kata biasa keculai desahan dan erangan kenikmatan.

Dalam posisi seperti ngulek sambel ini aku dapat menyaksikan wajah Rasta yang cute dan cool dengan lebih jelas. Senyum Rasta yang menawan ditingkah oleh sebaris kumis dan jenggot yang tumbuh rapi. Sambil Rasta naik turun menelan kemaluanku aku meraih penisnya pula dan memasturbasinya. Sampai pada suatu ketika aku sudah merasa sampai pada suatu titik pendakian cinta. Kedua kakiku mengejang dan tubuhku menggelatar hebat manakala aku menyemburkan cairan kelakianku di relung tubuh Rasta. Di saat yang sama Rasta melakukan cumshotnya kepadaku. Tembakan maninya tumpah ruah didagu dan mulutku. Pejantan belia yang kuidamkan.

:”Lho, kok, digunting?” Kata Rasat sambil menunjukan baju dan celana yang tadi dikenakannya.
“Aku takut membuat dirimu terbangun dan menjadi marah, jadi agar kau tidak bangun maka aku tidak punya pilihan lain selain mengguntingnya. Seandainya kau maraHPun dalam keadaan telanjang bulat demikian, aku yakin, kau tidak akan langsung lari pulang, ya kan?” Sahutku sambil memberikan ganti baju dan celana yang baru.
“Oh ya, Rasta, aku minta maaf untuk perbuatan tadi. Aku telah berbuat kurang ajar kepadamu. Aku hanya ingin membuktikan hipotesaku bahwa kau tidak alergi dengan hubungan make love sejenis. Feelingku menyatakannya bahwa kau bisa melakukannya.
“Menurutku tidak perlu ada yang dimaafkan; sebab sebenarnya akupun sudah lama menginginkannya. Hanya saja aku tidak tahu cara memulainya.”
“Jadi kau sama sekali tidak menyesal dengan apa yang baru saja kita lakukan?”
”Apalagi yang harus disesali dan untuk apa pula menyesal? Buatku penyesalan hanya boleh ada jika kita belum pernah melakukannya. Dengan pengalaman melakukan ini aku sekarang menjadi lebih mengerti perbedaan rasa bercinta homo dan hetero. Penilainan ini hanya dapat dilakukan dengan cara membandingkannya dengan praktek. Bukan hanya mendengar kata si anu atau sekedar membaca cerita ”
“Nah itu kan menurutmu, tapi belum tentu kan menurut yang lain” Aku membantah argumentasinya
“Menurutku, sih, tetap begitu; dalam jangkauan pemikiranku bagaimana mungkin seseorang dapat memberikan suatu penilaian enak atau tidak enak terhadap sesuatu hal tanpa orang tersebut pernah mengalaminya sebelumnya. Walaupun aku juga tahu, ada hal-hal tertentu yang take it for granted – dapat kita yakini kebenarannya tanpa perlu kita harus mencobanya pula”.
“Kalau begitu bagaimana dengan mereka yang sudah terlanjur meragukan kualitas kenikmatan bercinta sejenis seperti yang baru saja kita lakukan tadi?”
“Haruskan aku menjawabnya?”
“Nah, bagaimana pula kelanjutan hubunganmu dengan Regina, pacarmu?”
“ Wow, Aku tetap mencintainya. Aku juga masih punya nafsu terhadapnya. Tidak pernah berfikir bahwa hanya karena kejadian tadi kemudian aku memutuskan hubungan dengan Regina. Aku minta pengertianmu untuk menjadikan hal ini rahasia kita berdua, ok?”
“Deal” jawabku sambil melakukan toast – saling menepak telapak tangan.

Di kejauhan sayup-sayup terdengar suara kokok ayam. Kutengok jam, ternyata saat ini sudah jam 5 pagi. Untungnya tanggalan merah. Hari libur. Jadi kami meneruskan tidur yang tertunda.

TAMAT





x Army vs. Body Builder - 1
(by: arm_buddy@yahoo.com)

Hallo pembaca sumbercerita.com. Bobby lagi nih. Sudah baca cerita-ceritaku yang sebelumnya? Gimana? Asyik bukan? Aku banyak sekali menerima email yang menanyakan apakah ceritaku itu hanya khayalan atau benar-benar kenyataan yang kualami? (Thanks ya, emailnya benar-benar menyemangatiku dan sorry untuk yang belum terbalas).

Kurasa aku tidak akan menjawab pertanyaan itu, biarlah tetap jadi KISMIS ;). Dan terhadap pertanyaan itu meminjam istilah dalam layar pembuka film/sinetron aku balik bertanya apakah anda percaya kalau cerita tsb hanya fiktif belaka sehingga kesamaan nama, waktu dan tempat hanyalah kebetulan yang tidak disengaja..? Well.., it's up to you man.. ;).

Dan ada kabar baik khusus buat cowok Pekanbaru, aku telah membuka sebuah group khusus untuk-kita-kita. Kalau berminat join aja di: http://groups.yahoo.com/group/gay_pekanbaru

Oke, pada kesempatan ini aku akan menceritakan pengalamanku dalam sosokku yang sekarang ini. Cerita-cerita sebelumnya merupakan kejadian saat aku SMA atau saat aku masih tentara. Sedangkan aku yang sekarang ini sudah bergelut di bidang wiraswasta dengan berbisnis kecil-kecilan dan telah memiliki rumah dan kendaraan sendiri walaupun tidak terlalu mewah. Aku yang sekarang sudah mulai bisa menerima gay-nya aku sehingga sudah tidak pantang ngesex lagi dengan sesama cowok yang kusenangi tentunya selama cowoknya mau, tidak banyak menuntut dan tidak terikat komitmen atau kusebut istilah temanan plus:). Gimana ceritanya? Begini..

*****

Kejadian ini terjadi kira-kira setahun yang lalu, tepatnya di tempat fitness yang kukunjungi secara rutin untuk memelihara kondisi tubuhku. O ya, sebagai informasi buat anda yang ingin gay sex, jika anda ingin mencari pasangan maka tempat fitness atau gym merupakan tempat dengan kans yang tinggi. Kenapa demikian? Soalnya gym merupakan tempat berkumpulnya orang-orang (cowok tentunya) yang suka/menginginkan tubuh seksi proporsional sehingga kemungkinannya besar sekali diantara mereka yang gay dan dapat diajak berhubungan jika dengan pendekatan yang tepat. So.. rajin-rajinlah fitness karena selain membuatmu seksi juga akan dapat pasangan kencan ;). Aku berani bilang ini karena kebanyakan 'teman plus' ku didapat di sana.

OK, kembali ke cerita ini. Saat itu di gym aku sudah menukar pakaianku dengan kaos tanpa lengan dan celana boxer. Saat sedang melakukan pemanasan aku melihat ada seorang cowok yang badannya gede yang sedang asyik mengangkat barbel. Ia bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek saja. Otot-otot lengan dan dadanya menggelembung besar setiap ia mengangkat barbelnya. Kalau ditaksir-taksir boleh dibilang hanya selisih sedikit dengan Ade Rai yang sering kulihat di TV itu. Kulitnya putih bersih dengan rambut cepak. Wajahnya ganteng dengan alis yang tebal.

"Wah, ada orang baru nih..", batinku saat itu karena aku sama sekali belum pernah melihatnya di gym itu.
Saat itu aku cuma sedikit berdebar saja dan kontolku juga hanya berdenyut sebentar lalu normal lagi soalnya aku dapat mengendalikannya. Aku dapat melakukannya karena dia sama sekali bukan tipe yang bisa membuatku 'liar' dan ereksi habis. Tipe yang bisa membuatku demikian adalah cowok dengan tipe body tidak berselisih jauh denganku yaitu yang memiliki otot bak binaragawan namun gedenya harus seperti perenang atau yang kusebut sebagai body tipe kombinasi perenang-binaragawan.

Aku mulai cuek lagi dan mengambil barbel yang ada lalu berbaring di bangku dan mulai melakukan 'bench press'. Setelah melakukannya sebanyak 2 set aku melakukan sit-up dan 'crunch'. Latihan yang kusebutkan tadi merupakan favoritku karena membentuk otot yang juga menjadi favoritku:).

Setelah itu berturut-turut aku melatih otot pahaku lalu otot punggung dengan menggunakan peralatan yang ada, lalu push up dan banyak lagi gerakan lainnya. Suatu ketika secara tidak sengaja aku melihat kalau cowok yang kuceritakan tadi sedang memperhatikanku. Saat itu dia sedang berada di atas treadmill. Dia kelihatan agak salah tingkah dan cepat-cepat mengalihkan perhatiannya dariku. Mungkin takut ketahuan, ia lalu pindah agak jauh mengambil dumbbell. Dari feelingku yang sudah tajam:) aku merasa kalau dia pasti gay.
"Wah.. Kayaknya dia gay nih..", aku tersenyum di dalam hati lalu pura-pura tidak tahu, cuek dan terus melanjutkan latihanku.
Tiba-tiba saja terlintas dibenakku untuk menjadikannya sebagai 'teman plus' ku.
"Kayaknya asyik nih.. mencoba body segede itu", batinku saat itu.
Memang aku belum pernah melakukan gay sex dengan cowok berbody sebesar itu, karena biasanya aku selalu mencari tipe yang minimal mendekati syarat-syarat ideal yang kusebutkan tadi.

Singkat cerita, mulailah aku melancarkan jurus-jurus 'menebar pesona'. Jurus pertama aku mulai menanggalkan kaosku sambil pura-pura mengelap keringat yang membasahi wajahku sekedar memamerkan otot-otot tubuhku. Saat itu dari ekor mataku aku tahu kalau dia diam-diam selalu curi pandang. Ibaratnya lagu Naif, dianya selalu curi ke kiri.. curi ke kanan..:) heh.. heeh.. heh.. Sorry, just joking. Hope u don't mind ;). Jurus kedua aku tidak memakai kembali kaosku dan mulai latihan angkat beban lagi. Dari ekor mataku kulihat kalau dia mulai gelisah dan.. ia lalu pindah lagi ke treadmill. Mungkin agar lebih leluasa mencuri pandang ke arahku.

Sialnya, rupanya pertunjukanku tidak hanya disaksikan oleh cowok gede yang kutaksir tadi. Ada cowok lain yang memandangku secara terang-terangan dengan mata buas bernafsu. Bodynya yang agak kurus karena sepertinya ia baru saja menjadi anggota di gym itu. Aku baru beberapa kali melihatnya di sana dan juga bukan pertama kalinya dia melihatku dengan penuh nafsu. Aku jadi geram dan mendelik memperlihatkan ketidaksenanganku. Rupanya ia agak takut juga dan buru-buru menjauh dari sana.

Pembaca sekalian, sorry ya, aku sama sekali bukan memandang hina dirinya atau merasa diriku lebih perfect dibanding cowok krempeng tadi. Ketidaksenanganku lebih disebabkan oleh pandangan matanya yang menjilat-jilat yang membuatku seolah-olah dilecehkan. Ceritanya akan lain kalau si krempeng tadi melihatku dengan cara lebih 'sopan'. Aku pribadi selalu berprinsip untuk tidak melakukan sesuatu yang berbau 'nafsu sex' pada orang lain yang tidak mau/tidak menginginkannya. Kalau aku melakukannya berarti aku telah melakukan pelecehan sex and that's bad..

Kembali ke cerita, untung aksiku mendelik marah tidak diketahui oleh cowok gede yang menjadi targetku karena posisi dia dan cowok krempeng tadi berseberangan. Tibalah saatnya aku melancarkan jurus mautku sambil berharap..:) Saat itu aku masih rebah di bangku sambil melakukan 'bench press'. Tiba-tiba saja aku pura-pura kesulitan mengangkat barbell yang ada di atas dadaku. Melihat itu cowok gede tadi cepat-cepat menghampiri dan membantuku mengangkat barbell dan meletakkannya di penyangganya.
"Kena.. deh", batinku saat itu.
"Thanks ya.. Untung kamu membantuku, soalnya tadi tiba-tiba saja merasa lemas gitu", aku berkata sambil menebar senyum padanya.
"Never mind. Latihan ini memang membutuhkan sparing partner disampingmu hingga dapat membantumu sewaktu-waktu. Kenapa tidak mencari satu saja?", kata cowok gede itu sopan.
"Wah, ide yang bagus juga. Namaku Bobby", aku berkata sambil mengulurkan tanganku.
"Aku Roy", Ia menjabat tanganku dengan genggaman yang mantap.
Dari dekat baru kelihatan kalau cowok ini ternyata OK juga. Wajahnya bersih kelimis dan cukup simpatik. Otot-otot tubuhnya yang gede menyembul disana-sini dan mengkilat karena basah oleh keringatnya. Jantungku mulai berdebur lagi yang segera kukendalikan.

Dari obrolanku selanjutnya dengan Roy kuketahui kalau ternyata Roy asalnya tinggal di Jakarta. Dia adalah famili dari pemilik gym ini. Kebetulan saja dia sedang liburan ke Pekanbaru. Roy masih cukup muda. Umurnya saat itu cuma 24 tahun dan masih mahasiswa. Dia adalah salah seorang atlet binaraga dan pernah mengikuti beberapa kejuaraan binaraga di Jakarta dan walau bukan juara pertama ia pernah menjadi juara favorit.

Roy tampak 'excited' saat mengetahui kalau aku adalah bekas tentara. Roy sangat fleksibel orangnya khas orang kota besar hingga obrolan kami terasa makin akrab yang diselingi canda tawa. Yang kusuka dari Roy adalah suara tawanya yang menurutku sangat seksi. Saat itu sikapku masih biasa saja, tidak menunjukkan kalau aku mulai nafsu dengannya. Akhirnya aku mengakhiri obrolan kami dan sebelum pulang aku meninggalkan alamat dan nomor HP-ku padanya.
"Malam ini boleh ke rumahmu nih..", kata Roy dengan penuh senyum.
"Boleh-boleh saja. Malam ini aku juga tidak kemana-mana kok. Aku juga ingin tahu lebih banyak tentang kejuaraan binaraga yang kamu ikuti", kataku dan diam-diam hatiku girang sekali.
"Wah.. kebetulan nih, aku membawa foto-foto saat kejuaraan. Nanti sekalian kubawakan", kata Roy dengan antusias.
"OK, that's a deal. See you later".
Aku lalu beranjak keluar dari gym untuk segera pulang dan 'mempersiapkan' malam itu ;).

*******

Suara mobil terdengar memasuki halaman rumahku.
"Ting tong..". Bel rumahku berbunyi tak lama kemudian saat jam menunjukkan lebih kurang pukul 8.30 malam.
Dari lubang pintu kelihatan rupanya Roy yang datang.
"Silakan masuk, susah ya mencari rumahku?", aku membuka pintu sambil mempersilahkannya masuk ke dalam.
"Sulit juga sih, soalnya aku kan cukup asing dengan Pekanbaru. Untung aku bertanya di sepanjang jalan hingga tidak kesasar", Roy berkata sambil masuk. Tercium wangi parfumnya yang maskulin saat ia melintas di depanku.

Wah, tidak mengganggu nih", kata Roy lagi sambil matanya menyapu seisi rumahku.
"Ah.. Nggak, soalnya aku tinggal sendirian. Jadi tenang aja", kataku lagi.
Malam itu penampilan Roy menurutku cukup seksi dengan memakai jeans ketat yang dipadukan dengan kaos playboy ketat yang lagi ngetrend saat itu. Bodynya yang penuh sesak dengan otot yang gede-gede itu tercetak jelas di kaosnya.
"Nah silakan kalau mau duduk atau apa aja. Anggap aja seperti rumah sendiri".
"Nih.. foto-foto yang kujanjikan", kata Roy menghempaskan diri ke sofa sambil menyerahkan sebuah album foto.
"Minuman dan makanan ringannya ada di kulkas belakang sana. Ambil saja sendiri. Jangan malu-malu ya", kataku sambil menerima album foto itu.
"Oke deh..". Roy segera berlalu ke belakang.

Saat Roy kembali aku sedang asyik membolak-balik album fotonya. Makin dilihat ternyata body gede seperti Roy itu ternyata menarik juga.
"Gimana.. Apa pendapatmu tentang diriku jika dibandingkan dengan peserta lain yang ada?", tanya Roy ingin tahu.
"Ehm.. Bagiku kamu kelihatan paling OK kok", aku berkata sejujurnya karena memang itu yang kurasakan.
"Sungguh?", mata Roy kelihatan agak berbinar.
"Sungguh. Kalau kejuaraannya diadakan di Pekanbaru aku pasti akan hadir menjadi pendukungmu", kataku sambil menatapnya.
"Thanks ya..". Roy kelihatannya sangat senang sekali mendengar ucapanku.
"O ya.. Bolehkan aku melihat foto-fotomu saat masih tentara?", tanya Roy penuh harap.
"Boleh. Ayo ikut aku ke kamar", jawabku singkat sambil beranjak menuju kamarku.
"Wah kamarmu luas ya? Lebih luas dari ruang tamu", komentar Roy sambil duduk di tepian ranjangku yang berkasur empuk.
"Nih", kataku sambil menyerahkan sebuah album foto besar.
Roy segera membolak-baliknya.

"Wah, gagah sekali..", Roy tidak dapat menyembunyikan kekagumannya melihat foto-fotoku saat tentara dulu.
"Suka ya?", aku mulai memberikan pertanyaan yang menjebak.
"Ya.., Oh.. Eh.. maksudku aku sangat suka dengan penampilanmu", Roy agak salah tingkah ketika menjawab pertanyaanku.
"Sungguh? Gimana kalau sekarang aku memakai seragam tentara, kebetulan aku masih punya", aku semakin memancingnya.
"Wah.. Sungguh nih, tentu aku sangat senang sekali. Kalau boleh aku ingin foto bersama, soalnya aku sejak lama ingin sekali foto bareng sama tentara", Roy tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya.

Di sudut ruanganku memang ada kamera polaroid yang terpasang di atas tripod. Kamera itu memang biasa kugunakan untuk menjepret foto teman plusku dan saat itu sebenarnya sudah dalam keadaan standby karena sudah kupersiapkan sebelumnya dengan maksud untuk menjepret gambar Roy tentunya.
"Tapi aku bukan tentara lagi lho..", kataku lagi.
"Nggak apa-apa tuh, yang penting bisa foto sama yang berseragam". Roy kelihatannya makin 'excited' aja.
"Wah, ini cowok rupanya terobsesi pada tentara berseragam rupanya", batinku saat itu.
"Kamu apa juga bawa seragam kamu?", tanyaku kalem.
"Maksudmu?". Roy agak terheran dengan pertanyaanku.
"Aku juga ingin sekali foto bersama binaragawan. Gimana kalau kita siapkan seragam kita masing-masing? Nanti kita foto bersama", aku menjawab sambil membuka lemari pakaianku.
"Oke deh. Seragam binaragawan kan cuma simple aja. G-String doang juga OK. Tapi kamu punya minyak tidak?", tanya Roy.
"Minyak? untuk apa?", tanyaku heran.
"Lho.. katanya kita pakai seragam masing-masing. Minyak adalah salah satu seragam binaragawan lho. Untuk dioleskan ke tubuh hingga otot lebih jelas kelihatan", jelas Roy panjang lebar.
"Yang ada cuma minyak sayur. Di dapur sana. Apa boleh?", ia bertanya.
"Boleh jugalah. Aku ambil segera", kata Roy sambil beranjak keluar menuju ke dapur.
"Wah, bakalan seru nih", batinku girang saat itu.

Ke bagian 2





Ex Army vs. Body Builder - 2
(by: arm_buddy@yahoo.com)

Dari bagian 1

Aku segera mengeluarkan seragam tentara lengkap dengan segala aksesorinya yang kusimpan di lemari dan mulai kupakai satu persatu. Seragam ini sebenarnya adalah buatan salah satu kenalanku yang memiliki usaha butik, sedangkan seragamku yang sebenarnya tentunya sudah tidak ada lagi. Pemilik butik itu adalah cowok gay juga. Aku mengenalnya karena kami pernah kerja sama saat aku menang tender pengadaan seragam karyawan salah satu perusahaan minyak di Riau. Aku cuma menganggapnya sebagai teman biasa karena ia bukan tipeku. Ia adalah tipe cowok 'sissy' yang terang-terangan sangat menyukaiku dan selalu berusaha memikatku. Tapi aku selalu cuek saja dan pura-pura bego. Seragam ini pun dibuatkannya dengan gratis. O ya, seragam ini sangat berguna sekali dan seringkali teman plusku ingin melihat penampilanku dengan seragam. Jadi cukup berguna juga untuk membakar nafsu lawan mainku hingga mereka tambah 'buas' dan aku yang jadi tambah 'puas' tentunya:). Bagi anda yang suka gay sex, walau anda bukan tentara sebaiknya boleh juga punya cadangan seragam, baik seragam tentara ataupun hanya sekedar seragam satpam. Kujamin pasti 'berguna' deh buatmu ;).

Aku mulai melepaskan kaosku diganti dengan kaos loreng yang dipadukan dengan seragam luar. Kemudian aku memakai aksesori lainnya. Kurapikan diriku sekali lagi di depan cermin besar kamarku. Saat aku sedang mengenakan sepatu Roy masuk dengan hanya memakai G-Stringnya saja sambil menenteng botol minyak sayuran yang biasa kugunakan untuk sekedar menggoreng makanan kecil. Penampilan Roy cukup membuat gairahku terbakar.
"Boleh tolong pakaikan minyak ini nggak?", kata Roy sambil menyerahkan botol di tangannya.
Matanya tidak berkedip menatapku.
"Boleh. Berbaring saja di ranjang", kataku dengan nada suara yang kubuat sewajar mungkin.
Saat itu nafasku mulai sesak oleh nasfu yang membara yang kutahan-tahan. Roy menelungkupkan badannya di ranjangku hingga punggungnya yang kekar berotot menghadapku. Aku menuangkan minyak ke tanganku dan mulai mengusapkannya ke punggung Roy. Usapanku semakin lama semakin turun hingga sampai ke daerah pantat Roy. Roy kelihatannya masih tenang-tenang saja. Aku memutar mutar telapak tanganku di bukit pantatnya beberapa saat lalu terus turun ke paha dan kaki.

"Belakang sudah OK, sekarang balikkan badanmu", kataku setelah usapanku sampai ke mata kakinya.
Roy membalikkan tubuhnya menghadapku. Matanya kelihatan sedang menerawang entah ke mana. Aku mulai membalurkan minyak ke daerah favoritku yaitu di bagian dada dan perut. Aku sengaja memutar-mutar telapak tanganku di sekitar puting Roy seperti gerakan message. Roy kelihatan sangat menikmatinya. Matanya mulai sayu menatapku. Tanganku yang berada di dadanya juga dapat merasakan deburan jantungnya yang makin kencang. Tonjolan dibalik G-stringnya juga mulai tumbuh.

"Oh. kamu gagah sekali dengan seragammu itu", Roy agak menggumam saat mengucapkan kata-kata itu.
"Ah, bohong tuh", aku memasang muka tidak percaya.
"Sungguh. Aku sudah sejak lama mengimpikan teman berseragam yang gagah seperti kamu". Entah sengaja atau tidak Roy mulai membuka isi hatinya.
"Kalau begitu kamu mau apa?", aku mencoba menantangnya.
"Oh.. Aku ingin sekali memelukmu..".
Roy yang sudah nafsu semakin berani menjawab tantanganku.
"Lakukan saja", kataku sambil duduk di tepian ranjang.
Roy bangkit lalu benar-benar memelukku dengan kuatnya. Otot-ototnya yang besar dan berkilat oleh minyak sayur itu terasa sekali melingkari sekujur tubuhku. Rasanya beda sekali, nyaman gitu, seolah-olah aku tenggelam ke dalam body yang besar itu.

Hawa kamarku makin dipenuhi aroma sex. Saat itu tanpa diomonginpun kami sudah tahu sama tahu kalau kami saling menginginkan. Semboyannya NIKE sangat terasa disini, JUST DO IT begitu kira-kira:). Aku mulai menyungsepkan sambil mendusal-dusalkan wajahku ke dada Roy, kemudian pindah ke daerah sekitar ketiak Roy yang bersih sama sekali dari bulu-bulu. Lidahku mulai menari-nari di sana yang membuat Roy menggelinjang kegelian.
"Uh.. Ah kita foto saja dulu ya.. mumpung masih rapi..", kataku agak terengah sambil dengan lembut melepaskan diri dari pelukan Roy yang enak itu.
Roy hanya menganguk saja. Aku segera mempersiapkan kamera dan setelah mendapatkan angle yang pas aku lalu menyetel agar kamera dapat dengan otomatis menjepret sendiri 5 kali. Aku cepat cepat pindah ke samping Roy yang sudah standby. Roy segera merangkul bahuku dan blitz kamera menyala-nyala melakukan tugasnya.

"Sudah selesai ya? Mari lanjut..", kata Roy sambil menarikku ke ranjang lagi.
Rupanya ia sudah tidak sabar lagi hingga tidak melihat lagi hasil jepretan kamera barusan.
"Sini", kata Roy sambil mendudukkanku di pangkuannya.
Saat itu g stringnya kelihatan sudah tidak bisa menahan cuatan kontolnya yang cukup besar itu. Aku duduk di pangkuan Roy sambil tanganku melingkar di leher Roy. Roy membenamkan wajahnya ke dadaku sambil menarik nafas mengendus seragam yang masih kukenakan sambil tangannya mengelus-elus daerah sensitifku yang makin berdenyut tegang. Aku membarenginya dengan ciuman di kepala Roy, lalu aku mulai diam sengaja menunggu apa yang akan dilakukan Roy selanjutnya.

Roy membopongku dan dengan lembut membaringkanku ke ranjang, lalu dengan perlahan penuh penghayatan ia mulai membuka seragamku satu persatu dimulai dari sepatu, berikutnya seragam luarku. Ia selalu mencium-cium seragam yang ada ditangannya setiap selesai melepaskannya dari tubuhku. Ia kelihatan begitu menikmatinya hingga pernik seragam yang terakhir:) Hingga kemudian aku hanya mengenakan CD saja. Roy kemudian naik ke ranjang menindihku di bawah tubuhnya yang gede itu. Tangannya memelukku dengan erat sambil menari-nari di punggungku. Aku mengimbanginya dengan menciumi wajahnya yang halus itu sambil tanganku aktif menjelajahi lekuk-lekuk otot di tubuhnya. Untuk beberapa lama kami bergulingan saling libat plus raba plus cium hingga keadaan makin memanas saja. Kemudian saat posisi Roy ada di bawah aku mulai melepaskan diri dari pelukannya yang kuat itu dan mulai menciumi dadanya yang besar itu.

Aku semakin senang dengan memainkan putingnya dengan ciuman dan jilatan lidahku yang sudah ahli lalu kusedot pinggiran putingnya hingga meninggalkan bekas merah (cupang). Dadanya yang besar bidang juga kucupangi beberapa kali hingga meninggalkan bekas-bekas merah yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih itu. Roy sangat menikmatinya dan ia menegang-negangkan otot dadanya hingga ototnya yang gede itu bergerak -gerak di depan mataku yang membuatku jadi gemas. Saking gemasnya lalu kugigit-gigit kecil dadanya yang masih bergerak itu tidak ketinggalan putingnya juga.

Roy makin mendesah menikmati gigitanku. Ciuman, sedotan plus gigitanku sampai ke daerah perut Roy yang punya deretan otot yang menonjol dan terus merambah turun hingga sampai ke daerah ternikmatnya. Kulihat g string roy sudah basah di dekat bagian kepala kontolnya. Segera kutanggalkan g stringnya hingga kontol Roy bebas tegak berdenyut-denyut menantang nafsuku yang kian membara. Kontol Roy walaupun kalah gemuk dengan punyaku namun ukurannya ternyata lebih panjang dengan warna merah muda yang menggemaskan. Sejenak kukagumi bentuk kontol Roy yang kepalanya sudah licin basah oleh cairan precum yang masih terus keluar. Rupanya Roy memiliki cairan precum yang cukup banyak juga. Aku kontan mendusalkan wajahku ke selangkangan Roy yang gundul tanpa bulu hingga cairan bening precumnya ada yang menempel di wajahku.

"Oh.. enak.. Bob.. ahh..", desahan Roy makin kencang saat aku mulai menjilat lalu mengulum kantong kontol beserta bijinya di dalam mulutku sambil tanganku mengocok-ngocok batangnya.
Setelah selesai mencicipi kantongnya, giliran kepala kontol Roy yang kupermainkan dengan mulutku. Pertama-tama kujilat-jilat kepala kontolnya layaknya orang yang sedang makan loli dan hap.. akhirnya kepala kontol Roy masuk ke dalam mulutku. Kumajukan kepalaku hingga kontol Roy yang panjang masuk lebih dalam kedalam mulutku hingga mencapai kerongkonganku hampir mencapai pangkalnya. Lalu sambil menyedot kuat aku mundurkan kepalaku hingga tersisa bagian kepalanya saja dalam mulutku sambil ujung lidahku memainkan lubang di kepala kontol Roy lalu secara terus menerus kumajumundurkan kepalaku dengan cara yang sama.

"Ahh.. Ohh.. God.. Enak Bob, akh..", Roy mendesah desah sambil tangannya memainkan putingnya sendiri.
Aku terus melakukannya hingga..
"Cukup, Roy.. Aku hampir keluar.. Sekarang giliranku..", kata Roy parau sambil bangkit dari rebahannya.
Rupanya Roy tidak ingin keluar duluan yang membuatku senang karena ini menandakan kalau Roy bukan tipe cowok egois yang hanya mementingkan kenikmatan sendiri. Sekarang giliran Roy yang menggarapku. Tanpa basa-basi lagi Roy segera menanggalkan CDku yang masih menempel. Seperti halnya Roy selangkanganku juga bersih dari bulu. Kulihat ada sinar kekaguman di mata Roy saat melihat kontolku.
"Beautiful..", desis Roy tidak kentara.
Sama seperti yang kulakukan, Roy mulai melakukan aksi serupa terhadap kontolku. Aku meram-melek merasakan kehangatan mulut Roy. Sedotannya semakin membuatku melayang-layang hingga tanpa sadar aku mendesah-desah dengan gencarnya sambil tanganku mencengkeram pundak Roy yang keras berotot.

Setelah Roy beraksi sekian lama, aku mulai merasakan sedikit sensasi yang menandakan kalau aku akan nembak tidak lama lagi. Aku menyetop aksi Roy yang makin buas menyedot kontolku, lalu kami pindah ke posisi 69. Kami mulai saling menyedot kontol lawan sambil bergulingan di ranjangku yang luas. Sensasi nikmat di selangkanganku terus dan terus menguat hingga pelukanku di pinggang Roy juga makin mengencang. Roy juga berkeadaan sama denganku. Tubuhku mengejang dan crott.. crott.. crott.. akhirnya tak kuasa menahan lebih lama lagi aku nembak duluan di dalam mulut Roy tanpa sempat permisi lagi karena mulutku penuh oleh kontol Roy. Kurasakan mulut Roy yang makin menyedot kontolku dengan lahap sekali.

Crott.. Croot.., akhirnya Roy nembak juga beberapa detik setelahku. Maninya sangat kental dan banyak sekali. Aku bagai orang kehausan terus menelannya dan tidak membiarkannya terbuang setetespun juga. Akhirnya aku berbaring di sebelah Roy dengan senyum puas sambil menenangkan nafasku yang memburu.. Roy juga menatapku dengan pandangan puas dan ia meraihku untuk berbaring di dadanya yang lebar luas itu sambil mendekapku. Itu baru pertama kalinya aku berbaring di atas dada lawan mainku karena biasanya aku tidak suka bermanja-manja, lagipula dada mereka tidak seluas punya Roy. Rasanya cukup nyaman juga. Cukup lama juga kami dalam keadaan seperti itu sambil pikiranku menerawang kemana-mana.

Aku mulai horny lagi hingga tanganku yang satu mulai mengelus dada Roy sambil tangan lainnya memilin-milin putingnya. Rupanya puting Roy sangat sensitif hingga ia juga mulai terbakar. Deburan di dadanya makin kencang dan kelihatan kalau kontolnya juga mulai tegak berdenyut-denyut. Punyaku sendiri saat itu sudah tegang penuh siap kapan saja untuk segera digunakan. Aku segera duduk di atas perut Roy sementara Roy masih berbaring. Aku mendekatkan wajahku ke wajah Roy dan kukecup bibirnya dengan nafsu sambil tanganku terus memainkan putingnya. Masih duduk di atas perut Roy, aku mulai menggeser agak ke bawah.

Sambil mengangkat pantatku aku mulai mengarahkan kontol Roy masuk ke anusku. Roy hanya memandangku dengan pasrah. Dan kurasakan kontol Roy secara perlahan mulai tenggelam ke dalam lobang pantatku hingga ke pangkalnya. Perutku agak mulas karena mungkin ukuran kontol Roy yang panjang itu telah mencapai usus besarku. Saat itu posisiku jongkok/duduk di selangkangan Roy. Setelah kurasa cukup aku mulai menaikkan pantatku sambil menegangkan otot dubur. Aku terus menaik turunkan pantatku dengan cara sama hingga kontol Roy keluar masuk dari lobangku dengan lancarnya.
"Ohh.. ah.. aah..", Roy mendesah-desah menikmati aksiku.
Aku sendiri makin gencar menaik turunkan pantatku seiring dengan sensasi nikmat yang kurasakan saat kontol Roy bergesekan dengan dinding anusku.
"Akh.. teruskan dong Bob.. Please..", Roy agak merengek saat aku menghentikan aksiku dan mengeluarkan kontol Roy dari lobangku.
Aku tidak ingin Roy keluar duluan karena aku juga ingin menikmati lobang anusnya yang saat oral tadi sekilas kulihat masih perawan. Kalau dibiarkan keluar duluan maka Roy pasti ogah kalau aku ingin menikmati lobang pantatnya.
"Nanti pasti kulanjutkan sayang.. tapi sekarang kamu nungging ya Roy..", instruksiku.
Roy sepertinya mengerti mauku dan sambil menungging ia berkata lagi, "Pelan-pelan ya Bob.., soalnya aku belum pernah digituin..".
Mendengar itu hatiku sangat girang karena tepat seperti dugaanku kalau pantat Roy ternyata masih perawan yang tentunya lebih nikmat dientot ;).

Pertama-tama kumasukkan jari tengahku ke anus Roy. Mulanya Roy meringis kesakitan sambil menegangkan otot duburnya.
"Kalau aku masuk jangan tegangkan otot duburmu ya sayang.. Biar nggak terlalu sakit..", aku memberi petunjuk pada Roy.
Tampaknya Roy cukup patuh dan tidak mengencangkan otot duburnya lagi saat aku mulai menggerakkan jari tengahku keluar masuk dari anus Roy. Roy agak meringis tapi mulai bisa menikmati permainan jariku di lobangnya. Melihat Roy sudah agak tenang aku segela meludahi kontolku agar licin dan mulai mengarahkannya ke lobang Roy. Kepala kontolku secara perlahan mulai masuk ke lobang Roy yang sempit. Roy mulai meringis dan menegangkan otot duburnya lagi saat merasakan kepala kontolku memasuki lobangnya. Aku segera menghentikan aksiku dan dari belakang tanganku mulai memainkan dada dan puting Roy agar ia lebih tenang.

"Akh.. sakit..", Roy mulai mengaduh saat aku memulai kembali aksiku yang tadi.
"Tenang sayang.. Nanti pasti nikmat deh..", kataku sambil menyetop lagi aksiku memasukkan kontolku.
Dengan lembut aku terus start stop hingga memakan waktu lebih kurang setengah jam baru kontolku masuk hingga ke pangkalnya. Selama itu aku tetap memainkan puting sensitif Roy agar ia 'high'. Aku membiarkan sebentar kontolku terbenam di lobang Roy agar ia lebih terbiasa lagi.
"Mulai saja Bob..", ucap Roy.
Rupanya ia cukup penasaran juga. Mendengar itu tanpa ayal aku segera menarik kontolku lalu memompanya masuk lagi. Awalnya Roy mengaduh-aduh kesakitan sambil mengencang-ngencangkan otot duburnya yang membuat kontolku serasa dipijat-pijat kuat dan dilingkari oleh cincin hangat. Memang itulah rasanya lobang yang masih perawan, sempit dan nikmat.. ;).

Tidak lama kemudian Roy mulai menikmati entotanku dan suara erangan nikmatpun mulai keluar dari mulut Roy.
"Auh.. enak.. oh.. God.. enak.. sshh.. truss.. ahh..", erang Roy sambil tangannya dengan kuat mencengkeram seprei ranjangku yang sudah awut-awutan.
Plak.. pak.. pakk.. pek.. bunyi selangkanganku yang beradu dengan pantat Roy dikombinasikan dengan erangan Roy merupakan simphoni yang sangat merdu di telingaku hingga goyanganku makin cepat, kuat dan bersemangat. Nafasku terus memburu dan keringat sudah membanjiri tubuhku, hingga beberapa saat kemudian..
"Oohh.. Aku mau keluar Roy..", Hampir berteriak aku makin menghentak menusuk pantat Roy dengan gencarnya.
Untung kamarku sudah dipasangi peredam yang cukup hingga tidak perlu khawatir ada yang mendengarnya.
"Truss.. Bob.. truss.. ahh..". Roy masih meneruskan erangan nikmatnya.
"Ooohh.. crott.. crott.. croott", aku melolong kepuasan disertai dengan tembakan maniku di dalam anus Roy.
Aku keluar banyak sekali.. Oooh.. I feel so high.. ;).

Kukecup punggung Roy lalu giliranku yang menungging. Roy segera memasukkan kontolnya yang sudah terlalu 'excited' ke dalam anusku lagi dan segera mulai memompa dengan cepat sekali. Giliranku yang mengerang kenikmatan merasakan kehebatan kontol Roy.
"Auh.. teruss.. teruss Roy..", erangku.
Lama juga Roy mengentoti pantatku dan selama itu aku merasakan beberapa kali tembakan kecil yang menghangat di dalam anusku. Aku pernah membaca kalau ada orang yang dapat mengendalikan hingga klimaksnya belum dicapai walau telah sempat menembak beberapa kali. Mungkin Roy telah menguasai teknik itu pikirku. Aku makin kagum saja sama Roy.

"Hosh.. hoshh.. ahh..", suara nafas Roy yang makin memberat disertai desahan nikmatnya makin jelas terdengar di telingaku dan akhirnya..
"Aaakh.. crott.. crett.. crrott..", Roy berteriak melenguh panjang puas dan kali ini mani yang ditembaknya sangat banyak sekali dan terasa mengalir hangat di dalam anusku menciptakan sensasi nikmat yang kusuka.
Rupanya ia sudah mencapai titik puncak kepuasannya. Kami sama-sama terhempas di ranjang dengan kontol Roy masih menancap dalam pantatku. Posisi kami saat itu aku berbaring menyamping membelakangi Roy sedang Roy dengan mesra memelukku dari belakang.
"Terima kasih Bob.. Aku puas sekali..", bisik Roy di telingaku.
"Aku juga Roy, permainanmu hebat sekali..", jawabku dengan suara menggumam.
Sesat kemudian kami sama-sama tertidur pulas dengan senyum kepuasan menghiasi wajah masing-masing.

*****

Keesokan paginya barulah kami punya kesempatan melihat hasil jepretan kamera yang telah membuka peluang terjadinya gay sex semalam. Kami sama-sama tertawa melihat ekspresi kami di dalam foto itu yang sangat lucu karena jelas kelihatan muka kami yang penuh nafsu sex dengan tonjolan di selangkangan kami masing-masing. Akhirnya Roy mengambil 2 foto untuknya sedangkan sisanya kusimpan baik-baik di dalam lemari yang nantinya akan kusatukan dengan 'koleksi' fotoku yang lain.

Roy pamit pulang dan setelah itu kami sempat beberapa kali bertemu dan mengulangi gay sex di rumahku. Namun sayang karena liburan Roy sudah usai dan ia harus kembali ke Jakarta. Aku menghadiahinya beberapa potong koleksi CDku yang diterima dengan senang hati oleh Roy. Roy juga meninggalkan alamat dan nomor teleponnya di Jakarta dan kami saling berjanji untuk melakukannya lagi jika ada kesempatan lainnya. Aku sama sekali tidak mengantar saat Roy berangkat ke Bandara karena ia sudah ditemani oleh keluarganya hingga mungkin malah bisa dicurigai jika aku melakukannya. Aku hanya mengirimkan SMS selamat jalan kepadanya. Dan.. hari-hariku pun kembali seperti biasanya, tentunya sambil menunggu petualangan yang lebih asyik dengan penggemar gay sex lainnya:).

Sekian ceritaku yang memang agak panjang ini. Harap anda tidak bosan atau keberatan karenanya. Dan seperti biasa kirim email tanggapan anda beserta pic ke: arm_buddy@yahoo.com .

Sekali lagi untuk anda yang di Riau khususnya Pekanbaru, aku telah membuka group di yahoo. Silakan join di: http://groups.yahoo.com/group/gay_pekanbaru, akan ada kejutan yang menanti anda ;).

Just keep your browser on this great site, see you later and again, please vote.. vote.. vote.. vote..:)

E N D





Gelar Lomba Pancho
(by: onani17kl@yahoo.com)

Pertama kali aku melihat Jack saat berenang pagi hari. Badannya begitu proporsional, tinggi 185 cm berat sekitar 80 kg. Dadanya begitu terisi, lengan bisep dan trisepnya begitu ranum segar juga enam kotak yang begitu jelas, bahkan saat dia sedang duduk. Mataku tidak lepas memandang tubuh itu sewaktu dia naik dari kolam renang dan menuju tempat bilas. Kebetulan terbuka dan menghadap ke kolam renang. Aku berusaha melihat sedekat mungkin.

Balutan segitiga ketat itu mengingatkanku pada film Baywatch yang terkenal itu. Meskipun dia bukan bule namun hampir tiada beda dengan salah satu pemeran penjaga pantai itu. Badannya aku nilai sempurna. Sebenarnya aku malu kalau-kalau teman renang lain melihat aku sedang memelototi seorang cowok. Aku adalah pria sejati, tapi aku iri dengan badannya, aku ingin memilikinya.

Namaku Koko, umur 27 th, sudah memiliki seorang tunangan cewek dan tahun depan kami berencana menikah. Aku memang rutin berenang, bahkan kami memiliki semacam gang di kolam renang. Semenjak kecil aku mendambakan badan besar namun karena pekerjaan dan waktu sehingga aku belum sempat ke gym hingga saat ini. Meskipun berenang namun badanku tidak terbentuk juga. Bulan ini aku bertekad untuk rutin ke fitnes centre, seminggu dua kali.

*****

Meski aku kali ketiga ke gym DINO tapi aku belum cukup mengenal semua yang ada di situ. Gym ini memang cukup ramai baik yang baru maupun yang lama. Fasilitasnya cukup lengkap meskipun tidak bisa dibilang baru, tapi yang menarik adalah harganya yang cukup miring. Apalagi bagi pemula yang mencoba dan belum tentu serius. Ada beberapa teman yang baik mau mengajariku untuk menggunakan semua alat yang ada disitu.

Jantungku berdebar lebih kencang bukan karena habis melakukan treadmill tapi karena cowok yang di kolam renang itu juga ternyata fitnes di tempat ini. Ya, si Jack fitness di sini juga. Apalagi sekarang menggunakan kaus fitnes yang ketat menonjolkan otot dadanya dan memamerkan hasil angkatan barbel pada lengannya. Otot-otot itu begitu terbentuk. Itu baru atasnya belum bagian bawahnya.

"Baru di sini, Mas?" tanya Jack pertama kali saat kami mulai perkenalan itu.

Semenjak itu aku berlatih di bawah bimbingan Jack dan sebagai balasannya aku sering mentraktir dia makan bakso atau yang lain setelah latihan. Jadwalku aku rubah agar sesuai dengan jadwal Jack. Kami semakin akrab tapi yang aneh justru nafsuku sama dia agak berkurang, karena aku anggap kami bersahabat. Bahkan di luar latihan pun kami mulai sering berkunjung.

*****

Tiga bulan semenjak pertemuan pertama kami sudah benar-benar menjadi sahabat. Hobi kami hampir sama yaitu berpetualang, kapan-kapan aku akan ceritakan petualangan yang seru bersama Jack. Hanya berdua saja tersesat selama sepuluh hari. Persahabatan kami adalah seperti pada umumnya persahabatan. Bukan kekasih! Jack adalah pria normal juga, hanya saja dia agak pemalu terhadap wanita. Umurnya masih 26, satu tahun lebih muda dariku.

Aku berterimakasih pada Jack karena hasil kerja selama ini sudah mulai terlihat. Aku semakin PeDe saja. Aku mulai suka mengenakan kaus ketat, badanku sudah lebih besar. Di gym aku juga sudah tidak ragu lagi mengenakan kaus singlet atau celana ketat. Beratku naik dari 60 kg jadi 67 kg, meski demikian perutku tidak membesar karena semua cadangan lemak sudah diubah jadi massa otot, baik di dada, lengan maupun paha.

Malam ini gym kami mendapat kesempatan untuk jadi penonton di gelar lomba panco yang diadakan salah satu televisi swasta. Setelah makan malam kami sudah berkumpul di studio, padahal acaranya baru akan ditayangkan secara langsung mulai jam 23.30 WIB. Berarti tayangan bukan untuk anak-anak, seperti cerita ini juga. Malam itu mataku begitu fresh, selain melihat penyiar yang segar-segar baik cowok maupun cewek, di sekitarku juga banyak orang-orang berotot. Baik peserta maupun penonton berotot meski banyak yang pakai jaket tebal oleh dinginnya AC di studio. Terus terang beberapa kali aku konak karena melihat seksinya otot-otot orang-orang itu. Aku tidak sadar kalau Jack ternyata mengamati aku selama itu.

Pukul 1 dini hari kami baru kembali dari makan roti bakar di depan studio TV. Malam setelah gelar lomba panco itulah kisah ini dimulai.

"Ko, aku tidur tempat elo aja ya.. Aku takut ganggu orang rumah."

Aku angguk setuju aja. Tapi seperti kalian juga, pikiran kotorku langsung jalan. Selama perjalanan aku kurang konsen menyetir. Aku hanya tersenyum saat Jack menawarkan untuk menyetir motor menggantikanku.

Sesampai di rumah aku langsung menyetandar motor dan dengan hati-hati dan hampir tanpa suara kami masuk kamar. Aku lelah dan ngantuk sekali, terus terang aku memang tidak biasa tidur malam. Lain dengan Jack yang masih terlihat segar. Aku buka jaket dan celana jinsku. Tanpa mengganti kaus atau memakai celana pendek aku langsung masuk ke tempat tidur. Pikirku, Jack kan sudah beberapa kali ke sini jadi sudah tahu WC atau tempat gelas air minum kalau memang dia memerlukannya.

"Jack, aku tidur duluan" kataku sambil menengkurapkan badan dan memeluk guling.

Sebenarnya aku mau langsung tidur tapi entah kenapa malahan di tempat tidur ini mataku sulit memejam. Padahal waktu menunggu roti tadi aku sudah berkali-kali menguap. Tapi aku malu karena sudah berpamitan dengan Jack jadi aku berpura-pura tidur saja.

Jack meletakkan tas dan membuka jaketnya juga. Lalu dia menyetel televisi dan memindah-mindah canel. Lalu minum dan melihat televisi lagi. Pindah-pindah canel lagi, lalu bersiap untuk tidur. Mulanya dia tidur di bawah di kasur yang tipis. Saat aku hampir terlelap aku merasa ada badan hangat di sebelahku. Aku jadi terbangun karena kaget. Mungkin Jack kedinginan juga dan ingin berbagi selimut denganku. Kuluruskan badan untuk berbagi tempat dengannya. Beberapa kali dia menghela nafas seperti orang yang gundah. Aku jadi tidak bisa nyenyak tertidur.

Kucoba membalikkan badan dan memperhatikannya di keremangan kamarku. Ya dia belum benar-benar tertidur. Kasur kami terasa sempit untuk badan kami yang besar-besar ini. Di gantungan baju nampak kaos dan celana panjang training yang Jack kenakan tadi, juga jaketnya. Aku jadi berdebar dan ingin tahu. Kugerakkan tanganku untuk tahu apa yang Jack kenakan di bawah selimutku. Ternyata dia hanya mengenakan celana dalam G-String aja. Debaran jantungku semakin kencang dan darahku seperti berdesir-desir.

Lalu aku mencoba memeluknya tepat di atas dadanya. Aku merasakan tebalnya dada yang terlatih itu. Jack diam saja, padahal aku yakin dia belum tidur. Aku ngantuk tapi dadaku berdegub kencang sekali, sampai aku takut kalau Jack mendengarnya. Pelukan kukencangkan dan sedikit kugoncang dan dia tetap tenang saja, tidak terbangun atau menunjukkan reaksi lain. Setengah bercanda kubelai dadanya lalu belaian kuturunkan ke arah perutnya. Aku kaget sekali karena sebelum aku sampai ke celana dalamnya aku sudah terantuk segumpal daging keras dan hangat. Saat terlewat, aku kembali lagi ke gumpalan itu dan aku tahu itu adalah kontol Jack yang sudah menegang dan keluar dari celana dalam. Segera kutarik tanganku karena aku begitu kaget.
Aku terduduk dan aku takut kalau ini adalah mimpi. Jam masih menunjukkan jam 2 kurang. Saat aku menengok wajah Jack terlihat senyuman sedikit di wajahnya, matanya agak terbuka sedikit.

"Kaget ya, sukurin.. elo sih usil tangannya!" kata Jack pelan. Lalu matanya terpejam lagi.
"Gila lo Jack. Elo ngerjain gua yaa.. tapi punya elo gede juga sepertinya." Kataku untuk menangkal rasa grogiku.
"Iya lah.. gue kan ada darah bulenya" aku anggap jawabannya itu adalah bercanda.

Sekarang aku jadi tidak bisa tidur beneran. Di samping aku ada Jack temenku yang pada mulanya aku kagumi tubuhnya.

"Jack kenapa elo horny begitu?" tanyaku memecah kesunyian di antara kami.
"Pengen dielus lagi kali" jawabnya begitu kacau.
"Elo ngebayangin apa sih?" rasa penasaranku tak bisa dibendung lagi.
"Bayangin elo lagi em el ama calon elo itu".
"Kurang ajar nih anak!", pikirku.

Daripada banyak bacot aku peluk lagi aja tuh anak.

"Tuh kan elo terangsang lagi ama gua" katanya sok tau.

Aku tidak peduli ucapannya lagi. Segera tanganku turun ke pahanya, terasa sangat hangat dan kuelus-elus paha yang kencang itu. Di pangkal paha kutemukan beberapa jembut kasar baru tumbuh.

"Uh uh uh.. " Jack mengerang, tapi aku tahu dia tidak serius sama sekali.

Tapi aku herankan dia membiarkan saja aku menggerayangi seluruh tubuhnya. Keberanianku jadi bertambah. Tak tahan juga segera aku menggenggam dan mengelus kontol Jack yang kudamba sejak lama.

"Jack, elo terangsang karena bayangan elo atau karena tanganku ini?" tanyaku saat aku menggenggam kontolnya yang lumayan besar.

Kalau punyaku 15 cm diameter 3 cm maka punya dia pasti sekitar 18 cm diameter 3,5 atau 4 cm. Kontol itu berdenyut di tanganku. Jack tidak menjawab pertanyaanku, malahan memasukkan tangan kanannya ke dalam celana dalamku. Ketahuan sudah, bahwa aku juga sedang tegang habis.

"Kalau elo kenapa, Ko?" dia bertanya balik.

Kontol Jack mulai kukocok pelan tanpa aku jawab pertanyaan itu. Tangan Jack pun bergerak meremas kontolku dan segera posisi tidur kami sudah berhadapan. Kali ini aku tidak ragu lagi. Kupandang wajahnya yang keenakan. Matanya setengah terbuka dan terdengar desis dan lenguhan nafasnya. Begitu seksi kelihatannya. Aku merasakan hangatnya remasan Jack di batangku yang peka itu. Kami sama-sama sunat, aku merasakan dari benjolan bekas jahitan di dekat kepala kontol Jack.

Tak lama kami sudah benar-benar berbugil. Kaosku, celana dalam kami dan selimut sudah tidak kupedulikan lagi. Kami sudah saling mengelus baik pipi, dada dan punggung, pantat dan bagian-bagian yang lain. Aku hanya ingin kepuasan dari tubuhnya. Jack juga demikian. Kami saling memeluk erat dan menggosok-gosokkan kontol kami satu dengan yang lain.

Sekarang kukulum kedua bibir Jack, uhh terasa manis. Kupegang kepalanya dan kujambak rambutnya. Lalu kuselusuri dengan bibirku dadanya yang bidang dengan otot dada yang tebal dan bigitu ketat. Sesekali kujilat putingnya, ahh dia kegelian. Aku senang lihat reaksinya.

Tempat favoritku adalah perutnya, begitu seksi dan kotak-kotak. Saat itu kontol Jack tentu saja terasa sangat hangat di dadaku yang berotot juga. Sesekali kugeser-geser dadaku untuk menjaga agar kontol Jack tetap mendapat sensasi enak dan tetap tegang. Belum lagi ujung hidungku melalui pusar, daguku telah terantuk benda hangat yang sedang berdenyut-denyut. Kugeserkan daguku yang berjenggot sedikit ke kanan dan kiri. Jack melenguh panjang kenikmatan. Aku jadi senang.
Kulalukan sebentar porsi utama.

Aku beralih ke pahanya. Ah.. dia ternyata tipe cowok yang suka mencukur bulu bawahnya. Terbukti cukurannya begitu rapi dan rata. Oh ya dia kan juga sering renang ini pasti demi kesopanan. Kuhisap dan kujilat bau kejantanan yang khas di sekitar selakangannya. Bola Jack juga kupermainkan. Juga kugigit lembut memberikan kejutan baginya, terbukti dia memperhatikan apa yang kulakukan di bagian bawahnya. Aku menciumi paha Jack yang juga besar seperti pemain Sepakbola, dan kuberi tanda sebuah cupang tepat di bawah selakangannya. Tentu saja Jack keenakan seperti kena setrum he he he..

Jack terduduk, rupanya dia juga sudah sangat bernafsu. Sekali tarikan tangan kontolku sudah di tarik didekatkan ke bibirnya. Ahh nikmat sekali! Aku setengah berdiri dengan lututku, kepala Jack di depan perutku. Hmm aku tidak tahan untuk memegang rambut kepalanya, kuikuti gerakan kepalanya yang terkadang maju, mundur, ke kanan, ke kiri dan ke arah lain untuk memberi kenikmatan pada kontol yang sudah tegang penuh dan ingin dikulum. Jack menciumnya, menjilati dari pangkal hingga ujung kepala, hmm ahh.. enaknya hingga ke langit. Digigitnya bekas sunatku dan dikitarinya pangkal kepala kontolku, badanku bergetar tak dapat menahan gejolak yang begitu nikmat.

Slupp kontolku hilang dalam lubang basah mulut Jack. Lama senjataku ada di sana, tentu Jack merasakan asinnya maziku. Aku merasakan kenikmatan apalagi Jack sudah mulai menyedot hm.. nikmat sekali. Sembari memegang dua pantatku yang juga berisi dia mulai mengeluarmasukkan kontolku. Sensasinya uhh enak, getaran itu mengalir dari kontolku hingga ke ubun-ubun kepala ahh Terkadang kulihat sebagian batang kontolku yang mengkilat oleh ludah tapi tak pernah kulihat ujung ungu itu. Woow!

Aku mau Jack juga merasakannya. Posisi kami jadi 69. Aku merasa harus menganga penuh untuk memasukkan kontol Jack ke dalam mulutku. Aku tidak sanggup menelan semuanya. Kontol Jack begitu besar. Aku tahu sensasi paling tinggi ada di kepala kontolnya maka aku bekerja lebih banyak di daerah itu. Gerakan favorit yang disukai Jack adalah saat aku melingkarkan lidahku di kepala kontolnya. Dia sampai berhenti menghisapi kontolku untuk sekedar menikmatinya.

"Jack awas loh Jack, aku uhh hampir Jack.. bener uhh!" kuperingatkan Jack.

Sepertinya justru dia bertambah cepat untuk mengeluar masukkan kontolku dan menghisapnya. Ahh uhh uhh uhh! Aku berusaha mengimbangi apa yang Jack lakukan pada kontolku dengan menghisap kontol Jack lebih kuat lagi. Rasa dan momen itu begitu nikmat. Tiada lagi yang bisa diingat selain kenikmatan itu. Aghh!

Tiba-tiba terasa asin dan hangat di lidah dan tenggorokku. Ah cuek aja! Justru aku semakin kuat menghisapnya. Begitu juga Jack dan akibatnya croott maniku muncrat di mulut Jack. Dia pun menelannya juga, bahkan dihisapnya lagi sampai benar-benar bersih. Kontol Jack kembali mengkerut, demikian juga aku rasa kontolku.Kubaringkan tubuhku di samping Jack.

Kucium pipinya, "Thanks Jack! Elo emang sahabatku!" Dan Jack tersenyum.

Lalu ditariknya selimut untuk menutupi tubuh kami yang bugil. Jack memelukku dan aku membiarkannya. Dari mulutnya yang begitu dekat dengan hidungku masih tercium sisa-sisa maniku. Kukulum bibir itu sekali, tiada balasan tapi aku merasakan kontolnya yang menyentuh pahaku berdenyut lagi membesar.

E N D





Gili Trawangan
(by: d3w4n474@yahoo.com)

Met ketemu lagi dengan saya.

Buat para pembaca yang sebelumnya telah membaca cerita terdahulu saya (ANTARA JAKARTA DAN BANDUNG) dan memberikan komentar dan saran, saya ucapkan terima kasih atas segalanya. Banyak dari kalian menjadi teman terbaik saya, karena kalian semua saya masih di sini. I LOVE YOU ALL MY FRIENDS, I'LL BE MISSING YOU.

Buat yang belum baca cerita saya terdahulu, masih bisa baca kok...

Cerita berikut ini adalah sedikit lembaran terbaru perjalanan hidup saya.

*****

Hari telah senja ketika aku keluar dari laut, pemandangan bawah laut yang mengagumkan dengan terumbu karang yang indah dan ikan yang berwarna-warni mengusir penatku dari pekerjaan kantor yang membosankan. Sudah beberapa bulan ini aku pindah tugas ke Mataram, Mataram... Kota yang tidak pernah ada di benakku sebelumnya. Meskipun ibukota propinsi tapi Mataram cukup kecil dibandingkan kota-kota di Jawa, dan yang jelas di Mataram tidak ada yang namanya macet seperti di Jakarta atau Bandung. Selain itu banyak objek wisata yang menarik di sini, seperti hobbiku yang baru, snorkeling di Gili Trawangan.

Sejenak kurebahkan tubuhku di pasir putih yang bersih, aku biarkan butiran pasir halus menempel ditubuhku dan kupejamkan mata menikmatinya.

"ARY!!??!!", aku tertegun ketika tiba-tiba ada orang menyapaku.

Kubuka mataku dan kulihat sesosok kaki yang kokoh, paha yang berisi, tontolan di pangkal paha yang besar dibalut celana renang yang sangat mini, perut yang tercetak, dada bidang dan berisi dengan kulit bulenya yang terpangang, semua membuat jantungku berdekup kencang dan batang kemaluanku segera bereaksi, tapi tanganku tidak kalah cepat, segera mengambil baju di sebelahku untuk kututupkan pada pangkal pahaku, takut ketahuan.

Kuperhatikan wajahnya yang sedikit ditumbuhi jenggot, cambang dan kumis, hidung yang mancung, alis yang tertata bagus dan mata coklatnya yang mengoda dan rambut yang basah kebelakang menambah karismanya.

"ARY khan!?!?", kembali dia memanggil namaku, aku segera tersadar.
"FRANS!!?? how are you?!", selanjutnya kami segera terlibat percakapan seru.

Frans.., seorang pemuda asal Perancis, mungkin usianya sama dengan aku. Aku kenal dia waktu di pesawat dari Jakarta ke Mataram pertama kali, kebetulan waktu itu dia duduk di sebelahku dan kita sama-sama menginap di hotel yang sama, sebuah hotel di bilangan jalan Sriwijaya.

Singkat cerita, Frans kemudian menawarkan agar aku menginap di home stay-nya karena kebetulan dia tinggal sendiri dan kebetulan juga aku belum memesan tempat menginap. Karena hari mulai gelap, kita berjalan beriring menuju home stay Frans. Sepanjang jalan kita terlibat percakapan yang masih seru sambil mataku menyapu pemandangan sekitar yang mulai meremang, termasuk para turis yang berjalan kaki lalu lalang bertelanjang dada dan berpakaian seadanya memamerkan body mereka yang hhmm!

Sesampai di home stay Frans aku segera ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang mulai gatal, sementara Frans beristirahat di tempat tidur menunggu giliran mandi. Segera kubasuh badanku dengan air dan kugosok dengan sabun cair, tapi beberapa bagian tubuhku terasa perih (pasti karena tergores karang tadi). Dengan sedikit mendesis menahan perih aku gosok seluruh tubuhku, namun tiba-tiba...

"Ada yang bisa aku bantu??!!"

Aku terkejut karena tiba-tiba Frans telah berada di belakangku. Rupanya aku mandi tanpa menutup pintu kamar mandi, dan sudah kebiasaanku sejak lama (pembaca pasti sudah tahu) sehingga Frans bisa masuk kamar mandi.

"Nggak... Aku dengar kamu tadi mendesis... Ada yang sakit...??", lanjut Frans.
"Iya nih badanku sedikit perih-perih... Kena karang kayaknya tadi!!", jawabku singkat.

Dengan sabun cair Frans segera mengosok punggungku, belakang leherku lalu turun ke pantat dan pangkal kakiku. Karena sentuhannya itu batang kemaluanku langsung berdiri, aku berusaha menutupinya dengan berusaha membelakanginya. Namun sentuhan Frans yang semakin lembut membuat desahanku semakin mengebu, yang tadinya karena perih sekarang bercampur dengan desahan kenikmatan.

Mendengar desahanku yang makin bernafsu, Frans makin berani, dia mulai mengosok bagian depan tubuhku. Dipeluknya tubuhku dari belakang dengan tangannya mulai memainkan kedua putingku dan perutku! Segera kubalikkan badanku, dan kudapati Frans telah telanjang bulat dengan batang kemaluan yang berdiri tegak, warna kemaluannya yang kemerahan membuatku semakin bernafsu!

Kucium bibir Frans, Frans membalas dengan bernafsu, dia mulai mengulum bibirku dan memainkan lidahnya, kami saling berpelukan dan berciuman di bawah guyuran air. Frans merekuh diriku dan melumat bibirku, bibirnya terasa hangat dan nikmat, lidahnya menari-nari di rongga mulutku.

"Oohh... Eehh... Sshh... Nikmat sekali," desah Frans.

Sambil berciuman kutelusuri seluruh lekuk tubuhnya yang atletis dari dada, punggung, perut, pinggang, pantat dan pahanya. Demikian juga dengan Frans, dia membelai seluruh lekuk tubuhku, kadang dengan belaian lembut, kadang dengan pijatan tangannya.

Kemudian bibir Frans mulai turun beralih ke kedua putingku, dijilati dan digigit-gigit kecil putingku.

"Oohh..." aku menggeliat kenikmatan.

Aku menjerit pelan ketika Frans mulai mencium perutku dengann sesekali mengigit pelan, dijilatinya bulu kemaluanku yang tipis karena habis aku potong. Selanjutnya Frans sudah berjongkok di depan senjataku yang sudah tegak sejak tadi, kemudian Frans mulai menjilati kepala kemaluanku, dijilatinya lubang kemaluanku.

"Oohh... Eehh... Sshh... !!".

Segera dihisap dan dikulum senjataku yang lumayan besar dengan sesekali dikocoknya. Frans menikmati senjataku dengan penuh nafsu. Aku mengerang, menggeliat menikmati hisapannya. Frans menjilati batang kemaluanku, dari kepalanya yang besar dia bergerak mengelilingi batang kemaluanku turun-naik beberapa saat, kemudian dia beralih ke daerah lipatan paha dan buah zakarku. Buah pelirku disedot, dilumat dan dimainkan dengan lidahnya.

"Aagghh..." aku semakin menggelinjang dan meregang sambil kuremas rambutnya. Dijilati seluruh batang kemaluanku, dihisap dengan keras dan dipaksakan masuk ke mulutnya dengan menelannya.
"Mmhh.. Sshh.. Aacchh.. Mmhh.." aku mendesis dan melenguh kenikmatan.
"Oogghh... Oocchh... Sstt..." kuangkat sedikit pantatku dan kakiku meregang karena nikmatnya.

Frans terus menghisap dengan lembut, memasukkan dan mengeluarkan batang kemaluanku dari mulutnya, semakin lama semakin cepat. Kemudian Frans menuntunku untuk membuat posisi 69 di lantai kamar mandi, kini batang kemaluannya yang kemerahan berada di depanku, dengan bernafsu kujilati paha, daerah lipatan antar paha dan terus ke buah zakarnya, kurasakan bau khas laki-laki yang semakin merangsang birahiku. Kupegang dan kujilati kemaluan Frans, mulai dari kepalanya yang besar, kumainkan lidahku di lubang kemaluannya, Frans meregang, otot pantatnya mengeras.

Kulanjutkan jilatanku terus ke bawah menyusuri batangnya sampai kantung buah zakarnya. Batang kemaluannya semakin membesar dan tegang, segera kuhisap dalam-dalam dan kurasakan denyutan uratnya keras tapi lembut, mulai kukocok keluar-masuk dari mulutku. Frans mengimbangiku dengan menggoyang naik turun pantatnya. Sementara itu Frans juga sedang sibuk menghisap batang kemaluanku."Oocchh..." aku merasakan sensasi perasaan yang sulit kutuliskan, tubuhku meriang. Semua berlangsung dengan irama yang semakin cepat disertai erangan-erangan kenikmatan.

"Oohh... Aku mau keluar..." teriakku.
"Aku juga..." balas Frans.

Aku semakin mempercepat gerakanku, demikian juga Frans dan..

"Oocchh...", Croot... Croot... Croot... kami hampir bersamaan melenguh panjang disertai semburan sperma kami yang putih dan kental, sekujur tubuhku merinding, bergetar dan tegang sebelum akhirnya melemas perlahan. Aku melihat sperma Frans muncrat ke perut dan dadanya yang bidang.

"I love you..." bisik Frans sambil mengecup bibirku.

Kamipun akhirnya mandi berdua dengan saling mengosok dengan sabun.

Selesai mandi akupun segera keluar kamar mandi dan mengosok tubuhku dengan handuk, namun belum juga kering tubuhku... Frans mendekap tubuh ku dari belakang. Di kecupnya leherku dan belakang telingaku, dimainkann lidahnya di telingaku, semantara tangannya mulai memainkan puting dan perutku.

Sejurus kemudian kami sudah saling berciuman sambil bergulingan di kasur kamar! Semuanya kembali membuat kita kembali bernafsu!

"Oogghh... Fuck me.. Fuck me.. Please..." pinta Frans.

Frans kemudian menggeser tubuhnya ke pinggir ranjang dan mengangkat kedua kakinya. Aku segera turun dan berdiri di pinggir ranjang, perlahan-lahan kubimbing batang kemaluanku ke lubang anus Frans dan langsung kusodok.

"Aacchh... Sstt," Frans mendesah.

Aku berhenti sejenak, setelah kurasakan otot anus Frans kendor kembali, aku segera mendorong batang kemaluanku dan akhirnya batang kemaluan besarku itu menerobos ke lubang anus Frans. Aku mulai menarik dan mendorong perlahan dan semakin cepat, Frans mengimbangiku dengan menggoyang pantatnya, dengan tangannya terus mengocok batang kemaluannya sendiri.

"Oogghh... Sstt..." kami berdua melenguh nikmat bergantian.

Dengan batang kemaluanku yang masih di anusnya, kami bergerak ke atas tempat tidur. Frans dengan posisi terlentang di tempat tidur, dinaikkan kakinya di pundakku, aku masih terus menarik dan mendorong dengan cepat, sambil terus aku mencumbunya dengan ciuman dan jilatanku di bibir atau di putingnya.

Kami berdua mengerang kenikmatan dengan nafas yang makin memburu. Beberapa saat kemudian kami berganti posisi. Aku tidur terlentang dan Frans jongkok di atas batang kemaluanku.

"Aagghh... Oocchh..." kami melenguh bersamaan, kurasakan lubang anusnya hangat, menjepit dan meremas batang kemaluanku, sementara Frans meringis kenikmatan. Dengan berirama Frans bergerak naik turun sambil menggoyang dan memutar pantatnya.
"Aagghh... Sstt... Aacchh..." aku mengerang dan mendesis kenikmatan. Tanganku yang tadi memegang pinggang Frans sekarang membantunya mengocok batang kemaluannya yang besar.

Selanjutnya aku menyodok Frans dari belakang, dengan posisi tidur miring Frans mengangkat kaki kanannya sedikit dan aku menyodoknya dari belakang, sambil aku ciumi leher bagian belakangnya dan ku kocok batang kemaluanya dari belakang. Beberapa lama kami saling mendesah dan mengerang dengan irama yang makin berpacu.

"Oohh... Aku mau keluar..." teriakku.
"Aku juga..." balas Frans.

Aku semakin mempercepat gerakanku dan Frans juga mengocok batang kemaluannya semakin cepat dan "Oocchh... Croot... Croot... Croot..." kami hampir bersamaan melenguh panjang disertai semburan sperma kami yang putih dan kental, sekujur tubuhku merinding, bergetar dan tegang. Kami berpelukan erat-erat, tubuh kami menegang sebelum akhirnya melemas perlahan. Aku melihat spermaku meleleh keluar dari anusnya dan sperma Frans muncrat ke tempat tidur.

"I love you..." bisik Frans.
"I love you too..." balasku sambil kukecup lehernya.

Kami pun tidur berpelukan beberapa saat, sementara batang kemaluanku masih di dalam lubang anusnya.

Recana liburanku yang semula hanya untuk week end, akhirnya aku perpanjang seminggu dengan minta cuti dari kantor. Dan kami menghabiskan hari-hari yang indah di Gili Trawangan.

Frans kini telah kembali ke negaranya, tinggallah aku di sini dengan kenangan indah dan menunggu kedatangannya pada musim panas berikutnya.

*****

Terima kasih atas perhatian kalian dan saya tunggu komentar kalian, I'm looking for a friends, and maybe more.


E N D





Gol-gol Indah
(by: a_fair@mail.com)

Aku mengenal seks dengan laki-laki semasa SMA saja, itu pun pada saat aku kelas 2 sampai 3 SMA.Karena aku orangnya tertutup akan masalah ini makanya selama masuk bangku kuliah keinginanku aku pendam. Apalagi di tempatku lingkungannya (kampus dan rumah) adalah homophobia!

Rasanya bosan juga kalau setiap selesai latihan bola (latihan setiap sabtu sore) aku harus mengurung diri di kamar kost atau pergi ke warnet, soalnya diantara sekian anggota klub bola kami, mungkin hanya aku yang tidak pernah pergi kencan. Sedangkan yang lain rata-rata sudah pada punya pasangan, cewek! Aku sih bukan tidak mau, memang tidak tertarik.

Umurku 23 tahun, tinggi 172 cm, berat 65 kg, aku suka sekali main bola di hobby grup kampusku (di daerah Suci, Bandung). Diantara teman-teman berlatihku, aku punya teman dekat 2 orang, namanya Deni dan Gugun. Mereka sama-sama punya cewek. Keakrabanku dengan keduanya didasari karena aku suka mereka. Deni dengan tinggi 175 cm, badannya padat dan kencang serta berwajah ganteng. Gugun tingginya 170 cm, juga padat dan berotot, dangan penampilan yang agak innocent, dengan latihan fisik yang lumayan berat dan juga diselingi dengan renang 2 minggu sekali. Sering sekali aku membayangkan bisa mendapatkan salah seorang dari sobatku ini sebagai "teman plus", tapi sepertinya tidak mungkin, yang kurasa mereka tidak mempunyai gelagat untuk suka pada cowok. Bagiku, Gugun dan Deni sering terlihat akrab sekali, maklumlah mereka dulu satu SMA, sebelum masuk ke Perguruan Tinggi Swasta ini, itulah yang membuatku agak cemburu terhadap mereka. Makanya aku selalu menempel mereka, kemana pun mereka jalan untuk mencari tahu apakah mereka Bisex, kecuali pada saat mereka apel dengan masing-masing ceweknya.

Setiap kali kuperhatikan, tetap saja keakraban mereka tidak menunjukkan gelagat Bisex. Pernah sih aku mancing-mancing untuk mengajak mereka nginap di tempat kost-ku (kedua-duanya sekaligus), yah.. tetap saja hasilnya nol besar. Pernah suatu kali aku membuka obrolan dengan topik bisex, tapi mereka hanya senyum-senyum saja, malah cenderung melecehkan, yang membuatku menjadi down.

Nah.. pada bulan Maret 2001, dimana rasa penasaranku terjawab begini ceritanya.
Hari itu latihan tidak lama lari keliling lapangan saja. Setelah selesai, seperti biasa setelah ngobrol sana sini, aku pamit mau pulang, dan salah satu dari kedua temanku bertanya dengan nada mengejek, "San.. loe kagak pernah ngapel masa sih loe, kagak minat ama cewek-cewek Bandung?"Aku tidak menggubris, sebenarnya perih sekali ditanya seperti itu, cuma aku berusaha menutupinya dengan membalas, "Ah bosen ah ama cewek.. lagi nyari cowok niih..!" timpalku sekenanya. Kedua temanku pun hanya tertawa, kebetulan aku berbeda arah pulang dengan kedua temanku itu, langsung saja aku pamit dan menuju arah rumah kost-ku. Perasaan sepi kembali menghantuiku, cuma aku langsung berpikiran, mending aku malam mingguan di warnet. Yaah.. hanya warnet yang bisa bikin hatiku agak terhibur, biasalah paling aku chat atau surfing melihat situs X.

Sesampainya aku ke tempat kost, aku tambah meringis soalnya teman-teman kost pada mudik.Waah payah! aku makin tidak bersemangat malah aku jadi malas ke warnet, lalu aku sambil istirahat nonton TV di kamar. Tidak lama kemudian ada yang mengetok pintu, aku berpikir paling si ibu kost yang mau nitip kunci rumahnya soalnya biasalah dia hari sabtu suka keluar kota, tapi kalau tidak salah ibu kost-ku itu sudah pergi dari tadi. Hmm, jadi siapa ya, masih dengan pakaian bola (soalnya tadi latihan tidak begitu berat jadi tidak membuat bajuku kotor) aku menuju pintu dan kubuka. Ternyata.. Gugun dan Deni yang mengetok masih dengan seragam latihan yang masih bersih itu.

"Eh.. kirain siapa, ayo masuk." ajakku.
"Kok nggak jadi pulang? kalian nggak siap-siap ngapel gitu?" tanyaku.
Deni menjawab, "Lagi males nih.." "Lagian gue juga nggak tega liat loe sendirian malem minggu begini.." seraya mereka melepaskan sepatu dan langsung masuk.
"Yang laen pada kemana San?" tanya Gugun.
"Tau tuh pada mudik, ibu kost juga nggak ada," jawabku sok tegas.
"Eh tuh kalo mau minum di tempat biasa, gelasnya juga yang biasa.."

Akhirnya memang benar, mereka berdua benar-benar tidak pergi ngapel, malah ngobrol di kamarku ngalor ngidul. Aku pada saat itu tidak ada kepikiran sedikit pun ke arah seks, maklumlah, yang tadinya aku siap-siap untuk bete sendirian, eh malah ditemenin sama dua orang cowok yang kusuka. Yah, obrolan pun berlalu begitu aja sampai-sampai sudah gelap, sekitar jam 7:30 malam. Karena aku merasa gerah, aku lalu siap-siap mandi. Tapi si Gugun menahanku supaya tidak mandi, kata dia, bau keringat cowok itu bisa bikin horny.
"Trus apa hubungannya?" tanyaku.
"Gini.. loe khan tidak percaya? mau bukti nggak..?" tanyanya lagi.
Deg! aku langsung berpikiran yang bukan-bukan, dan aku dengan sedikit memancing. Oke.. sekarang kita cari tahu siapa yang bau keringetnya bikin horny. Keduanya langsung setuju, dan tiba-tiba Deni dan Gugun langsung membuka kaosnya.

"Ayo San, buka bajunya," kata mereka.
Penisku langsung menegang ketika ditantang begitu. Melihat mereka sudah membuka kaosnya masing-masing, aku dengan terpaksa dan rasa ingin tahu lalu kubuka kaosku. Deni membuka permainan ini, lalu Gugun menutup dan mengunci pintu kamarku. Kita bertiga saling berdekatan, dan aku semakin horny melihat tubuh mereka yang agak mengkilat karena sisa keringat dan sedikit lengket, ditambah aroma laki-laki yang jantan sekali. Oh aku semakin tidak menentu. Degh.. degh.. degh.. Pertama kita bertiga saling memegang pundak samping kiri kanan.

"Sekarang loe yang akan di tes San.." ujar Deni sambil nyengir, lalu dia mencium ketiakku. Tak lama, "Hmm.. enak baunya loe San.." disusul dengan Gugun melakukan hal yang sama, cuma dia sambil sedikit menjilati ketiakku.

"Sekarang giliran loe San, loe jadi juri, mana diantara gue dan Gugun yang paling seksi bau keringetnya."
Lalu aku merunduk ke ketiak Deni. "Oooh baunya sangat enaak.. membuatku ingin menjilatnya.." apalagi aku sempat melirik ke arah puting si Deni yang mengeras itu. Belum sempat aku mengetes ketiak Gugun, dari arah belakang Gugun sudah memelukku seraya menciumi punggungku dan tonjolan di balik celananya menggesek-gesek samping pantatku, ditambah sentuhan kulitnya yang lengket membuatku semakin meledak-ledak. Melihat itu, langsung saja kulumat puting Deni dan dia mengerang-erang, "Terusin San!" ujarnya. Sambil dia melepaskan celana bolanya. Wow.. penis yang selama ini kuidam-idamkan itu keluar dari balik celana bolanya, dari putingnya aku langsung berpindah ke penis Deni dan Gugun berusaha melepaskan seluruh pakaianku lalu dia membuka pakaiannya sendiri. Akhirnya kami bertiga telanjang bulat, dengan sisa-sisa keringat sehabis latihan bola sore tadi.

Setelah agak lama, aku berpindah ke Gugun dan aku langsung mencium bibirnya. Kupegang batang penisnya yang paling besar dan panjang diantara kami. Dengan posisi berlutut dan berhadapan, aku dan Gugun saling berciuman, lalu Deni berdiri dan dari arah samping dia mengarahkan penisnya itu ke mulut kami. "Oooh enak sekali.." ditambah dengan aroma keringat yang sangat merangsang, aku sampai-sampai dengan serakahnya menghisap penis Deni. Melihat aku sibuk dengan mainan baruku. Gugun langsung berdiri dan berciuman dengan Deni, setelah itu Gugun merendahkan posisi badannya ke dekat pantat Deni. Aku masih sibuk menghisap penis Deni yang asin dan enak itu.

Tidak berapa lama kamudian, kaki Deni mulai mengangkang dan aku melihat dengan jelas Gugun bermain-main di sekitar pantat Deni. Bagiku bermain di daerah pantat adalah suatu hal yang baru. Lalu aku mendekati Gugun dan kita saling berciuman lagi. Kemudian Deni langsung nungging.

"Ayo San, loe mau coba pantat si Deni nggak?" tanya Gugun.
Aku yang sudah terangsang begitu hebat, tanpa berpikir lagi aku langsung menciumi pantat Deni dan menjilati anusnya.
"Enak nggak San?" tanya Gugun.
"Enak.." jawabku.
Lalu Gugun menawarkan lagi, "Loe mau nyoba yang lebih enak?"
"Apaan Gun?" tanyaku.
"Tadi kan pantat si Deni udah gue basahin duluan, jadi aromanya agak berkurang."
"Nih, cobain pantat gue." sahutnya.
Mendengar itu aku agak ragu dan Deni langsung bangkit, "Ayo Saan.. enak lhoo.."
Aku melihat si Gugun sudah nungging dan Deni menciumi putingku. Lalu, benar saja setelah aku mendekatkan wajahku ke pantat si Gugun, aroma khas tercium olehku, aku semakin horny saja begitu mencium aroma itu lalu aku langsung menjilati anus si Gugun. Dia mengerang keenakan.Setelah puas, aku berhenti. Deni dan Gugun pun mendekap dari kiri dan kanan.

"Loe mau dijilat San?" tanya Gugun dengan wajah menggoda.
"Gue mau ngerasain pantat loe.."
Aku langsung gugup, "Euuh.. gue belum pernah Den.. nggak ah.."
"Ayolaah.." bujuknya.
Akhirnya dengan beberapa sentuhan dari mereka aku menyerah dan mereka berdua saling berebut menjilati pantatku. Sesekali memasukkan jari ke anusku. "Oowww.. nikmaat.." aku tidak tahan akhirnya aku mencari dan mendapatkan pantat Deni, aku langsung menjilatnya sedangkan Gugun tetap menikmati sajian pantat virginku dari belakang. Dan.. setelah itu Deni langsung membalik badannya dengan kaki terbuka dan agak diangkat.

"Guun masukin doong.. Honeey.." pintanya.
Dengan sigap Gugun menghampiri Deni dan menghisap penis Deni, sambil jarinya keluar masuk anusnya. Aku sangat takjub melihat pemandangan ini, tanganku ditarik oleh Deni dan dia menggapai penisku dan mengarahkan ke mulutnya. "Ayo Guun.. masukin sayaang.." ujarnya. Dan.. "Bless.." penis Gugun lenyap ditelan pantat Deni, dibarengi dengan goyangan penis Gugun keluar masuk, dan Deni pun semakin giat menghisap penisku. Aku mencoba berganti posisi menjadi 69 tapi Gugun jadi terhalang, jadi cuma Deni saja yang bisa tetap mengisap penisku, sesekali dia memainkan jarinya di anusku, lalu menjilati anusku. Di depanku penis Gugun tetap keluar masuk pantat Deni. Lalu aku sambil mengocok penis Deni, aku merasakan lidah Deni menembus anusku. Aku mendongak ke arah Gugun.

"Guun.. gue juga dong.. masukin!" aku memohon sambil melihat wajah gantengnya yang sudah dibasahi dengan keringat.
"Oke Sayang.." katanya.
"Tapi sebelumnya loe duluan masukin ke pantat gue San! pleasee.." katanya.
Lalu dia tidur terlentang, dengan bantuan Deni akhirnya penisku juga masuk ke pantat Gugun. Kaki Gugun tertahan di pundakku. Lalu tak lama Deni pun mulai menggerayangi pantatku dengan jari-jarinya, saking enaknya aku berhenti. "Den masukin dong punya loe.. Deni sayang.." sambil kulebarkan selangkanganku, akhirnya Deni berhasil mendekatkan kepala penisnya ke anusku, lalu dengan perlahan (karena ukuran punya Deni tidak begitu besar tapi panjang) dan akhirnya masuklah batang penis Deni ke pantatku. "Ooohh.." aku merasakan nikmat yang tiada tara, di depanku merasakan pantat si Gugun dan wajah gantengnya, dan dari belakangku ditusuk oleh si Deni, benar-benar membuat kami bertiga mandi keringat, khususnya aku dan Deni.

Beberapa saat kemudian, Deni mulai merasa pertahanannya akan jebol dan dia membisikan sesuatu, "Sayang.. dikeluarinnya di dalem yaa?" sambil dia mencium leherku.
"Iyaa.." jawabku dan, "Aaah.. aauugghh.. oohh.." Deni meluncurkan spermanya ke dalam pantatku, terasa hangat dan menyembur. Sambil menarik perlahan, Deni memainkan putingku dan aku semakin merasa naik ke puncak. Aku merunduk untuk mencium Gugun.

"Guun.. gue juga di dalem ya dikeluarinnya.."
"iya Sayaang.. masukin aja semuanya.." pintanya dan sampai akhirnya Deni memasukkan jarinya ke dalam pantatku, aku semakin tidak tahan dan akhirnya, "Oohh.. nikmaat.." kukeluarkan semua spermaku ke dalam pantat Gugun sambil aku menarik tangan Deni dari pantatku karena terasa ngilu. Setelah keluar semua, kutarik penisku dan aku langsung mendekap Gugun dari arah kiri, dan Deni mendekap Gugun dari sebelah kanan. Aku berbisik pada Gugun, "Ayo Gun, sekarang loe keluarin.." lalu aku memulai gerakan mengocok penis Gugun yang agak besar itu, ditambah Deni menghisap putingnya dan, "San tolong gue, pakek jari loe dong Say.." kata Gugun, dan dia langsung mengocok penisnya sendiri dan aku menurut saja. Aku mulai menggerakkan jariku maju mundur, dan semakin cepat Gugun mengocokkan penisnya sampai akhirnya dia pun memuncratkan spermanya. Sprei kasurku sampai basah oleh campuran keringat dan sperma Gugun. "Oooh.. indah sekali sewaktu sperma Gugun memancar dari lubang penisnya.." lalu kami saling berpelukan dan saling membelai, agak lama.

Setelah tenaga kami agak pulih, lalu kami bangkit menuju kamar mandi yang berada di kamar kost-ku. Sambil mandi mereka berdua bercerita, ternyata mereka selama ini telah sering melakukan hal ini, antara Deni dan Gugun. Setelah melihat aku yang selalu sendiri dan tidak pernah kencan dengan cewek, mereka punya kesimpulan bahwa aku ini ada kemungkinan suka cowok juga, jadi mereka merencanakan hal ini sebelumnya ingin menambah variasi katanya, dan tentu saja aku suka sekali, aku tidak mau kehilangan mereka berdua, dan syukurlah mereka juga tidak mau kehilanganku dan cewek mereka selama ini, untuk apa ya?
Den, Gun, thanks ya.. kalau bukan karena kamu berdua, saya tidak mungkin mengalami hal ini. Gool.. akhirnya saya kebobolan juga.

TAMAT





Bapak Kostku Tercinta
(by: tekerus@yahoo.com)

Sore itu cuaca begitu buruk, langit tampak gelap dengan gerimis yang mulai turun. Aku sendiri bete banget di kost-kost-an, sepi. Pak Arman bapak kostku masih di kantor, ibu kost ngurusin bisnisnya di luar kota dan kedua anak ibu kost kuliah di Jakarta, itu pula yang mungkin menjadi alasan mereka mau 'menampung' aku, 'dari pada sepi'.

Yang kost di rumah ini memang hanya aku sendiri, jadi sudah seperti keluarga. Aku sendiri masih duduk di bangku SMA kelas 2. Tapi karena kebetulan jarak sekolahku lumayan jauh, aku disuruh kost. Pak Arman sendiri adalah kenalan Bapakku.

"Bi, masak apa hari ini..?" dari pada menganggur, kuhampiri Bi Onah di dapur.
"Eh, Den Anto, biasa Den.. gulai kambing kesukaannya Tuan Arman."
"Wiih asiik Anto juga suka! Apalagi kalo Bibi yang masak, hmm.. enggak ada duanya Bi!"
Si Bibi hanya tersenyum.
"Anto bantuin ya?"
"Aduh enggak usah, Den! Inikan kerjaannya cewek.."
"Kata siapa, Bi. Sekarang mah udah berubah, enggak ada lagi perbedaan kayak gitu. Buktinya direstoran-restoran terkenal kebanyakan tukang masaknya cowok!"
"Tapi, Den.."
"Udah, enggak apa-apa Bi, dari pada bengong. Sekarang mana yang bisa Anto bantu?"

Akhirnya si Bibi nyerah juga. Aku bantuin apa saja sebisaku, motong-motong daging, menggoreng bumbu, wah ternyata asyik juga.
"Ada koki baru, nih?" tiba-tiba terdengar suara berat di belakangku, aku menengok, ternyata Pak Arman.
"Eh, Bapak..!" aku jadi malu sendiri, "Dari pada bengong nih Pak, apalagi tadi bete banget!"
Pak Arman hanya tersenyum.

"Pakaian Bapak kok basah semua?"
"Tadi mobilnya mogok di tengah jalan, ya udah mau enggak mau kudu hujan-hujanan.."
Aku terus menatap tubuh Pak Arman. Dalam pakaian basah seperti itu jelas sekali terlihat bentuk tubuhnya. Di usia kepala empat, Pak Arman memang masih kelihatan gagah dan kekar. Aku sedikit berdesir melihat tonjolan besar di balik celananya.

"Mandi dulu Tuan, nanti masuk angin.." si Bibi tiba-tiba menyela dari belakang.
"Iya Pak, lagian Ibu lagi enggak ada, entar siapa yang ngerokin!"
"Kan ada kamu!" Pak Arman tertawa mendengar gurauanku, tetapi kemudian ia segera berlalu ke kamar mandi.

Tak lama terdengar suara guyuran air. Tiba-tiba aku membayangkan bagaimana keadaan Pak Arman waktu bugil, memikirkan itu kemaluanku langsung mengeras. Malam itu sama sekali aku tidak dapat tidur. Entah kenapa tubuh Pak Arman yang basah terus terbayang di mataku. Busyet! Kenapa jadi begini? Untung acara TV malam itu lumayan bagus, jadi aku dapat sedikit mengesampingkannya.

"Belum ngantuk, To?"
Aduh, suara itu lagi.
"Eh, belum Pak..!"
Aku sedikit gerogi ketika Pak Arman duduk di pinggirku, padahal dulu-dulu tidak seperti ini.
"Acaranya bagus?" Pak Arman menatapku, oh Tuhan matanya begitu teduh.
"Lumayan Pak, buat nyepetin mata yang enggak bisa di ajak kompromi.."
Sesaat suasana hening.

"Bapak juga kok enggak tidur..?" kucoba memecahkan suasana, "Kangen Ibu, ya?"
Pak Arman tersenyum.
"Saya sudah biasa di tinggal istri, To.."
"Sorry, Pak.."
Aku jadi merasa tidak enak sendiri.

Malam semakin larut dan udara makin terasa dingin, dan kami masih asyik nonton TV, walaupun pikiran saya tidak tertuju kesana.
"To, Kepala saya agak pusing.., mau enggak kamu pijitin kepala saya..?"
Aduh saya benar-benar tidak tahu harus berbuat seperti apa. Pak Arman terus menatapku.
"I.., iya Pak..!" ujarku sedikit gugup. Aku kemudian berdiri.
"Mau kemana?"
"Mijitin kepala Bapak.."
"Udah kamu duduk disitu aja.."
Tanganku ditariknya kembali ke kursi panjang.

Sungguh aku tak mengerti. Aku kemudian duduk kembali dan tiba-tiba Pak Arman merebahkan kepalanya di pangkuanku. Sungguh saat itu aku tidak dapat mengendalikan lagi denyut jantungku.
"Di sini, To.." Pak Arman memegang tanganku dan kemudian diletakkan di keningnya.
Untuk sesaat aku terpaku dan kemudian dengan sedikit gemetar memijat keningnya. Kulihat Pak Arman memejamkan matanya. Dengan takut dan ragu-ragu kuperhatikan wajahnya. Sungguh sangat sempurna. Alis yang rimbun, hidung yang bangir, kumis tebal dan kaku, dagu yang terbelah.., oh Tuhan aku nyaris tak dapat mengendalikan diri.

"Oh, Nikmat sekali, To.." Pak Arman mendesaah perlahan.
"Aku jadi ngantuk, boleh tidur disini dulu enggak? Entar kalau acaranya selesai, bangunkan ya!"
"Ya, Pak.."
Entah mimpi apa aku semalam bisa berduaan seperti ini dengan Pak Arman. Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Tetapi kulihat Pak Arman tidak juga memejamkan matanya.

"Kenapa, Pak? Katanya mau tidur?"
Pak Arman terus menatapku, aku jadi salah tingkah.
"Aku teringat, Diko. Sudah 5 bulan aku tidak ketemu dengannya."
"Dia kan sedang kuliah, Pak.."
"Waktu kecil dia selalu kupangku seperti ini sambil kubelai rambutnya. Tak terasa anak-anak begitu cepat besar."
Kulihat mata Pak Arman menerawang.

"Waktu mereka masih ada, aku tak begitu merasa kesepian seperti sekarang, tapi ya begitulah tugas orang tua, memang cuma membesarkan dan mendidik anak, setelah itu.. Aku bersyukur ketika kemudian kamu kost disini, setidaknya rumah ini tidak begitu sepi lagi."
Aku begitu terharu mendengar kata-kata Pak Arman, begitu menyentuh. Dan tak terasa tanganku bukan lagi memijat, tapi telah membelai rambut Pak Arman. Pak Arman memejamkan matanya sepertinya ia menikmati semuanya.
"Semua orang tua mungkin pernah merasakan hal yang sama seperti Bapak.." aku mencoba menghibur, "Dan kalau Bapak mau, saya siap untuk menjadi teman bicara Bapak, kapan saja, asal Bapak tidak merasa kesepian.."

Pak Arman membuka matanya. Dipegangnya tanganku.
"Sungguh..?"
Aku menganggukan kepalaku. Pak Arman tersenyum, kemudian ia mencium tanganku.
"Thanks.." katanya manis.
Ya Tuhan, dadaku seakan mau meledak merasakan hangatnya bibir Pak Arman disertai gesekan kumisnya di tanganku. Aku bingung harus berbuat apa. Pak Arman tersenyum melihatku, kemudian ia meletakan tanganku di pipinya. Sejenak aku terpaku. Perlahan kemudian kubelai pipinya yang kasar. Pak Arman memejamkan matanya. Aku terus membelainya, merasakan jambangnya yang belum dicukur. Aku penasaran sekali dengan kumisnya.

"Kumis Bapak bagus.."
"Kamu suka..?"
"Ya, kelihatannya gagah.."
Dengan ragu kubelai kumis Pak Arman. Ia tetap diam seperti sedang menikmati semuanya. Bibirnya tampak sedikit merekah, begitu indah dan merangsang, serasi sekali dengan kumisnya yang tebal. Aku sudah tak dapat menahan diri lagi. Perlahan kubelai bibir itu dengan gemetar.

Sebenarnya aku takut dianggap tidak sopan, tapi kulihat Pak Arman tidak ada reaksi apa-apa. Aku semakin berani. Pak Arman kulihat semakin membuka bibirnya dan tanpa kuduga, tiba-tiba ia mencium jariku dan kemudian menghisapnya dengan perlahan. Aku begitu terpana. Matanya terbuka, ia tersenyum manis kemudian bangkit dari pangkuanku. Dipegangnya bahuku.

"Aku ingin tidur bersama kamu.."
Direbahkannya tubuhku di kursi yang sempit. Ia kemudian ikut tidur sambil memeluk tubuhku. Aku teramat merasakan kepadatan tubuhnya yang membuatku semakin nafsu. Ia membelai rambutku. Aku tatap matanya, ia tersenyum, didekatkan kepalanya dan tiba-tiba ia mencium bibirku. Lembuut sekali. Aku memejamkan mata meresapi sensasi yang begitu indah. Ketika kubuka mataku ia sedang menatap wajahku, kemudian dielusnya pipiku, alisku, bibirku, dan kemudian ia menciumku lagi lebih lama. Bibirnya terasa manis, kurasakan lidahnya menelusup di rongga mulutku. Aku merasakan nikmat yang amat sangat, apalagi kumisnya begitu kasar. Kucengkeram punggungnya dengan kuat, nafasku semakin memburu.

Pak Arman benar-benar ahli, aku yang baru pertama kali mengalaminya seperti orang meriang. Pak Arman tiba-tiba melepaskan ciumannya, ia menatapku dengan mesra.
"Kamu menyukainya, To..?"
Ya ampun.., kenapa dia harus bertanya seperti itu, sementara nafsuku semakin membuncah. Aku menganggukan kepala seraya membelai lehernya.
"Ini yang pertama, Pak.."
Aku mendekatkan lagi bibirku dan dengan ganas kembali kulumat bibir jantannya. Kutindih tubuhnya dengan nafsu.

"Jangan disini, To.."
Aku menghentikan aksiku. Pak Arman bangkit. Dimatikannya TV, kemudian ia mencium keningku sebelum membopongku ke kamarnya. Aku terpekik sejenak, tapi langsung kupeluk leher Pak Arman sambil kucium dadanya. Pak Arman tertawa kecil.

Sesampainya di kamar, dengan perlahan direbahkannya tubuhku. Sambil menindihku Pak Arman terus menatap mataku dengan mesra, aku sampai tersipu. Kupeluk tubuhnya sambil kugigit lehernya, Pak Arman sampai terpekik.
"Wah, kamu mirip drakula.." Pak Arman terus menggodaku.
"Tapi drakula amatir.." balasku.
Pak arman tersenyum. Dipijatnya hidungku.
"Nih kalau yang profesional!"
Tiba-tiba Pak Arman telah mencium leherku dengan gigitan-gigitan kecilnya. Aku terlonjak, geli tapi nikmat, apalagi kumisnya terasa sekali menusuk-nusuk leherku.

Aku mengerang sambil menjambak rambutnya. Aku benar-benar tak kuat. Kakiku langsung kubelitkan di tubuhnya sambil menggeliat-geliat dengan liar. Pak Arman semakin bernafsu. Kini ia telah membuka bajuku, dijilatinya dadaku. Aku menjerit, benar-benar sensasi baru yang teramat indah. Aku semakin mempererat pelukanku, apalagi saat Pak Arman mengulum puting susuku, tubuhku sampai melengkung menahan kenikmatannya.

"Pak Arman, oohh.."
Pak Arman seperti tidak perduli dengan keadaanku, ia semakin buas. Tak lama kemudian tubuhku telah telanjang bulat, dan ia benar-benar membuatku tak berkutik. Ketika ia membuka bajunya, aku benar-benar terpana melihat tubuhnya yang masih berotot dengan bulu-bulu yang membelukar, membuatku semakin tak kuat, apalagi saat ia membuka celana dalamnya, oh.., batang kejantanannya begitu besar dan kaku. Aku sampai ngeri sendiri.

Ia kembali menghampiriku dengan nafasnya yang memburu. Aku menyambutnya, kupeluk tubuhnya yang besar. Kubelai punggungnya sambil kuresapi ciumannya. Tangannya begitu nakal, dibelainya pahaku secara perlahan, dan kemudian bergeser ke arah batang kemaluanku yang tidak begitu besar. Aku pun tidak mau kalah, kuremas kejantanannya yang seperti pentungan hansip, Pak Arman mendesah. Aku kemudian melepaskan diri dari pelukannya. Kuciumi batang kejantanan yang begitu gagah, desahan Pak Arman makin keras. Di ujung kejantanannya yang hitam terlihat mulai keluar cairan bening, aku langsung menjilatinya, terasa asin tapi nikmat. Setelah itu langsung kukulum batangnya.

"Ohh.. nikmat sekali, To! Terus, To!" Pak Arman mencengkram kepalaku.
Aku semakin bersemangat, terus kukulum kejantanan itu sambil kumainkan lidahku di ujungnya, dan terkadang kugigit pelan karena gemas. Kemaluan Pak Arman begitu perkasa. Pak Arman terus mencengkram kepalaku. Bosan dengan itu kuciumi lipatan paha Pak Arman, ooh.. terasa sekali bau kelelakiannya. Lama juga aku bermain di situ, kemudian pelirnya kucium dan kukulum, sementara tanganku bermain di anusnya yang dipenuhi bulu. Aku mencoba memasukkan telunjukku, terasa sulit, tapi lama-lama bisa juga.

"Terus, to.. oh.., nikmat sekali.." Pak Arman semakin menggelinjang.
Kemudian kubalikkan tubuh Pak Arman. Kubelai pantatnya yang gempal, kucium dan terkadang kugigit. Oh.. nikmat sekali. Perlahan kubuka bongkahan pantatnya, kemudian kusibakkan bulu-bulunya yang lebat, terlihat anusnya yang mungil kemerahan seakan menantangku untuk mengulumnya. Langsung saja kujilati anusnya, desahan Pak Arman terdengar semakin keras, apalagi saat lidahku masuk ke lubangnya dan kemudian menghisapnya. Anusnya terasa harum sekali, sungguh aku sangat menyukainya.

"Oh.., Anton, Bapak enggak kuat lagi.."
Tiba-tiba Pak Arman membalikkan tubuhnya, dan kemudian membantingku ke kasur. Diciumnya leherku dengan ganas.
"Boleh, Bapak ngentot kamu..?" ia menatapku dengan harap.
Aku menganggukan kepalaku. Pak Arman langsung berdiri, kemudian ia menundukkan kepalanya di selangkanganku, kakiku ditariknya dan kemudian dijilatinya anusku. Oh Tuhan nikmat sekali, apalagi kumisnya kuat sekali menggesek-gesek kulitku.

Tak lama ia mengangkat kakiku, kemudian diletakkannya di pundaknya, batang kejantanannya terasa sekali menyentuh anusku. Sesaat aku merasa ngeri membayangkan batang kejantanan Pak Arman yang besar membobol anusku yang kecil, tapi nafsu telah mengalahkan segalanya. Pak Arman sendiri tampaknya kesulitan memasukkan kejantanannya. Ia kemudian memakai ludahnya untuk dijadikan pelumas, tak lama batang itu mulai masuk, aku menjerit kesakitan.
"Tahan dulu Sayang, Nanti juga tidak sakit.."
Aku menganggukan kepalaku.

Batang kejantanan Pak Arman makin masuk dan aku makin kesakitan. Pak Arman kemudian menciumbibirku sambil terus memasukkan kemaluannya. Ketika semuanya telah masuk, jeritanku semakin keras. Kemudian kugigit lehernya. Aku menangis kesakitan. Pak Arman diam sejenak, mencium bibirku, menjilati leherku dan mengulum telingaku. Sejenak aku melupakan rasa sakit itu. Ketika aku tidak menjerit lagi, ia mulai menggerakan batang kejantanannya. Kembali aku menangis kesakitan.

"Sabar Sayang.., nanti juga kau akan merasakan nikmat.." Pak Arman berusaha menghiburku sambil terus memberiku rangsangan-rangsangan.
Memang benar apa yang dikatakan Pak Arman, lama-lama aku merasakan nikmat juga. Perlahan kuimbangi gerakan Pak Arman sambil kubelai punggungnya yang liat. Keringat Pak Arman tampak sudah membanjir.
"Terus Pak.., terus..!" Aku semakin merasa keenakan.
Kupeluk tubuh Pak Arman makin erat, kucium ketiaknya dan kugigit lengannya.

"Oh.., anusmu nikmat sekali, Sayang.."
Gerakan Pak Arman semakin liar, digigitnya leher dan dadaku hingga membekaskan noda merah. Terasa sekali batang kejantanannya dengan kuat menyodok-nyodok anusku.
"Gimana Sayang.., apakah masih merasa sakit..?"
"Enggak Pak, nikmat sekali.."

Kugigit puting Pak Arman yang berwarna kemerahan. Kusedot-sedot hingga gerakan Pak Arman semakin cepat. Pantatnya yang gempal kembali kubelai, kuremas dan kubelai bulu kemaluannya sambil memainkan anusnya. Sesekali jariku menusuk-nusuk anusnya.
"Aku tak kuat lagi Anto.."
Tubuh Pak Arman tampak gemetar, kemudian ia memelukku dengan erat sambil menggigit dadaku. Dan kurasakan denyutan keras di anusku disertai semburan hangat.

Ketika semuanya reda, Pak Arman tetap memelukku, kubelai dan kuseka keringat di wajahnya. Kemudian kembali kubelai rambutnya. Pak Arman memejamkan matanya.
"Terima kasih Sayang, aku puas sekali..!"
Diremasnya pundakku tanpa membuka matanya.
"Kamu ingin juga dikeluarkan..?" tiba-tiba Pak Armani membuka matanya dan menatapku.
Aku menggelengkan kepala, "Enggak usah sekarang, Pak.." aku tersenyum, "Aku hanya ingin membahagiakan Bapak.."

Pak Arman kemudian mencium pipiku dengan mesra.
"Lebih menyenangkan memeluk Bapak seperti ini.."
Kembali kurengkuh tubuh itu dengan kuat, kubelai sampai kemudian Pak Arman tidur di dadaku. Oh.., bahagia sekali rasanya hatiku, dan ini bukan mimpi.

Kami terus melakukan hal itu sampai saya lulus dari SMA, dan kemudian kuliah di luar kota. Sejak itulah kami jarang bertemu, tapi saya akan terus mengingat Pak Arman, karena saya amat mencintainya. Dan entah mengapa sejak saat itu saya lebih bernafsu dengan melihat tubuh cowok yang lebih dewasa atau bapak-bapak. Untuk teman-teman yang ingin menjadi sahabat saya, dapat menghubungi saya.

TAMAT





Berburu ^Burung^
(by: fikki@kompascyber.com)

Aku akan menceritakan, kisah unik ini karena baru saja terjadi, kira-kira 2-3 bulan yang lalu. Cerita yang mungkin tidak akan banyak orang yang percaya kalau yang melakukan itu aku, karena pada dasarnya aku berwajah imut, pendiam dan cenderung pemalu, meski aku dilahirkan sebagai laki-laki.

Oh ya, sebut saja aku Fik, umurku 15 tahun, aku duduk di kelas 1 SMU di kota S di Jawa Tengah.Namun cerita ini terjadi sewaktu aku di sebuah kota kecil di Jawa Timur, sebelum aku pindah ke kotaku sekarang. Awal kejadiannya mungkin pikiranku yang penuh sesak dengan hal-hal yang berbau pornografi, majalah, buku, novel atau kaset VCD yang kukoleksi, tidak tahu sekarang jumlahnya berapa di kotak rahasiaku, termasuk main internet sebagai hobby baruku. Parahnya, aku melakukan tindakan gila ini pada seorang bocah ingusan, dia tetangga sebelah rumah, Wen namanya. Dia masih kelas 6 SD. Meski tinggal bersebelahan tetapi baru sekitar satu semester ini kami akrab karena aku punya senapan angin untuk berburu dan dia suka juga berburu, sehingga waktu itu kami sering main bersama.

Pagi itu, hari Minggu, aku sudah berada di pekarangan belakang rumahku mencoba senapanku, dan mulai menembak, ternyata dia pun sudah berada di situ, hingga akhirnya kami pun berdua pergi ke sawah, menembak burung. Meski banyak sekali burung, tetapi kami sedang sial, karena tak seekor pun kami dapatkan hingga siang hari. Hingga kami putuskan untuk istirahat dulu di dangau tengah sawah karena kami rasa langsung pulang terlalu panas, sementara kami membawa bekal sedikit makanan sehingga tak perlu takut kelaparan.

Sambil menikmati makanan aku pun memulai obrolan.
"Wen, sekarang umurmu berapa?"
"11 tahun, kenapa Mas?" jawabnya balik bertanya.
"Wen kamu pernah onani?"
"Nggak, Mas." katanya sambil beringsut hendak berdiri.
"Mau kemana Wen?" sambil kupegang celananya, tapi.. "Ssrett.." celananya malah merosot hingga terlihat kelaminnya, kulihat merah padam wajahnya. Sambil membetulkan celananya.
"Mas, Fik.." pekiknya.
"Maaf, aku nggak sengaja," kataku, "Ah gitu saja malu, kita kan cuma berdua, sama-sama laki-laki lagi, aku saja nggak malu kalau kamu mau lihat anuku," sambungku menggoda.
"Tapi Mas."
"Ah kamu, nih aku tunjukin punyaku." sambil kubuka reitsleting celanaku dan kukeluarkan penisku. Wen pun duduk kembali di sampingku.

"Kamu nggak malu Mas?"
Aku pun hanya menggeleng.
"Kamu tahu kagak onani?"
"Nggak, onani apaan Mas."
"Onani itu mengeluarkan sperma dari penis ini, rasanya enak banget."
"Apa iya Mas, bukankah dari penis yang keluar air kencing?"
"Bukan itu saja, ada air kental putih yang bisa keluar dari sini, itu namanya sperma." jelasku.
"Oo air mani, aku pernah dengar dari guru ngajiku."
"Begini nih caranya," jawabku sembari mengocok penisku pelan-pelan, lama-kelamaan semakin cepat hingga penisku yang tadi sebesar jempol kaki sekarang sudah menegang bertambah besar dan menegang agak kemerahan. Wen pun hanya menelan ludah melihatku, sementara kulirik celananya, ada benjolan di selakangannya, rupanya dia pun terangsang melihat permainanku. Aku pun terus melakukan kocokan pada penisku hingga kurasakan spermaku mau keluar, sebentar kemudian kuhentikan dan kupegang tangan Wen dan mendekatkannya ke penisku.

"Wen, coba kamu yang mengocok."
"Nggak mau Mas"
"Ah kamu.. begini lho." sambil kusentuhkan pada penisku dan sesaat kemudian dia berubah pikiran dan segera memegang batang kelaminku, begitu kuatnya sehingga terasa sekali jepitannya dan dikocoknya pelan-pelan, kemudian dia percepat setelah kusuruh mempercepatnya hingga aku tidak tahan lagi, mengeluarkan spermaku.

"Ah, Wen.." aku mengerang sambil memiringkan tubuhku ke arah Wen dan, "Crott.. crott.. crott.." cairan putih kental menyembur dari ujung penisku, berceceran diantara tempat duduk kami.
"Ah, enak sekali kocokanmu, enak banget."
"Apa iya Mas."
Aku pun mengangguk pelan.
"Gimana kamu mau coba?" seraya tanganku meraih selakangannya yang dari tadi menonjol.
"Jangan, Mas"
"Ah nggak pa-pa kok, rasanya enak banget, kamu harus coba, nggak usah malu kita hanya berdua kok," kataku meyakinkan.
Kali ini dia tidak menghindar lagi ketika tanganku meraih selakangannya. Segara kukeluarkan penisnya dari celananya.
"Penismu besar juga, Wen" pujiku.
Untuk anak seumur dia penisnya cukup besar dan panjang apalagi dalam keadaan menegang. Langsung kubelai-belai batang kelaminnya kemudian kugenggam dan kukocok pelan.

"Wen, sekarang rasakan nikmatnya, ya."
"Ah.. Mas," dia hanya mendesah menikmati kocokanku. Sementara kocokanku makin lama makin kencang kemudian pelan lagi membuat dia hanya bisa menggeliat tidak karuan sambil mendongakkan kepalanya menatap langit. Aku pun kemudian menghentikan kocokanku, terlihat wajah Wen yang kaget, kocokannya kuhentikan.
"Kenapa, Mas?"
"Begini Wen, ada satu cara lagi menikmatinya, lebih enak dari yang ini namanya oral seks, yaitu dengan mulut dicoba, ya." jelasku.
Dia pun hanya mengangguk, karena sudah merasakan bagaimana nikmatnya permainan ini. Segera kupegang batang kelaminnya dan kumasukkan ke dalam mulutku dan langsung aku menghisapnya, terlihat Wen lebih menikmatinya, terdengar berulang kali desahan nafasnya dan erangannya sambil menggelinjang.

"Ah.. Mas, enak sekali.. hisap lagi Mas." aku pun menghisap kembali penisnya dan beberapa saat kemudian tubuhnya terasa mengejang, nafasnya pun tak karuan.
"Mas, aku mau kencing.."
"Tahan dulu Wen, sebentar lagi," sambil kuteruskan mengulum batang kemaluannya dan sesekali aku menghisapnya. Wen semakin mengejang dan..
"Aku tak tahan lagi Mas," sambil memiringkan tubuhnya ke arahku, aku pun segera melepaskan penisnya dari mulutku dan kupegang erat penisnya dan mengocoknya agak cepat, hingga erangan panjang dari Wen seiring sperma pertamanya muncrat dari lubang penisnya.
"Crott.. croott.. crott.." banyak sekali sperma yang keluar dari kelaminnya.
"Kamu bener Mas, enak sekali," katanya sambil terengah-engah menahan nafasnya.
"Kubilang juga apa, emangnya aku pembohong." jawabku.
"Wen, sebenarnya ada satu lagi cara seks yang belum kamu ketahui, cara-cara ini dilakukan jika kita nggak punya teman wanita yaitu onani seperti tadi, oral yang baru kulakukan terhadapmu dan satu lagi namanya anal seks apabila kita melakukannya dengan laki-laki juga." jelasku.
"Apa lagi Mas" tanya Wen setengah tak percaya.
"Yaitu menggunakan anus."
"Hii.." dia agak kaget.
"Tak apa-apa, rasanya seperti tadi bahkan keduanya bisa merasakan kenikmatan yang sama," jelasku lagi.
"Mau mencoba?"
Ternyata diluar dugaanku, dia mengangguk tanda setuju.

"Tapi kamu harus membuat terangsang lagi, kamu kan belum ngemut anuku," sambil mendekatkan penisku yang menegang kembali ke wajahnya. Tanpa berkata lagi dia pun langsung memegangnya dan mengulum penisku sambil sesekali dihisapnya, membuat penisku cepat menegang kembali. Tak berapa lama kurasakan penisku sudah cukup tegang dan menyuruhnya menghentikan kulumannya.

"Sekarang waktunya anal seks, kamu yang menggunakan anus ya."
Dia pun mengangguk pelan.
"Kamu menungging membelakangiku, Wen."
Dia pun menurut saja dan menyodorkan pantatnya ke arahku, segera kupegang anusnya dan kumasukkan penisku pelan-pelan ke anusnya. "Bleess.." tiba-tiba ia berteriak kesakitan,"Aduh, sakit Mas!"
"Sebentar lagi juga tidak." sambl meneruskan menggerakkan penisku maju mundur di anusnya.
Dia pun terus mengerang menahan sakit, tapi itu tak berlangsung lama karena kemudian yang terdengar adalah desahan pertanda dia sudah bisa menikmatinya. Aku pun tak hanya mengocokkan penisku di anusnya, aku pun menggerayangi tubuhnya, kuremas-remas lagi penisnya yang juga mulai menegang dan mengocoknya sambil terus kumaju-mundurkan penisku di lobang pantatnya, hingga aku pun semakin mendekati keluarnya spermaku. Dia pun ternyata juga semakin menikmati karena penisnya pun menegang keras sekali, dan aku pun terus mengocoknya hingga tubuh kami merasakan bergetar dan mengejang satu sama lain. Segera kucabut batang penisku dari anusnya, "Plubb.." Wen mengerang, "Aahh.. Nikmat sekali."

"Wen, sekarang kita kocok penis kita bersama-sama yuk."
"Yuk.." sambil mendesah.
Kami pun kemudian duduk berhadapan dan merapatkan penis kami berdua dan mulai mengocoknya bersama-sama, pegangannya masih begitu kencang hingga beberapa saat kemudian kami pun tak kuat lagi menahan sperma yang mau keluar dan, "Croott.. crott.. croott.." banyak sekali sperma yang keluar dari kedua penis kami seiring erangan panjang kami berdua. Kami pun kemudian merebahkan tubuh telanjang kami di dangau sambil tetap memainkan kelamin kami masing-masing. Beberapa saat kemudian kami tertidur di situ karena kelelahan. Hingga kemudian sinar matahari yang sudah condong ke barat menerpa tubuh kami dan kami pun bergegas pulang. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya kami bercerita tentang enaknya permainan kami tadi.

TAMAT





Bersama Kapten Heru
(by: zico90023@mail1.bolehmail.com)

Tak pernah terbayangkan olehku bertemu dengan seseorang yang mengagumkan, baik hati, gagah, menyenangkan dan pasti handsome, dialah Kapten Heru. Malam itu aku merasa lapar sekali, sementara jam sudah menunjukkan pukul 07:30 WITA. Segera kupacu mobilku ke sebuah restaurant fast food terdekat. Kota ini memang tidak terlalu besar, sehingga tidak banyak tempat yang bisa dikunjungi, dan kalau malam yah tidak terlalu ramai. Beda sekali dengan kota kelahiranku, ibukota Jakarta. Aku sendiri baru beberapa bulan di kota ini untuk bekerja.

Malam itu aku memesan beberapa fried chicken dengan nasi dan soft drink. Aku pun duduk di sebuah bangku yang menghadap ke luar. Di sampingku sudah duduk seorang laki-laki, mungkin berumur sekitar 35 tahun. Dengan senyum aku pun duduk didekatnya.
"Ma'af Pak," kataku sambil senyum dan meminta izin untuk duduk di sampingnya.
"Silakan, Mas," jawabnya sambil juga tersenyum.
"Sepertinya bukan orang sini?"

Rupanya dia mendengar logat bicara saya, sehingga dia menarik kesimpulan seperti itu. Akhirnya kami pun saling memperkenalkan diri. Ternyata dia seorang anggota militer bernama Heru, ya dia kapten Heru. Dia pun ternyata juga bukan orang sini, dia bertugas di kota ini. Dan yang lebih mengagumkan, ternyata umurnya sudah 45 tahun. Benar-benar terlihat muda dan gagah dengan kumis yang tertata rapih.

Kami pun terus bicara dan Kapten Heru pun bercerita banyak mengenai pengalamannya, baik dalam penanganan keamanan di lingkungan, maupun cerita-cerita yang membuat hatiku deg-degan juga. Pengalamannya sudah banyak sekali, hampir seluruh pulau di Indonesia sudah dikunjungi dalam rangka tugas. Aku sangat tertarik dengan semua cerita-ceritanya termasuk cerita cintanya dengan beberapa wanita di kota ini.

"Begitulah pengalaman saya Mas.." katanya kemudian. Sebenarnya aku tidak hanya tertarik dengan semua ceritanya, tapi yang membuatku lebih tertarik lagi adalah gaya bicaranya yang jelas dan tegas, wajahnya yang ganteng dan penampilannya yang gagah. Beberapa kali ceritanya diiringi dengan senyuman yang membuatku tak berdaya memandangnya.

"Oh ya, kita baru kenal tapi sepertinya saya begitu dekat dengan Mas, sehingga saya cerita tanpa kendali, sampai cerita pribadi.. ha ha ha.. Mas sendiri punya pengalaman apa?"
Tiba-tiba saja kapten Heru mengejutkanku dengan pertanyaannya. Aku terkejut dan bingung apa yang harus kuceritakan.
"Wah, cerita apa ya?" kataku sambil berpikir.
"Anda ramah dan baik, sehingga saya pun merasa kita sudah kenal lama sekali. Tapi apa yang bisa saya ceritakan?"
"Masa tidak punya pengalaman?"
Aku hanya terdiam berpikir. Sementara kami pun selesai makan.
"Baiklah, saya akan ceritakan pengalaman pribadi saya, tapi baiknya tidak di sini," kataku.
"Mari kita ke mobil saya.. nanti saya cerita pengalaman saya."

Kapten Heru hanya terdiam, tapi aku melihat dia sepertinya tertarik dengan cerita yang akan aku ceritakan.
"Tapi nanti saya diantar kembali kesini, karena saya juga bawa mobil."
"Tidak apa-apa," kataku.
Kemudian kami pun berjalan ke arah mobilku dan segera kustater.
"Saya punya pengalaman agak pribadi sekali, Pak. Itulah sebabnya saya ingin cerita di luar, karena hal ini tidak umum sekali. Dan saya hanya cerita kepada Bapak, dan tolong jangan ceritakan pada orang lain."
Kapten Heru makin penasaran tapi dia pun menyetujui dan berjanji untuk tidak menceritakan pada orang lain.
" Saya mempunyai seorang teman yang sangat special sekali di Jakarta. Kami selalu jalan bersama, makan bersama, nonton bioskop, olah raga, dan kadang tidur bersama. Kami juga sering 'ML', kami sering bercinta.."

Kapten Heru mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Dia seorang teman yang baik, berumur hampir 50 tahun, selisih umur dengan saya 20 tahun. Tapi.. dia sudah punya anak dan sudah beristri."
"Beristri?" kapten Heru bertanya dengan heran.
"Maksudnya?"
Aku terdiam sejenak.
"Yah.. saya bercinta dengan sesama jenis.." kataku pelan, saat itu pula Kapten Heru hanya terdiam tapi kemudian dia tersenyum.
"Saya senang dengan Bapak," kataku tiba-tiba dan tak terasa tanganku sudah berada di pahanya. Kapten Heru hanya tersenyum dan membiarkan tanganku menjelajah di pahanya.
"Saya lihat Mas biasa saja.. dan sama sekali tidak terlihat kalau Mas menyenangi sesamaihat kalau Mas menyenangi sesamaan, smart, pandai dan ramah. Saya tidak percaya itu."
"Tapi itulah yang terjadi saat ini," kataku sambil terus tanganku mengelus menjelajahi paha Kapten Heru sambil sesekali saya memegang perutnya yang terasa begitu keras.

Kapten Heru terus bicara pada saya, sementara saya sudah tidak tertarik dan sepertinya saya sudah tidak tahu lagi apa yang dibicarakannya mengenai diri saya. Saya lebih tertarik dengan senyumnya, wajahnya, suaranya dan entah kenapa tangan saya sudah jauh menjelajah memasuki daerah terlarang. Tangan saya sudah mulai mengelus sesuatu yang agak menonjol dari celana Kapten Heru. Dan tanganku pun mulai menarik resleting celananya, hingga Kapten Heru memegang tanganku.
"Oh, ma'af.." kataku ketakutan.
Aku.. oh, aku tidak bisa lagi mengendalikan diri. Aku begitu bernafsu, sehingga lupa siapa yang kuhadapi saat ini. Aku terdiam ketakutan, sementara keringat dingin mulai mengucur dari keningku. Badanku gemetar, aku takut sekali.
"Saya bukan seperti itu.." kata Kapten Heru dengan melontarkan senyum.

Aku pun makin bingung dengan sikap dan tindakanku, aku tidak mengerti dengan senyumnya.
"Saya tertarik dengan semua ceritamu, tapi saya sendiri sebenarnya tidak seperti itu," kata Kapten Heru.
"Tapi saya dapat mengerti perasaanmu."
Mengerti? Oh aku benar-benar bertambah bingung. Sementara tanganku masih dipegangnya. Pegangannya begitu kuat sehingga menusuk jantungku.
"Ma'afkan saya Pak Heru.." kataku pelan.
"Saya menyukai Bapak."

Kapten Heru hanya kembali tersenyum, lama kami terdiam.
"Baiklah, kita coba.."
Ohh meledak sudah perasaanku, kata-kata yang membuatku terkejut, kukira dia akan marah besar padaku, ternyata!
"Tapi jangan di sini.. tidak baik dilihat orang.." kata Kapten Heru kembali.
Langsung saja kupacu mobil mengarah ke rumahku. Tak banyak lagi yang kami bicarakan, hingga tiba di rumahku. kemudian kuajak Kapten Herui masuk dan kukunci rumah dengan rapat.

Sementara Kapten Heru duduk di sofa, akupun pergi mengambil air minum. Di rumah ini aku hanya tinggal sendiri. Kapten Heru pun minum air yang kuberikan, saat itu pun aku sudah tak tahan lagi, segera kuberlutut dan kupeluk perutnya dan kuciumi kedua belah pipinya. Kapten Heru hanya diam sambil sesekali meringis kegelian dan terus senyum sambil tanganya memegang bahuku. Dengan perlahan kubuka kancing bajunya satu persatu hingga terlihatlah bentuk tubuhnya didalam kaos ketatnya. Langsung kubuka kaos tentaranya dan ohh bagus sekali tubuhnya, dadanya yang bidang ditumbuhi oleh bulu-bulu yang tipis dan terus sampai ke bawah dan mungkin sampai ke daerah vitalnya.

Kemudian aku pun membuka pakaianku. Kubuka celana panjangnya sambil terus kunikmati aroma kejantanan Kapten Heru. Ohh betapa nikmatnya, aromanya begitu khas masculin. Bulunya begitu lebat sekali disekitar senjatanya terus memenuhi hingga paha dan kakinya, segera kuhisap dan kunikmati senjatanya yang berukuran normal. Ohh nikmat sekali, beberapa kali Kapten Heru mengerang, menikmati hisapanku.

"Ohh teruuss.. enak sekali.. teruss.."
Kami pun sudah telanjang tanpa busana di sofa ruang tamu. Kapten Heru sudah tak tahan, nafsunya telah sampai ke ujung kepalanya, mendidih, dan dia langsung merebahkan tubuhku di sofa panjang menaiki tubuhku dan segera menggenjot senjatanya di antara kedua belah pahaku, aku pun sangat menikmatinya. Ohh.. nikmat sekali.
"Teruuss.. Pak Heru.. Ohh.. enak sekali.."
Kami pun berpelukan dan aku pun berusaha mencium bibirnya. Ohh nikmat sekali bibirnya, nikmat sekali. Terus kuraba tubuh Kapten Heru yang kekar berisi sambil terus raba pantatnya yang keras berisi. Dengan nafas yang memburu, kapten Heru terus memainkan senjatanya di atas tubuhku, "Teruss.. menggenjot.. teruss.."

Dia sudah tidak dapat mengontrol diri, dia sudah lupa siapa yang dihadapi dalam "ML", dia menikmati permainan ini, makin dia bernafsu, aku pun bertambah nafsu pula. Dia bagaikan banteng liar, benar-benar jantan. Gayanya yang begitu hebat, permainan yang begitu kunikmati, dan belum pernah kutemui permainan seganas itu, makin liar, makin keras, otot-ototnya yang kencang, keras sekali, mengagumkan.
"Aku mau keluar.. aku mau keluar.."
"Saya juga.. saya mau keluar Pak.."
"Croot.. croot.. croot.."
Tumpahlah sperma Kapten Heru bersatu bersama sperma milikku di tubuhku. Dia pun kelelahan dan tidur sebentar memeluk tubuhku hingga kuajak dia ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh.

Kami pun mandi bersama dan saling menyabuni, tak banyak yang kami bicarakan kecuali lontaran senyum yang memuaskan, terus kusabuni tubuh kapten Heru sambil sesekali kupeluk dan kuciumi tubuhnya. Begitu juga dengan Kapten Heru, dia juga melakukan hal yang sama. Kulihat senjatanya sudah mulai bereaksi, terus naik dan terus menegang hingga akhirnya benar-benar tegang maksimal, langsung saja kembali kuhisap, dia pun menikamtinya. Senjataku pun menegang dengan keras. Rupanya Kapten Heru juga ingin melakukan hal yang sama, dia pun segera menghisap burungku yang sudah menegang maksimal. Ohh nikmat sekali.

Kemudian kuajak Kapten Heru ke kamar tidurku dan dengan nafsu yang membara terus dia memeluk dan menggenjot tubuhku, tekanannya makin keras, makin kunikmati, kemudian kuangkat kedua kakinya dan kuciumi sekitar buah zakar dan lubangnya. Kumainkan lidahku keluar masuk ke dalam lubangnya dan dia pun mengerang nikmat dan sambil kuhisap kumasukkan jari-jariku ke dalam lubangnya, dia begitu menikmatinya hingga tak tersa kalau bukan lagi jariku yang masuk ke dalam lubangnya, tapi sudah senjataku berada di dalamnya. Kemudian terus kugenjot naik turun sambil kuciumi kedua pipi dan lehernya.

Naik turun pantatku menggenjot senjataku untuk keluar masuk ke dalam lubang. Ohh lubang itu begitu rapat dan belum pernah ada yang memasukinya, aku menikmatinya, aku pun berteriak. Sambil tangan kananku terus mengocok senjatanya yang sudah tegang maksimal. Terus kukocok sesuai irama pantatku. Begitu juga dengan Kapten Heru, dia juga tak tahan dengan permainan senjataku di dalam lubangnya naik dan turun, keluar masuk dengan pelan kemudian keras, pelan, dan Ohh kami puas, kami puas.
"Ohh.. aku mau keluar.." kataku.
"Teruss.. lebih keras lagi.. teruss.. masukkan lebih dalam lagi.. aku menikmatinya.. teruss.."
"Croot.. croot.. croot.."

Kami pun keluar lagi bersamaan, banyak sekali sperma yang muncrat dari senjata Kapten Heru, putih dan kental sekali. Kami pun tidur berpelukan beberapa saat. Betapa indahnya hari ini. Ohh.. terima kasih Kapten Heru. Kami pun beberapa kali bertemu dan kami bersahabat saling berkunjung ke kantor dan terus bermain bila bertemu. Sampai akhirnya pindah tugas ke daerah lain. Saya tidak akan melupakan. Terima Kasih Kapten Heru. Saya yakin kita pasti bertemu lagi.

TAMAT





Bodyguard
(by: blackstud21@hotmail.com)

"Tom, kau dipanggil Boss," kata Ronald teman seruangku.
"Ada apa ya, Ron?" tanyaku sekenanya.
Kumasuki ruang Bossku yang luas dan nyaman. Dihadapannya ada dua orang tamu pria yang sedang berbincang dengan Boss.
"Oh ya Tom, ini kenalkan Bapak Edward dan yang ini Bapak Kris. Tugasmu adalah mendampingi mereka selama 2 minggu kunjungan di kantor ini. Pokoknya coba bantu sepenuhnya segala keperluannya. Be carefull, okey!" kata Bossku.
Aku tidak bisa tanya atau menolak keinginannya. Pokoknya kerjakan saja, pasalnya Bossku itu mantan tentara. Selama tugas luarku, aku bebas dari kerjaanku sehari-hari. Ternyata Mr. Edward dan Mr. Kris adalah orang dari Kantor Pusat yang bertugas melakukan inspeksi. Kami semua repot dibuatnya. Tapi aku harus memberikan pengawalan kepada mereka berdua.

Suatu saat aku terpaksa harus kembali ke apartemen untuk mengambil tas kerja Mr.Edward. Dengan tergesa-gesa aku menuju ruang tidurnya. Kubuka lemarinya dan kuambil tas tersebut, tapi aku tiba-tiba terperangah melihat sebuah majalah pria bule bugil di dekatnya. Pikiranku segera paham tentang siapa Mr.Edward itu. Tapi sebagai utusan perusahaan aku tidak boleh mempermasalahkan hal itu. Aku segera bergegas ke tempat rapat di sebuah ruang VIP di hotel besar di Kuningan. Malam Minggu aku bebas dari tugas, karena bisa dibilang tugasku 24 jam selama 5 hari kerja mendampingi mereka berdua. Malam sudah larut, namun tiba-tiba HP-ku memanggil. Itu pasti panggilan tugas, karena untuk mendampingi mereka aku khusus disediakan HP dinas dan mobil sedan.

"Selamat malam, Pak. Ada yang bisa aku bantu?" tanyaku sopan.
"Ma'af, ini rumah Bapak Tommy?" tanya seseorang yang suaranya tidak kukenal.
"Betul, Pak. Ada kabar apa, Pak?" tanyaku lagi.
"Ma'af, apa Pak Tommy bisa kemari (ia menyebutkan nama hotel dan ruangnya) karena ternyata rekan bapak perlu diantar pulang." lanjutnya.
Aku segera menuju ke sana. Ternyata mereka berdua sedang dalam kondisi setengah mabuk, dengan wajah yang sayu dan terbaring di sofa restroom. Setelah mereka yakin bahwa aku adalah yang dihubungi, maka aku dibiarkan saja di ruang itu.
"Terima kasih Pak," kataku pada seorang satpam yang ternyata tadi menghubungiku.
"Saya antar mereka berdua pakai mobilku saja. Saya titipkan mobil mereka di sini, bisa nggak?" tanyaku pada satpam tadi.
"Beres, Pak. Nanti saya uruskan."
Ia segera kuberikan kunci mobil yang tadi ada di kantong Mr. Kris.
"Tolong saya dibantu memapah mereka ke mobil," pintaku.
Si satpam dengan sigap membantu memapah mereka satu persatu. Setelah memberi tips kutinggalkan hotel tersebut.

Sambil mengemudi kunyalakan lagu klasik. Sekali lagi aku terkejut manakala Mr. Edward memegang tanganku. Rupanya ia sudah hampir pulih kesadarannya.
"Ini di mana Tom?" tanyanya, dengan bau alkohol yang tajam.
"Dalam perjalanan pulang, Pak. Tadi Bapak minum berlebihan sehingga saya harus antar Bapak pulang," jelasku perlahan.
"Thanks Tom," lalu ia tertidur lagi.
Giliran di hotel, mereka aku minta bantuan bagian keamanan memapah mereka ke ruang masing-masing.
"Tom, tolong gantikan pakaianku," pinta Mr.Edward.
Segera aku beranjak memilihkan pakaian kimono untuknya. Kulepaskan satu persatu pakaiannya yang basah oleh keringat dan tercium bau parfum "GUFO" bercampur alkohol. Kutinggalkan pakaian dalamnya yang berwarna hitam dengan lambang "G. Versace", amat kontras dengan kulitnya yang putih bersih dan bulu-bulu lebat di dada dan seluruh tungkainya.
"Tom, tolong dibasuh dulu dengan air hangat," katanya masih setengah mengantuk.
Akupun melakukannya. Dengan air hangat dan handuh halus perlahan kuusap-usap wajahnya pertama kali. Tampak olehku wajahnya yang tampan dan bersih tapi masih maskulin. Perlahan gerakanku bergerak ke bawah dan membasuh dadanya yang bidang. Posturnya proporsional walaupun tidak terlalu dilatih baik. Pasti banyak wanita yang mengandrunginya, kataku dalam hati. Tapi aku ingat pengalamanku tempo hari. Ah, bukan urusanku.

Akhirnya aku selesai membersihkan bagian depan tubuhnya. Segera kubalikkan tubuhnya dan sedikit terkejut, ternyata punggungnya pun ditumbuhi bulu-bulu cukup lebat sampai setengahnya. Seksi sekali dia! Kubasuh tubuhnya perlahan seakan takut membangunkan dirinya hingga seluruhnya. "Tom, tolong gantikan jockeyku," tiba-tiba ia mengagetkan aku lagi dengan permintaannya.
"Baik, Pak," kataku singkat saja.
Perlahan kutarik tali kecil CD-nya dan tampaklah kedua pinggulnya yang bulat dan ditumbuhi bulu dicelah pahanya sampai kesekitar "asshole"-nya. Lebat bulu-bulunya menghalangi pandangan mataku untuk dapat menikmati asshole-nya. Ah, seandainya.. pikiran nakalku menari-nari menggodaku. Segera kupupus pikiran itu. Tapi aku tak kuasa menahan laju gerakan otomatis dibalik CD-ku, yang secara pasti mulai tumbuh membesar. Akh, aku harus menahannya. Karena pinggulnya belum kubasuh, maka dengan handuk hangat kubasuh perlahan. Kurasakan ia menggerakkan tubuhnya memeluk guling dan menarik sebuah kaki kanannya ke atas. Akh, tampaklah asshole-nya yang kemerahan menantang gairah nafsuku. Dan aku terkejut manakala kudapati tatoo kecil didekat asshole-nya bertuliskan "Please.." yang tertutup oleh lebatnya bulu-bulu tubuhnya. Membaca tatoo tersebut membuatku mulai berani bertindak lebih jauh. Kini usapanku bukan lagi untuk membersihkan tubuhnya, melainkan memberikan rangsangan nakal di daerah yang selalu menjadi daerah idamanku selama ini.

Kuambil lotion dan kupijat dengan teknik pijat gaya pijatan cinta yang pernah kupelajari dari sebuah buku. Kurasakan pinggulnya mulai bergerak perlahan merespon gerakan tanganku. Pinggulnya mulai terangkat dan kudengar bibirnya memanggil namaku pelan. Aku pun paham isyarat itu. Kini pijatanku mulai meluas ke bagian atas tubuhnya, pundaknya, lehernya, bahunya dan seterusnya. Lidahku dengan lihainya memberikan rangsangan di belakang telinganya. Ia mengerang dan menarik leherku dan menciumku dan melumat lidahku dengan ganasnya. Bau alkohol sudah tidak terasa olehku. Aku pun membalasnya dengan tak kalah hot-nya. Ia membalikkan tubuhnya dan menarikku di atasnya. Kami berciuman cukup lama sampai kami hampir kesulitan bernafas. Aku lalu bangun dan mulai membuka kancing kemejaku. Ia tampak mengagumi otot-otot tubuhku yang keras terlatih. Kini aku berada di pangkuannya dan kurasakan batang kemaluannya mengarah ke atas menggesek kemaluanku yang berontak ingin bebas. Sekali lagi kami berciuman dengan hot. Hanya desah nafas kami yang terdengar di ruang itu diiringi keringat yang banjir walaupun AC ruangan itu amat dingin.

"Tom, aku butuh kau. Please, Tom," ia merengek manja di teligaku.
"Tapi Mr. Ed.." ucapanku dipotongnya dengan meletakkan sebuah jarinya di bibirku.
"Jangan panggil aku begitu saat ini. Panggil saja dengan "Sayang", Tom. Edward ada di kantor saat ini, yang ada saat ini adalah aku apa adanya. Aku yang membutuhkan belaianmu, kehangatanmu, tubuhmu, cintamu. Lain tidak," katanya lembut.
"Lepaskan pakaianmu semuanya, Tom. Aku ingin menikmatinya."
Perlahan aku turun dan kulepas pakaianku. Kulihat tatap matanya hendak melahapku. Ia menarikku dan kuhampiri dirinya hingga kini aku duduk di atas dadanya dan ujung batang kemaluanku berada persis di depan wajahnya. Kupandangi wajahnya yang tampan dengan lahapnya melumat batang kemaluanku. Tak kusangka ia berusaha menelan seluruhnya, namun ia tiba-tiba "choking". Tampak air mata mengalir di pipinya, mungkin menahan rasa ingin muntahnya. Kutahan wajahnya agar tidak melalakukannya lagi.
"Tom, kau ingin menyetubuhi aku?" tiba-tiba ia bertanya dengan lembut.
Aku menggeleng dan segera aku beringsut melakukan manuver lembut dengan memakai lidahku, bibirku dan belaian tanganku yang lembut mulai dari bagian atas tubuhnya.

Amat perlahan sehingga aku berulang kali mendengar namaku dipanggilnya karena sensasi nikmat yang dirasakannya.
"Tom, aku tak tahan. Tom.. Tom.."
Aku tak pedulikan itu. Yang ada dalam pikiranku adalah kenikmatan tertinggi buatnya dan buatku malam itu. Berkali-kali ia mengangkat kedua kakinya tinggi-tinggi dan membuka lebar belahan pahanya untuk memberi kesempatan padaku. Namun kubiarkan saja, malah kulakukan ciuman lembut dan gigitan kecil di betisnya dan kakinya yang berbulu lebat. Ibu jari kakinya kuisap pelan dan lembut. Erangannya makin menggila. Setengah jam kuperlukan untuk menikmati keindahan tubuhnya dan sekaligus merangsangnya. Kubalikan tubuhnya perlahan dan ia pasrah total. Dan kini seranganku menjelajahi bagian tubuh belakangnya. Kadang kugigit dan kutarik bulu-bulunya dan ia mengerang manja dan memanggil namaku.

Lidahku kini mulai membelai asshole-nya, dan diangkatnya pinggulnya setinggi mungkin sehingga aku dengan leluasanya menikmati lubang idamanku. Kujulurkan lidahku ke arah asshole-nya dan kugelitik tepi lubangnya. Kusibakkan bongkahan pinggulnya nan putih indah dan kuremas, kugigit lembut.
"Gigit yang keras Tom. Keras, keras sekali," pintanya.
Kulakukan permintaanya dan tampak kulit lembutnya kemerahan jadinya.
"Nikmat Tom, terus Tom."
Tampak dia menikmati belaian lidahku di lubangnya sambil terus mengerang-erang.
"Tom aku nggak kuat, nggak kuaatt, Tom."
Kubiarkan ia mengerang nikmat.
"Please.. Tom. Aku menginginkannya, Tom."
"Aku ambil jelly dulu sayang," kataku lembut.
"No, no, no! Aku ingin merasakannya apa adanya. Please, Tom."
"Kau akan sakit nanti, sayang.."
Ia menggeleng sambil menatapku ke belakang.
"Fuck me, please.." katanya.
"Ini akan lama sekali, bolehkan?" tanyaku.
Ia menggumam. "Kalau kelamaan nanti kutinggal tidur lho, Tom," katanya menggodaku.

Kini kuangkat sedikit pinggulnya untuk memudahkanku memasuki tubuhnya. Ia menurut dengan pasrahnya. Batangku yang kehitaman berurat kutempelkan di asshole-nya dan siap menyerang. Kugeser-geserkan dulu di sekitar lubangnya. Ia menggerakan pinggulnya berusaha mencari glans-ku dengan tak sabarnya. Kumainkan agar dia penasaran.
"Please, please, fuck me..Jangan lagi kau sisksa aku, Tom."
Setelah puas melihatnya menantiku, mulailah penetrasi batang kemaluanku.
Ternyata sulit ditembus, dan ia kesakitan.
"Teruskan Tom, aku pasrah padamu."
Kulakukan penetrasi lagi dan kini glans-ku yang merah maroon lenyap dalam tubuhnya. Kulihat ia menggigit bantal keras-keras dan keringat keluar bagai banjir di punggungnya.
"Kau kesakitan sayang. Aku nggak mau menyakitimu, Say.." kataku menggodanya.
"No, please. Fuck me, do'nt stopping fucking me, Tom."
Seiring dengan berakhir ucapannya kubenamkan dengan keras seluruh batangku. Ia teriak keras kesakitan. Tampaknya ia tak menyangka serangan yang mendadak.
"Go, go, go, Tom."
Dengan keras kukeluar-masukkan batangku berkali-kali dan kulihat batangku kini mengkilat indah. Kuciumi lehernya dengan lembut sambil kuhentakkan terus-menerus pinggulku ke arahnya dan ia tidak mungkin menghindarinya karena pinggangnya kupegangi erat-erat.

Kini kami berganti posisi ia menghadapku dan tusukan kerasku berlanjut. Kusetubuhi lagi tetap dengan keras dan terus-menerus. Ia mengerang-erang kadang teriak sambil menarik-narik rambutnya.
"Tom, oh thanks Tom.. More, more.. please.."
Kurasakan spermanya berhamburan ke perutku, dadaku dan perutnya.
"Tom, habis sudah spermaku."
Ia menunjukkan dua jari tangannya sebagai tanda ia mencapai puncak.
"Masih lama Tom?" tanyanya.
"Aku lelah sekali, tapi nikmatnya nggak dua."
Aku senyum saja sambil terus mengacungkan batangku di asshole-nya. Kadang aku perlambat seranganku sambil kukecup dalam bibirnya.
"Masih lama, Tom? aku ketiduran lho nanti," katanya.
"Boleh aku melanjutkan Sayang?" tanyaku.
Ia mengangguk.

Aku baru tersadar dan tidak tahu kalau Mr. Edward sudah tertidur, karena sayup-sayup kudengar dengkur halusnya saat aku masih melakukan serangan bertubi-tubi. Aku tak tahu bila ia tertidur karena saat itu sebuah kakinya kuangkat dan ia dalam posisi miring ke kiri. Aku tidak peduli karena ia sudah memberiku izin. Dan aku masih dapat merasakan remasan asshole-nya pada batangku sebagai pertanda dalam tidurnya pun ia masih merespon serangan rudalku. Cukup lama aku menari di dalam tubuhnya, sampai aku mulai merasakan lahar spermaku akan keluar.
"Sayang, terimalah hadiahku ini. Ohh.."
Lega rasanya saat spemaku keluar dan rasanya aku tidak di bumi. Kucabut segera batangku yang masih mengeras dan segera kuselimuti tubuhnya dengan selimut tebal setelah sebelumnya kukeringkan keringatnya yang bak banjir itu hari menjelang pagi. Kulihat bibirnya yang indah tersenyum kecil.

Tiba-tiba phone di sebelah tempat tidur berbunyi. Saat kuangkat kudengar suara Mr. Kris di seberang sana.
"Tom, giliran aku kapann..?" goda Mr. Kris.
"Besok bisa nggak..?"
Aku diam saja.
"Gila gua dikerjain rupanya!"
Belakangan aku jadi malu saat aku tahu mereka memasang mike kecil di bawah meja di samping tempat tidur Mr. Ed. Kokok ayam mulai terdengar saat aku meninggalkan hotel itu.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar