Sabtu, 18 September 2010

Cerita cinta

Mungkin lagunya Meriam Bellina yang berjudul “Mulanya Biasa saja” ada benarnya juga, setidaknya ini terjadi padaku.
Aku mengenal Anto di suatu Cafe di Daerah perkantoran Jl. Jend. Sudirman. Pada waktu itu baru saja live band yang mengisi acara pada malam itu selesai memainkan lagu terakhirnya. Aku dan Yani isteriku berniat untuk pulang. Memang kadang-kadang kami menghabiskan waktu di Cafe untuk menghindari kemacetan setelah bubaran kantor.
“Dim…..” seorang laki-laki menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh dan terkejut. Andi?????…. tanyaku tak yakin…. ia tertawa sambil menjabat tanganku. Ternyata Andi sahabatku waktu SMA dulu. memang kami sudah lama tidak bertemu.
“Eh….. masih hidup lo???? tanyaku berseloroh. Memang dikalangan teman-temanku kalo bercanda suka kelewat batas. Andi hanya tersenyum saja. ia tampak kurus dan tua yang melebihi umurnya.
“Sama siapa lo An??… tanyaku. Oh.. sama teman gue tuh… Andi menunjuk. Teman Andi berdiri dan menghampiri kami.
“Kenalkan…. ini teman SMA gue yang gila. kata Andi enteng. Anto kata laki-laki berkulit putih dan berkumis tipis itu sambil tersenyum. Dimas…Kubalas jabatan tangannya, dan ini isteriku, Yani… seraya memperkenalkan Yani kepada Anto….
Selanjutnya aku nggak jadi pulang dan kembali terlibat perbincangan macam-macam. Dari pembicaraan dengan mereka aku tahu kalau Andi baru saja bercerai dari isterinya, sementara Anto sudah menikah selama 5 tahun, namun kelihatannya kurang bahagia, dan Anto belum mempunyai anak. Kami berpisah dan janji untuk bertemu lagi, dan sebelumnya kami bertukar kartu nama dan nomor HP.
Seminggu telah berlalu… aku dan Yani tetap menjalankan kebiasaan rutin kami, dengan mengunjungi Cafe-cafe, sekedar menghindari kemacetan.
Seseorang menegurku… Dim… apa kabar ??? Hei… rupanya Anto sudah berada di sebelahku. eh… baik… balasku. “Gimana kabar elo???… sama Andi ??? tanyaku. “Baik-baik juga…. gue sendiri nih!! balas Anto sambil tersenyum. akhirnya kami duduk semeja. kami berbincang-bincang dan Yanipun cepat akrab dengannya.Dengan mataku, aku mulai menyusuri sosok laki-laki yang bernama Anto itu. Kulitnya yang putih bersih, tubuh yang indah tidak besar, wajah tampan dan kumis tipisnya menarik perhatianku…
“Minggu depan gue bakal sendiri nih…. Yani ada tugas ke Jepang dua minggu.. elo temenin gue disini ya” kataku.. “Hhmm… boleh juga… kita jadi BUlog (bulok= bujangan lokal) dong ??? soalnya bini gue juga baru berangkat ke Sidney tadi pagi” kata Anto… sambil tertawa.
Sejak keberangkatan Yani…. aku dan Anto hampir setiap hari bertemu untuk sekedar makan, minum dan berbincang-bincang. Kami cepat menjadi akrab dan mulai saat itu aku sering memperhatikan dirinya dalam-dalam. kami sering beradu pandang dan sama-sama tersenyum tanpa tahu apa yang lucu. Aku nggak bisa menghidar, perasaan “suka” kepadanya mulai timbul. Hatiku mulai sering gelisah dan pikiranku selalu dipenuhi oleh dirinya. Aku sering membayangkan bercinta dengannya, dan semua khayalan itu berakhir pada saat airmaniku tumpah di tangan karena onani. Aku menyadari makin lama perasaan itu makin dalam dan aku yakin ini bukan cuma sekedar “suka” namun sudah menjurus ke arah Cinta. Aku ingin berteriak di telinganya…. cuma aku nggak punya keberanian… apakah dia gay atau bisexual seperti aku……….
Sampai kesempatan itu akhirnya datang juga. “Dim…. pulang nanti gue ikut elo ya… gue nggak bawa mobil” kata Anto
“sure… I will take you not just to your home, but your bed !!! kataku sambil tertawa. kebetulan rumah kami searah. Anto balas tertawa.
Malam itu Anto minum lebih banyak dari biasanya, sehingga dia dalam keadaan agak mabuk. sepanjang perjalanan Anto tertidur. ingin rasanya kurengkuh ke dalam pelukanku, cuma aku nggak punya keberanian. Setiba dirumahnya, Anto masih tetap tertidur. Kubangunkan dia, tapi masih dalam keadaan lemas.
“To… mana kunci rumahnya ??? tanyaku. Disini nih… katanya tengan mate terpejam sambil menunjuk kantong celananya. Aku ambil kunci dan kubuka pintu rumahnya. Anto kembali tertidur di jok depan mobilku. Kupapah dia memasuki rumahnya. Bau aroma BVlgari Extreme yang sudah bercampur keringat dan rokok terpancar dari tubuhnya. Benar-benar merangsangku. Kontolku sudah mulai berdiri. Aku menidurkannya terlentang, dan segera kulepaskan sepatu dan kaos kakinya. Anto tampak tertidur dalam damai. Kulonggarkan ikat pinggangnya, dengan maksud memberikan dia keleluasaan. sambil mengeluarkan kemejanya dari celananya, mataku tertuju pada selangkangannya. Kubuka ikat pinggangnya dan tak lupa mengatur posisi agar tanganku dapat menyentuh daerah kenikmatan itu. Anto tetap tak ada reaksi. Aku melangkah lebih maju, kuturunkan retsletingnya. sambil berkata perlahan-lahan.
“To.. ganti baju dulu ya ! heeh… jawabnya singkat. Kulepaskan kemeja dan celananya. Anto pasrah saja. kini tinggal kaos dalam dan celana dalam Calvin Klein yang ketat membungkusnya. Kepala kontol dan batangnya tercetak nyata. Tanganku sudah gatal dan tak terkendali. Kupandangi tubuh Anto yang tak berdaya itu. Ahh…. Anto sangatlah sempurna untukku. Kusingkapkan bagian bawah kaos dalamnya sehingga aku dapat melihat pusarnya dan bagian selangkangan Anto tampak semakin jelas. Rambut halus menyembul dari karet celana dalamnya tersusun rapih berbaris menuju pusarnya. Di paha kanan kirinya juga menyembul rambut halus. sampai ke pangkal paha. Aku tak kuasa lagi menahan diri. tanganku menyentuh pelan bagian yang tercetak di celana dalamnya. Kuusap-usap halus dan tak lama kemudian kontol Anto mulai meregang. Wow… ternyata kontol Anto lebih besar dari yang aku bayangkan, kepalanya yang merah jambu sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Kutarik ke bawah celana dalamnya, dan karet celana dalamnya kukaitkan di buah zakarnya, maka segeralah Kontol bulat,panjang dan dan gemuk menunjuk ke langit-langit dengan kerasnya.
Dengan jariku mulai kukocok-kocok kontol Anto. Kumainkan daerah V perbatasan kepala dan batang zakarnya. Anto melenguh dan menggelinjang kegelian tanpa membuka matanya. Langsung kumasukkan kepala kontol Anto yang laksana jamur merang berwarna merah jambu ke dalam mulutku. Anto kembali mengelinjang. Kupompa terus mulutku, naik…turun….naik…turun lagi, sambil terus lidahku menari-nari di kepala dan leher kontolnya. Anto menggelinjang makin hebat…. Sampai disatu titik, Anto mengangkat pinggulnya, kontolnya yang penuh dengan urat-urat yang menonjol mulai berdenyut-denyut panas….Akhirnya Anto melepaskan tembakan cairan hangat putih dan kental di dalam mulutku, sambil anto mengerang-erang keenakan. Kutelan habis airmani tersebut. terus kuisap sisa-sisa airmani yang masih ada dipucuk kepala kontolnya. aaaagghhh… sungguh nikmat rasanya.
Aku baru saja menikmati kejadian tadi dan belum melepaskan kontol Anto dari mulutku. Tiba-tiba Anto terjaga dan langsung duduk.
“Dim… kenapa elo ngelakukan itu sama gue ??? Agghh… ooohhh.. tenggorokan gue langsung tercekat dan kering… Aku nggak bisa menjawab. “Kenapa Dim……. ulangnya lagi.
Karena….karena…. eeehhh gue mencintai elo! jawabku perlahan. “Kenapa ??? ulang Anto sambil mendekati kepalanya ke arahku… Gue cinta sama elo!!!
“Sorry ‘nto…terus terang gue nggak sangup menahan siksaan di bathin gue dan gue ambil keputusan untuk segera bilang sama elo. Sorry… kalo gue ngerusak persahabatan kita.. lanjutku dengan suara agak tersedak dan sambil membayangkan bahwa kita tidak akan bertemu dan berteman lagi.
Sssssssssstttt…. Anto meletakkan jari telunjuknya di bibirku. “Enggak Dim….. sebenarnya gue juga sudah lama menaruh hati sama elo, cuma gue takut kalo-kalo elo bukan gay atau bisexual”….
Kupandangi wajah anto lekat-lekat, kurengkuh belakang kepalanya mendekat hingga bibir kami bertemu. Kucium lembut bibir Anto, dan anto membalas ciumanku dengan hangat. Aahhh… perasaanku bagai dilambungkan ke langit tinggi. Kami berpagutan beberapa lama, lidah kami bertautan satu dengan yang lain seolah tak dapat dilepaskan. Tanganku menelusuri sekujur tubuh Anto, hingga kutemukan puting susunya yang kecoklatan dan mengeras. Kujepit dengan jariku dan kupilin-pilin lembut. Anto mendesah-desah…. kuciumi daun telinganya sambil kugigit-gigit pelan, kutelusuri lehernya dengan bekas cukuran pagi tadi, dan hal itu membuat Anto menggelinjang kegelian. Ciuman dan jilatanku turun terus ke dadanya. Kuisap-isap puting susunya, lidahku menari-nari di atasnya. Desahan Anto semakin keras. Kontolku yang semula lemas karena kaget pada waktu Anto Sadar kini sudah kembali mengeras dan berontak. Anto membuka kancing bajuku satu persatu, dan segera dia mengisap puting susuku seperti apa yang aku lakukan terhadapnya.
kontol Anto sudah mulai mekar kembali. Kuremas-remas kepala kontolnya, juga bijinya yang bergantung bebas di bawahnya. Anto dengan tidak sabar segera membuka ikat pinggang, menurunkan retsleting celanaku dan kubantu dia untuk melepaskan celanaku. Akhirnya akupun bugil sama dengannya.
“Dim… kontol elo gede juga ya…. gue selalu terbayang-bayang kalo ngeliat kontol elo di toilet” kata Anto.
“Sama ‘nto.. gue juga sering ngebarengin elo ke toilet karena gue pingin ngintip kontol elo”.. Aduh waktu itu… rasanya pengin gue remas.. Bahkan gue pernah berpikir untuk menculik elo dan gue perkosa dengan lembut.. karena gue nggak tahan…
“Elo nggak perlu memperkosa gue… gue berikan semua untuk elo. kecuali…. satu yang gue minta…. gue do not fuck me in OK….. soalnya gue ada ambeien nih…
Kami kembali asssyyik dengan kegiatan kami, saling raba, saling remas dan setelah itu kubalikkan badanku sehingga kami bisa saling mengisap. Anto menyambar kontolku yang sudah keras dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Dia mengisapnya dengan kuat. Aku menggelinjang keenakan. Sambil mengisap kontol Anto aku berteriak. namun teriakanku tertahan karena mulutku dipenuhi oleh kontol Anto.
Lidahku menari-nari liar di kepala kontol Anto. Aku berusaha untuk memasukkan seluruh batang kontol Anto, pelan-pelan dan akhirnya berhasil. hidungku bersarang dihutan rambut hitamnya. Kugeleng-gelengkan kepalaku dengan gemas dan menciumi harum rambut kontolnya yang khas. Anto nggak tahan lagi, pertahanannya akan segera bobol. demikian juga aku, kepala kontolku sudah berdenyut-denyut keras tanda siap menembakkan muatannya. Benar….. kami berdua bergerak semakin liar menuju muara kenikmatan. kami berteriak-teriak yang tertahan. Mulut kami penuh… Hingga sampai tubuh kami berdua mengejang secara bersamaan. Kudekap buah pantat Anto keras-keras sampai hidungku sulit menarik oksigen karena terhalang rambut kontol Anto yang lebat. Kontolkupun masuk kebagian mulut Anto yang paling dalam…. aaaaagggggghhhhhhh………. Mulut kami mulai dipenuhi dengan cairan kental yang asin, manis dan berbau khas. kami coba untuk menelannya. Aku membalikan posisi badan, kami berciuman sambil menyatukan airmani kami di dalam mulut.
Aahh… Anto I love you, kataku berbisik “I love you too… balas Anto lirih. Aku sangat bahagia dengan menyatunya kami.
“nto… kamu jangan cerita sama Ike (adiknya Anto) ya ! kataku. “Gila apa gue cerita beginian sama dia. Kami tertidur sambil berpelukan erat. Foto perkawinan Anto dan Tarra yang tergantung di atas tempat tidur seolah memandangi kami…….

Pangeranku yang ketus

“Orang aneh!!!!”,teriaknya dari atas motornya saat aku berjalan di trotoar dekat sekolah tengah hari. “Huhhh..sabar Tiann…”,kataku menghibur diri sendiri. Sejak kelas satu SMA dulu Farid memang tidak suka terhadapku,dia tidak bisa melihatku senang dan selalu sinis padaku. Aku tetap berusaha baik padanya karna dia teman sekelasku hingga sekarang kelas dua SMA dan aku yakin bahwa suatu saat dia akan baik padaku juga karna setahuku semua orang pada dasarnya berhati baik. Mungkin Farid jadi seperti ini karena dia pernah merasa merasa tersinggung dengan perkataan atau perbuatanku yg tidak sengaja,karna aku juga cuma manusia biasa yg punya kelalaian. Tapi jauh di dlam hatiku sebenarnya aku sangat mengagumi temen sekelasku itu,wajahnya yang tampan,kulitnya mulus putih bersih,badannya tegap,tinggi bagai model,anggota tim basket sekolah,pinter dalam beberapa mata pelajaran Matmatik,Fisika,Kimia,dan tentunya Olah Raga. Sebaliknya,aku sangat anti dg itu semua,aku pintar dalam Bahasa Inggris,dan Farid juga tidak mengerti apa-apa tentang Bahasa Inggris. Teman-temanku sring meminta bantuanku untuk mengerjakan tugas-tugas Bahasa Inggris maupu nsaat ujian juga aku harrus mengedarkan jawabanku ke seluruh anggota kelas. Aku tidak tahu apakah Farid juga mendapatknnya atau tidak,yang aku tahu dia sama sekali tidak mau berurusan semua yg berbau aku. Akupun tidak munafik bahwa aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali aku melihatnya saat pendaftaran di SMA kami. Di kelas aku sering mencuri-curi pandang dan berfantasi dengan lamunan mesumku,seandainya aku bisa menciumnya,memeluknya,menjilatnya,dan mengemut kontolnya,Ohhh….Farid I Love You!!!. Suatu pagi aku sangat gelisah karena pelajaran sudah dimulai tapi pangeranku belum juga datang,aku khawatir dia akan kena semprot oleh guru Kimia kami yang super cerewet padahal dia laki-laki. Aku tahu biasanya anak yang sudah terlambat lebih dari 10menit tidak diperbolehkan masuk kelas dg guru yg bersangkutan. Aku sudh putus asa karena hari ini aku tidak bisa memandang pangeran tampanku yang selalu membuatku horny. Saat sekolah usai aku berjalan mnyusuri lorong sekolh menuju pintu gerbang tidak sengaja aku mendengar salah satu anggota tim basket menelpon,”Mungkin Farid nggak bisa ikut latihan tuh,Papanya kan masuk rumah sakit karena kecelakaan!!!”. Aku sangat terkejut tapi juga senang karena Tuhan masih memberiku petunjuk atau berita tentang pangeranku tercinta. Diliputi rasa bingung aku makin mempercepat langkahku untuk segera keluar dari lingkungan sekolah dan bergegas naik angkot menuju ke rumah sakit tempat Papanya dirawat,tadi kebetulan aku juga memberanikan diri untk menanyakannya pada temannya itu. Aku masih bingung apakah Farid akan mengusirku saat di R.S nanti atau malah akan memaki aku di depan banyak orang. Tapi akhirnya aku semakin mantap untuk menjenguk Papanya karna aku juga sudah kangen ingin melihat wajah tampan dan body-nya yang seperti model L-Men. Selamat siang…sapaku saat aku sudah menemukan kamar tempat Papa Farid dirawat. Di sana hanya ada mereka berdua. Belum sempat aku berpikir Farid memegang tanganku sangat erat dan menarikku keluar kamar,”Kamu ngapain kesini brengsek!!! Aku sama sekali nggak ngundang kamu dan asal kamu tau aja ya,aku nggak butuh kunjunganmu!!!”. “Mm…M…Maaf it(nama panggilannya Fa-it) aku cuma mo tau keadan kamu sama Papa kamu gimana,a..a..aku tadi denger dari tmn kalo Papa kamu masuk rumah sakit makanya aku langsung kesini,aku pengen tau keadaanmu karna kamu temanku. Aku tau,kamu nggak pernah suka sama aku selama ini dan untuk itu aku juga mo minta maaf it kalo aku punya salah ma kamu. Kita udah 2tahun ini satu kelas it,tapi kita seperti gak saling kenal,kita seperti perang dingin,aku pengen bgt it kita baikan,kita jadi temen. Tapi ya udah kalo kamu gak mau maafin aku,aku gak akan gangguin kamu kok”. Kataku masih dalam keadaan gugup dan gemetar karena takut dan juga nerveous karena dia menekankan aku ke dinding dan dia mengurungku dengan kedua lengannya yang kokoh. Perlahan dia mulai menurunkn kedua lengannya dari dinding,”Oke,aku tau,tapi untuk sekarang aku minta kamu pergi dari sini karna aku lagi pengen sendiri nemenin Papaku!!”. Selama seminggu ini aku selalu mengunjungi Farid dan Papanya di rumah sakit setiap hari,Farid sudah mulai ramah dan bisa menerimaku,aku benar ternyata dia sangat baik. “it,ini tadi catetan Biologi banyak bgt,nanti kamu kalo ngambil barang atau kiriman makanan dari rumah sekalian bawa buku catatanmu ya,kamu kan gak mungkin nyatetnya di sini jadi aku bawa pulang aja biar aku yang nyatetin bwt kamu. O yach,tugas PPKN yang mencari artikel itu sekalian aku aja ya yg cari,itu tugas dikumpul Senin besok,kalo gak ngumpul katanya gak dapet nilai”. Farid hanya diam sambil memendangi aku,akupun bingung tapi aku suka expresinya yg manis seperti itu. “Keluar yuk ian(namaku Tian)”. Katanya. Aku hanya mengekornya dari belakan “ian,makasih ya atas semuanya. Saat Papaku sakit bahkan tak seorangpun dari teman-teman kita yg menjenguk kecuali kamu. Kamu juga udah mintain izin ke Guru-guru,kamu bikinin PR aku,bawain aku makanan tiap hari. Selama ini aku jahat sama kmu,Maafin aku ian”. Matanya berkaca-kaca. “Ya udah it,kita kan temenan jadi udah sewajarnya aku nolongin kamu”. Hiburku smbil menepuk-nepuk pundaknya yang kokoh. Malem ini aku memutuskan bwt nemenin Farid nungguin Papanya di R.S karna besok hari Minggu. Sudah larut malam tapi kami masih bercerita,saat kehabisan bahan cerita kami terdiam,aku juga jadi gugup. Tapi apa yang terjadi,Farid berpindah tempat duduk ke sampingku dan semakin merapat. Dia mengelus pahaku,aku makin gugup. Aku bangkit berdiri tapi Farid mengikutiku dan mendorongku dg kuat kedinding. Dia mendekapku erat,bau parfum dan badannya membuatku lena,aku berusaha meronta tapi dia makin mendekapku dan mengunci kedua tanganku di belakang punggungku. Ohhh…iannn….desahnya sambil menciumi leherku. Napasnya hangat membuatku terhanyut,aku tidak munafik aku mnginginkannya. Aku sadar,ini rumah sakit,siapa saja bisa datang tiba-tiba. Dengan sekuat tenaga aku meronta,menggelengkan kepalaku,Farid masih tetap menciumi dan menjilati leher dan kupingku. Aku setengah berteriak “Fa-it!!!”. Dia sadar,”Mmm…Maaf…maaf ian,aku…aku…” Diapun gugup. “Ya udah,gak papa kok”. Aku sok bijaksana,padahal aku memang menyukainya,kalau saja bukan di rumah sakit pasti aku serahkan smuanya. Papa Farid sudah sembuh dan sudah bisa pulang,Faridpun juga sudah mulai sekolah. Sekarang dia baik padaku,aku snang. “Yah…hujan,sialan!!! Omelku,aku berteduh di halte. “loh ian,ayo naik ke sini”. Kata Farid dari atas motornya. “Gak usah it,aku nunggu di sini aja,nanti juga bentar lagi Bisnya datang”. “Ian,aku gak suka kamu kayak gitu,aku berniat baik sama kamu tapi kamu nolak!!!”. Wajah tampannya dibuat pura-pura ngambk. Lucu bgt dan ngegemesin. “Ya udah,deh”. Kataku sambil naik ke motornya. “Inilah kamarku…”,katanya setelah sampai ke kamar rumahnya,dia tidak langsung mengantarku pulang tapi mengajak aku ke rumahnya. “Kamu basah kuyup,nih handuk,keringin badanmu dulu”,katanya sambil melempar handuk dan pakaian bwt ganti. Aku sedang bugil di kamar mandinya untuk mengeringkan badan dn mengganti pakaian,tapi tiba-tiba tangan kokoh memelukku dari belekeng dan leherku dijilat dan digigit-gigit lembut. “Ohhh…….iannn…..ohhhh…..aku jatuh cinta sama kamu sayang…..” Akupun tidak bisa menolak karna dia memelukku sangat erat. Aku juga tidak akan menolak atau bertanya bagaimana bisa dia jatuh cinta padaku,bukankah ini yg aku inginkan selama ini? “Mmm….iya….uuuhhh….geli ittt…”,balasku. Fa-it menuntunku ke ranjangnya dan ternyata dia juga sedang bugil. Kami berciuman sambil berdiri di tepi rnjang,terus berciuman dan berpelukan sangat erat. Farid harus agak membungkukkan badannya karna dia lebih tinggi dariku. Aku melepaskan ciuman dan mulai menjelejehi lehernya dan telinganya dg lidahku,aku pelintir punting dadanya,dia mengeluh. Aku semakin rakus mengenyot puting dada kirinya sedangkan dada kanannya aku elus-elus dan kucubit,begitu keras dan kenyal. Aku terus turun menjilati perutnya yang rata hingga sampai ke penisnya yang berdiri tegak di tengah rerimbunan jembutnya. Ohhh…aku menelan ludah. Penisnya yang selama ini hanya bisa aku bayangkan sekarang nyata ada di depan mulutku dan lebih besar,lebih panjang dari yg aku bayangkan. Aku menjilat,mengulumnya dengan rakus sedangkan kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang montok dan kudorong-dorong supaya penisnya bisa lebih dalam masuk ke kerongkonganku. “Hhhooohhhh…….ahhh…..terussss……iannn…sayang….nikmati terus,cuma untuk kmu sayang…..Owww….” Diapun menggenjotkan maju mundur penisnya keluar masuk mulutku,agak lama,aku telan semua precumnya yang nikmat. Sampai tiba-tiba dia mencabut penisnya dan menghempaskanku terlentang ke atas ranjangnya yang empuk. Farid menyerangku tanpa memberiku kesempatan untuk membalasnya. Bibirku dilumat dengan liarnya,tangannya mengocok-ngocok penisku yang tegang dari tadi. Farid melepaskan ciumannya,sekarang dia menggigit-gigit leherku dan menjilatnya,aku hanya bisa meremas-remas rambut harajukunya. “Ooohhhh…..Fa-ittt….hahhhh……uhhhh…..”,aku mendesah tak karuan. Farid melepaskan semuanya dan berbisik “Ijinkan aku membuktikan cintaku sayang….aku ingin memberikan semua yang aku punya untukmu”. Dia mengangkat kakiku dan menyandarkannya ke bahunya yang kokoh. Dia lumuri lubang duburku dengan ludahnya lalu melumuri penisnya pula. Dia kembali menciumiku,melumat bibirku lalu berbisik lagi “Tahan ya sayang…dan rileks aja” Setelah itu dia menusukkan batangnya yang 15cm panjangnya tsb ke lubangku. “awwww….sakit ittt….” bisikku. Farid tetap menciumiku dan menghentakkan genjotan perdananya hingga batangnya semuanya masuk ke lubang duburku. “Ooohhhh……” desahnya menikmati kehangatan dan jepitan anusku. Farid berhenti sejenak memberi waktu bagi lubang duburku untuk relaksasi. Setelah itu dia melakukan aksi sorong tarik dengan kuat namun lembut,sakitnya tidak dapat kuungkapkan dengan kata-kata. Aku dapat rasakan Farid menusukkan penisnya dg cepat dan menariknya dengan pelan-pelan. “Kamu kesakitan sayang?” bisiknya. Belum sempat aku menjawabnya,lidahnya sudah menerkam mulutku lagi. Aku hanya bisa merangkul lehernya sambil bercucuran air mata karna rasa sakit. Semakin lama semakin berkurang rasa sakitku,bahkan berganti menjadi kenikmatan yang tiada tara. Akupun meremas-remas pantatnya yang bergerk maju mundur secara constant. “Oooohhh…..ahhhh…..Aku cinta kamu ian,ooohh…lubang pantatmu sempit bgt….nikmat bgt…” dia mendesah dan meracau tak karuan di leherku. “Ooohhh….yeach….genjot terus itt…sayang….hajar aja lobang pantatku….aku cinta kamu….ohhh…fuck me….fuckkkk!!!!” balasku meracau memberinya semangat. Setelah menggenjotku begitu lama aku rasakan genjotannya semakin liar,buas,dan makin cepat. Batangnya juga makinmembengkak di dalam duburku. Di luar hujan bertambah lebat,kami semakin terlarut dalam permainan,Farid nampak begitu gagah dan mempesona. Poni harajukunya berayun-ayun,sesekali dia tersenyum,matanya menatap tajam mataku yang sayu. Aku hanya bisa memainkan jari jemariku di tubuh sexy-nya untuk membuatnya senang. Akupun sudah tidak bisa menahan lg genjotan Pangeranku yang tampan dan hot ini,geselan penisku dengan perutnya membuat penisku makin tegang dan berdenyut-denyut siap memuntahkan air mani. “Ohhh….ittt….aku mau keluarrr….aku gak tahannn….lagi ittt…” “Mhhh….keluarin aja sayang…..aku tunggu kok….” CRRRROOOOOOTTTTT……CCRRRROOOOOTTTTT…..CCCRRROOOTTTT……!!!!!!!! air maniku menembak-nembak ke perutnya dan juga ke perutku. Farid berhenti sejenak untuk menjilati air maniku di perutku kemudian melanjutkan lagi perjuangannya untuk membawaku ke surga dunia. Puncak destinasi gairah kami akhirnya tiba,aku terus mengkemutkn duburku untuk membuatnya semakin terjepit,ayunannya semakin cepet dan lebih cepat dari sebelumnya. “Ohhh….ahhhh…..sayang….aku mau keluar….aku mau keluarin di dalam pantat kamu….aaarrrggghhhh…..” CCCRRROOOOTTT……CCCCRRRROOOOOOOOTTTTTTT………..CCCRRRROOOOTTT……..CCCCRRRROOOOOTTTT……CCCCCRRRROOOOOTTTTT…….! Farid memelukku erat-erat dan menggigit leherku saat rudalnya sibuk menembaki dinding ususku dengan cairan surganya yang kental,panas,dan membanjiri ususku. Ooohhh….aku puas. Farid masih tetap menusuki duburku yang sudah licin dengan goyangan yang lebih lembut semakin lembut dan akhirnya berhenti. “Aku gak mau lepasin dari dalam pantatmu gak papa kan sayang??? aku nyaman di dalam sana” “Mmmmhhh….gak papa sayang….aku juga suka” Kami berciuman lagi,Farid menjilati dan menggigit-gigit lembut leherku lagi,akupun hanya bisa merangkul lehernya dan meremas-remas rambutnya sebelum akhirnya kami terrtidur pulas. Farid masih menindihku,kami tertidur dengan posisi seperti itu dan batangnya yang sudah mulai mengecil masih tertanam di duburku. Sejak saat itu kami semakin dekat,bahkan setelah pulang sekolah Farid sering mengajakku ke rumahnya untuk ngesex. Sekarang Farid yang dulu ketus padaku berubah jadi sayang dan tidak mau melepaskanku. I love you Farid,my Prince.:)

Di Gerbong Enam

Dari pengeras suara terdengar penguman agar penumpang segera naik ke gerbong karena kereta Mutiara ke Bandung segera diberangkatkan. Soni bergegas membereskan ranselnya dan menuju ke gerbong enam.
Di dalam kereta Soni mendapati di kursi sebelahnya sudah duduk seorang pemuda sebayanya. “Wah cakep juga, lumayan buat teman ngobrol di perjalanan. Siapa tau bias diraba-raba sekalian,” pikirnya dalam hati waktu melihat cowok itu.
“Permisi, saya duduk di sini. Mau ke Bandung juga ya?”
“Oh iya, silakan. Iya, saya mau ke Bandung.”
Singkatnya Soni dan cowok yang bernana Faisal itu langsung akrab dalam obrolan.
Faisal asli Surabaya dan pergi ke Bandung dalam rangka megunjungi adiknya yang kuliah di Unpad. Cowok 30 tahun itu bekerja di salah satu toko jam terkenal buatan luar negeri di Tunjungan Plaza, pusat perbelanjaan populer di Surabaya di daerah Basuki Rahmat.
Wajahnya menarik dan tubuhnya lumayan berotot. Dengan postur tinggi dan kulitnya yang putih bersih, Faisal sering menjadi pusat perhatian. Apalagi dia juga senang bergaya dengan penampilan metroseksual.
Di mata Soni, Faisal memang memiliki sex appeal yang tinggi, terlebih dia punya wawasan yang luas di luar bidang pekerjaannya sebagai manager toko jam. Penampilan yang oke, humoris dengan gaya bicara yang bersahabat dan isi omongan yang bermutu, semuanya klop. Soni pun langsung suka dan mulai membayangkan keintiman.
Soni sendiri juga seorang cowok yang rupawan. Dia sering bermain futsal sehingga fisik dan stamina terjaga. Tampangnya macho dengan garis-garis maskulin bekas cukuran cambang dan jenggot di wajahnya.
Dalam perjalanan itu Soni dan Faisal banyak bercerita dan bercanda. Lewat tengah malam, keduanya mulai lelah dan tertidur.
Di gerbong itu AC lumayan dingin dan kedua cowok itu sudah menggunakan selimut. Tanpa terasa kepala Faisal berada di pundak Soni, dan dia pun tertidur dipundaknya. Ini kesempatan buat Soni untuk bergerilya. Pelan-pelan dia sengaja bergeser sedikit demi sedikit hingga wajah Faisal bersandar ke dadanya.
Tangan Soni pun mulai gesit menggerayangi paha Faisal. Hidungnya mengendus-endus leher Faisal. Meski tidak terlalu gelap, tapi suasana itu memang mendukung aksi Soni. Apalagi ada selimut yang menutupi gerakan tangannya.
Faisal mulai bereaksi. Dia terangsang oleh aksi Soni. Penisnya mulai berdiri. Dia bergerak sedikit dan agaknya sadar bahwa kepalanya bersandar di dada Soni. “Ohh maap… wah saya ketiduran…”
“Eh nggak apa-apa, saya malah suka kamu tiduran di dada saya,” kata Soni.
“Hah… tapi… ehmmm saya juga nyaman, apalagi badan kamu harum, bikin saya tambah enak tidurnya tadi.”
“Ya sudah, tidur aja lagi. Tuh muka kamu kelihatan ngantuk banget.”
“Mmmm… kalo saya tiduran di paha kamu aja gimana?”
Nah ini dia, pucuk dicinta ulam pun tiba, mungkin ini caranya menantang untuk tindakan selanjutnya, bisik Soni dalam hati. “Ya boleh, kalo kamu maunya begitu.”
Langsung Faisal merebahkan diri lagi dan meletakkan kepalanya dip aha Soni.
Soni tidak membuang waktu lagi, langsung dia beraksi mengelus-elus wajah Faisal yang ganteng itu dan sebelah tangannya di bawah selimut lagi meraba-raba perutnya.
Faisal rupanya memang mengundang Soni untuk bertindak lebih jauh. Dia juga langsung merapatkan wajahnya ke selangkangan Soni hingga membuat penis nya langsung berdiri.
Di tengah malam itu kedua cowok itu terlibat petualangan panas. Tangan Soni bermanuver masuk ke jins Faisal. Celana dalamnya sudah menonjol membuat darah Soni serasa mengalir lebih cepat. Soni bergerak makin gesit dan masuk ke celana dalam Faisal.
Soni dapat merasakan penis Faisal yang sudah keras bagai kayu dan mulai mengocoknya. Sementara itu Faisal tidak mau kalah. Pelan pelan dia buka retsleting jins Soni, menurun sedikit celana dalamnya. Lalu dia menarik keluar penis Soni dan mulai menjilatinya.
Kontol Soni panjang dan besar. Perlahan-lahan Faisal memasukan kontol Soni ke mulutnya dan menghisapnya.
“Ahh enak, Sal. Gila lidah kamu hebat bener sih… “ bisik Soni sambil terus mengocok penis Faisal.
Untungnya penumpang di sekitar dua cowok ini tertidur pulas. Dan mereka melakukan kegiatan nikmat itu di bawah selimut, jadi tidak terlalu menarik perhatian orang yang mungkin melewati kursi mereka.
“Sal… aku gak tahan, bisa muncrat nih… ahhh ahhh ahhhhhhhhh…” bisik Soni
“Yah keluarin saja, biar aku sedot semua.”
Soni hanya bisa menahan suara dan lolongannya. Biasanya kalau ejakulasi, dia bisa menjerit dan mengeluarkan suara keras sambil terengah-engah. Tapi karena kali ini di gerbong kereta api, dia harus bisa menahan diri.
“Cret cret cret…” sperma Soni muncrat di mulut Faisal yang terus mengulum penisnya. Sperma Soni habis disedot dan ditelan Faisal sampai tetes yang terakhir.
“Ohhhh.., enak banget,” bisik Soni lagi. “Ayo, sekarang giliran kamu keluar. Ganti posisi ya, aku hisap penis kamu.”
Faisal mengambil posisi duduk kembali dan Soni langsung rebahan lalu menutup kepalanya dengan selimut. Wajah Faisal terlihat menahan keniktmatan. Rupanya lidah Soni sudah bersilat memainkan penisnya yang sudah basah dengan precum sedari tadi.
Tidak lama badan Faisal menegang, dia berkata, “Aku sudah mau keluar nih…” Penisnya tambah tegang dan berdenyut-denyut di mulut Soni.
“Arghh…. Arghhhhhh.. Ohh.. oh… oh…” Faisal mendesah pelan dalam kenikmatan, spermanya sudah meledak di mulut Soni.
“Kamu juga pinter ngisep Son, enak banget bisa muncrat di mulut kamu. Duh sampe ngilu nih….” kata Faisal sambil membereskan celananya.
Di sisa perjalanan dalam gerbong enam itu, Soni dan Faisal lalu saling menggenggam tangan dengan mesranya. Mereka memejamkan mata dan terus membayangkan wajah dan penis masing-masing yang begitu nikmat.

Leganya berbagi beban

Sejak beberapa hari lalu Indra tampak murung. Jordan sahabat Indra sudah memperhatikan hal ini. Namun sejak pagi setelah jam pertama kuliah selesai, Jordan melihat Indra lebih kuyu.
Indra memang punya rahasia. Sudah seminggu ini Indra merasa terbebani dengan rahasianya itu. Dia dapat dengan mudah menyembunyikan selamanya. Tapi itu bukan kebiasaanya. Indra adalah seorang pemuda riang dan cukup terbuka. Terlebih dengan sahanatnya Jordan, seakan tidak ada hal yang ditutupi di antara mereka.
Tapi kali ini Indra punya rahasia yang dapat dengan mudah diceritalan kepada sahabat terbaiknya itu . Indra kuatis rahasia itu dapat menghancurkan hubungan baik dengan Jordan jika ia menceritakannya.
Keadaan ini sedikit banyak berpengaruh terhadap kesehatan Indra.
“Indra, kenapa kamu, kok hari ini pucat banget?” tanya Jordan.
Indra menoleh ke Jordan. Dia merasa sedih, terlebih ketika Jordan datang menghampirinya. Indra takut seolah-olah orang lain bisa melihat rahasianya dan dia selalu khawatir akan keluar tanpa ia memberitahu siapa pun.
“Kamu sakit? Ada apa sih? Ada yang kamu pikirkan?” tanya Jordan lagi setelah berada di hadapan Indra.
Indra hanya tersenyum kecil dan membalas, “Aku cuma pusing dan perutku rada mual.”
“Ha hahahaha… kamu hamil?”
Indra tidak menjawab bahkan berjalan meninggalkan Jordan menuju kantin di kampus mereka.
“Hei…. Ada apa? Apa yang salah?”
“Hmm, nggak, enggak apa-apa “”
“Jangan bohong. Sebenarnya dari beberapa hari lalu aku sudah perhatikan kamu. Ada sesuatu yang mengganggu kamu, dan kamu jadi rada pendiam. Aku juga diam saja, mungkin kamu belum mau ngomong apa-apa. Tapi hari ini kamu pucat sekali, terlihat nggak sehat.”
“Hmmm.. Aku akan kasih tahu kamu nanti Jordan, tapi sekarang aku mau sendiri dulu ya. please,” kata Indra sambil merunduk di depan Jordan. Indra tampak gelisah. Suatu kondisi yang sangat berbeda dari Indra yang selalu periang.
Di kantin Indra makan sendirian. Tiba-tiba dia merasa tambah pusing dan perutnya sangat mual. Dia hampir pingsan saat Jordan datang memapahnya.
“Indra, kenapa sih kamu. Ayo saya antar kamu pulang sekarang.”
Jordan membantu Indra berjalan menuju mobilnya di parkiran. Kemudian Jordan segera menyetir mobilnya menuju rumah Indra.
Di dalam mobil keduanya hanya diam membisu sampai tiba di rumah Indra. Jordan lalu memapah Indra masuk sampai ke kamarnya dan membaringkannya. Jordan mengambil obat dan memberikannya kepada Indra.
Suasana masih sepi. Sampai kemudian Jordan melihat Indra rada mendingan.
“Indra, ada apa sebenarnya? Apa yang salah? Apa yang terjadi? Aku tahu beberapa hari ini kamu menghindari saya dan saya hanya ingin tahu kenapa. Apakah aku melakukan sesuatu yang salah? Jika ya, kamu harus bilang… Kamu bikin aku takut, Indra. Aku mau bantu kamu tapi tidak bisa karena kamu diam saja. Selama ini kamu tidak pernah menutup diri dariku. Tapi aku pikir kamu harus cerita ada masalah apa. Kalau kamu sudah tidak percaya lagi sama aku, kamu harus cerita ke orang lain.”
Indra tercenung. Ia merasa malu dan hanya menatap kosong ke langit-langit kamarnya. Dia tidak pernah menyadari betapa ini bisa menyakiti Jordan sahabatnya. Tapi Jordan benar, dia harus cerita masalahnya, apapun risikonya. Indra harus membuat pilihan.
“Tolong kunci kamar, aku tidak ada yang mau ganggu selagi aku cerita,” kata Indra lirih.
Jordan segera mengunci pintu kamar.
Indra berkata lagi, “Jordan, kamu sahabatku. Meski kita sudah saling paham, tapi aku perlu bilang lagi, bahwa apa yang akan aku sampaikan ini hanya untuk kamu ya.”
Jordan mengangguk. Indra membuka mulut untuk berbicara, tetapi akhirnya hanya menghela napas. Jordan tetap duduk diam menunggu. Akhirnya, Indra memejamkan mata dan air mata menetes. Ketika membuka matanya kembali Indra melihat Jordan masih menatapnya dengan sabar.
“Gini…. Aku merasa aneh seminggu ini. Aku jadi seperti bingung dan sedih. Ini gara-gara Simon adik kelas kita itu.”
“Simon? Yang baru masuk tim basket kita itu?”
“Iya, dia.”
Jordan mengangguk dan menunggu Indra untuk bercerita lagi.
“Yah, ada hal yang membuat aku kaget dan, ah gimana ya cerita nya.”
“Ada apa?” tanya Jordan.
“Uhmmm gini lho,” kata Indra. Dia meraskan telapak tangannya mulai berkeringat. “Simon itu kan ganteng, matanya bagus pula. Aku suka perhatikan dia diam-diam.”
“Iya betul, dia memang okelah. Lalu kenapa?”
“Dia juga suka senyum-senyum sama aku.”
Jordan terus mengawasi Indra saat ia bercerita dan dia mulai mendapat gambaran tapi dia tetap diam menunggu lanjutan cerita Indra.
“Minggu lalu waktu pulang basket, kamu kan tidak ikut latihan. Nah aku ketemu dia di ruang ganti. Kebetulan sudah sepi dan aku cuma berdua dengan dia. Aku merasa deg-degan. Tau-tau dia mendekati aku dan aku tambah gak karuan rasanya. Simon lalu memeluk aku dan kita berciuman.”
Jordan masih diam menunggu Indra melanjutkan cerita.
“Lalu aku diseret masuk ke toilet dan dia mulai menggerayangi aku. Anehnya aku mau saja dan malah merasa senang. Sampai kita berdua tau-tau saling masturbasi hingga muncrat.”
Jordan terus menatap wajah Indra.
“Indra, kamu mau bilang kamu gay?”
Indra menunduk, mengangguk dan mulai menangis. Jordan mendekatinya dan memeluknya. Indra merasa begitu lega karena Jordan tidak marah atau meninggalkannya. Dia menangis di bahu Jordan. Jordan hanya memegang Indra sampai air matanya mereda dan kemudian berkata, “Indra, aku senang kamu sudah bercerita, Kamu sedang mengalami guncangan, tapi aku akan tetap jadi sahabatmu. Aku akan mendukung kamu, siapapun kamu.”
“Terima kasih, Jordan. Aku lega sekali… Aku sangat takut. Aku tidak tahu apa yang harus bagaimana seminggu ini. Aku juga takut kalau orangtuaku tau hal ini. Aku tidak bisa mengatakan kepada mereka tentang ini.. Aku belum siap..”
“Kamu tidak perlu memberitahu mereka, Indra. Kalau kamu merasa tidak siap, ya jangan lakukan… Ada aku di sini untuk kamu. Kamu harus merasa nyaman dulu dengan kondisi kamu sebelum kamu bisa bercerita kepada orang lain. Tidak akan ada gunanya memberitahu orang tua kamu kalau kamu tidak nyaman dengan kondisi atau siapa kamu.”
“Jordan, kamu benar. Kamu sudah sangat membantu sejauh ini. Aku rasa aku bisa menghadapi ini sekarang dengan bantuan kamu.”
“Bagus lah kalau begitu, Indra. Aku juga senang bisa tetap menjadi sahabat kamu dan kamu tetap merasa terbantu oleh aku. Sekarang kita cari makan yuk.”
Indra tertawa dan berdiri mengikuti Jordan yang sudah melangkah ke ruang makan di rumah Indra.
Indra sudah merasa lega. Sebelum dia sedih dan bingung, apa risikonya jika dia bercerita tentang kondisinya itu kepada Jordan. Ternyata Jordan memang sahabat sejati.

Seorang Sahabat

Hari-hari kulalui dengan sedikit membosankan.Pekerjaan di kantorku sedang tidak begitu sibuk. Apalagi cuaca Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini semakin panas. Belum lagi isu bencana gempa dan stunami yang membuat aku rada was-was juga. Hari kerjaku hanya duduk di depan komputer main game atau internet. Semua yang kulakukan untuk mengisi kebosananku terasa sia-sia. Rasa bosan makin menggebu …
Dengan kesendirianku, terasa sangat sepi. Aku ingin suasana seperti SMU dulu atau masa kuliah. Entah kenapa rasa kangen itu tiba-tiba muncul. Aku ingin sekali punya sahabat yang mengerti aku. Tapi siapa? Yang ada selama ini hanyalah sekedar kenal, senang-senang dan berlalu begitu saja. Ingin aku menghubungi teman-teman sewaktu kos di Kramat, tapi … ah. Nanti dosa lagi terjadi… aku memang menjaga jarak dengan teman-teman yang ketahuan gay atau punya kecendrungan semacam itu.
Sebenarnya aku ingin teman yang dapat membawaku ke arah yang lebih baik. Paling tidak aku dapat tahu, kalo aku bersama seseorang aku menjadi lebih baik. Baik secara fisik maupun mental. Aku tidak mau teman yang maunya ngikutin aku saja. Aku bukanlah seorang pemimpin yang baik yang perlu selalu sebagai panutan. Atau aku juga tidak mau ngikutin apa mau seseorang, apalagi sudah tahu salah atau dosa … Aku mau teman yang dapat berdampingan. Yang dapat saling memberi dan menerima, tanpa pamrih, tanpa harapan dan persyaratan.
Malam ini setelah makan malam yang kubeli dari warung, aku nikmati dengan bersantai di depan tv. Sendiri. Joko beberapa hari ini jarang ke rumah. Katanya sibuk mengurus om Roni.
“Hai, Amran!” seruku ketika kulihat Amran sudah berdiri di depan pintu. Kemudian kupersilahkan dia masuk. Malam belum begitu larut memang, sekitar jam sepuluh.
“Aku mau tahu tempat tinggal kamu,”katanya membuka percakapan. Dia duduk di pinggir bersandarkan dinding menghadap tv.
“Ya, beginilah,” kataku sambil duduk di sampingnya. “Mau minum apa?”
“Kamu punya apa?” tanyanya.Kemudian dia tertawa. Pertanyaan gurauan …
Aku ingat baru masak air tadi. “Mau kopi? atau teh?”
“Teh saja,” katanya.
Aku berdiri dan menuju dapur. Kuambil dua gelas dan kutuang air panas dari termos. Kemudian kuambil dua sachet teh celup, kemudian kucelupkan ke gelas. Sebentar kemudian air di gelas berubah warna. Ketika aku akan menungkan gula, Amran sudah ada di sampingku.
“Aku pake satu sendok saja gulanya,” katanya. Matanya sibuk mengamati sekeliling. “Asik juga ya tempatnya.” Kemudian dia cerita kalo dia juga ditawarin ngontrak di sini oleh Joko. Tapi dia nggak mau, karena tempat kost sudah diperpanjang sewanya untuk setahun dan lagi dia merasa belum siap untuk tinggal di rumah. Ya, tempat tinggal yang kita bebas melakukan apa saja, seperti di rumah sendiri. Kalau tempat kost kesannya kan menumpang, jadi harus sadar dirilah. kalo mau ‘macam-macam ‘ tentu berpikir dua kali dulu.
Kutuang sesendok gula ke masing-masing gelas. Kemudian dia mengambil gelasnya dan aku mengambil gelasku dan kami berjalan ke ruang depan. Siaran tv terasa membosankan. Banyak cerita mistik atau sinetron yang asal cerita saja. Belum lagi gosip kawin cerai dari para selebritis. Mereka sebagai figur masyarakat luas mestinya memberi pengajaran yang baik, bukannya ngomporin untuk berantem dengan pasangannya.
Setelah duduk kembali di lantai, Amran coba meminum tehnya. Tapi masih panas. Dengan santai dia taruh gelasnya di selangkangnya, persis di atas kontolnya. Dia mendesah.
“Kalo lagi tegang begini ditempeli yang hangat enak juga ya…” katanya sambil memperlihatkan celananya yang gembung dibagian depannya.
Aku senyum saja dengan tingkah yang menggoda itu. Pelan-pelan aku jadi terangsang juga. Ngebayangin aku bisa menikmati kontolnya …Ada rasa denyut sarafku dikepala karena aku berusaha menekan nafsuku. Ah…
Amran membuka restleting celananya, menaikkan bagian bawah kaosnya sampai atas perut dan memperlihatkan celana dalam warna kuning yang sudah mencetak kontolnya di situ. Kemudian gelas tehnya di tempelkan ke kontolnya yang masih tertutup celana dalam.Pelan, takut isi gelasnya tumpah. Dia mengelus pelan kontolnya dengan sisi gelas sambil matanya menonton siaran tv. Naik turun dan kemudian gerakan menyamping. Kulihat kontolnya memang cukup besar sudah sangat menonjol, seperti mau keluar dari celana dalamnya. Kalau saja ditegakkan ke arah pusarnya, pasti sudah keluar dari celana dalamnya. Kontolnya menyilang seperti mau menembus tulang pinggulnya Kerongkonganku terasa kering menyaksikan itu. Kembali aku teguk teh hangatku sambil menekan rasa ingin untuk menikmati lebih Sesekali pandanganku kuarahkan ke arahnya yang sedang beraksi dengan gelas panas dan kontolnya. Aku berharap dalam hati dia mau mengeluarkan kontolnya dan aku dapat melihat utuh batangnya yang sangat besar itu. Tapi dilain pihak aku berusaha untuk tidak merespon apa yang dilakukkannya. Entah berapa lama dia melakukan itu, akhirnya dia selesaikan sendiri dengan mengancingkan kembali celananya.
Ada rasa lega bercampur menyesal setelah melihat aksi Amran yang diselesaikannya tanpa mengeluarkan utuh kontolnya. Pelan kutarik nafas. Jantungku masih berdetak agak keras.
“Maaf, kupikir kamu suka…” katanya. Padahal dia tidak tahu aku sangat susah payah untuk bersikap biasa melihat apa yang dilakukakannya tadi. Sengaja otakku kupaksa agar tidak memberikan reaksi terangsang. Kembali kuhela nafas panjang dengan pelan. Semoga dia tidak tahu, kataku dalam hati.
Amran meminum tehnya. Diteguknya pelan sambil matanya menatapku dalam. Ada rasa risih dipandang begitu. Kusisr rambutku dengan jari-jariku untuk menghilangkan salah tingkahku. Amran merapikan celananya dan menurunkan kaosnya menutupi bagian depan celanamya.
Kemudian dia cerita tentang dirinya yang suka sama cowok. Terutama yang keren, tambahnya. Lingkungan tempat kerjanya di hotel memang begitu, apalagi sesama karyawan, hubungan untuk bermesra-mesra antar lelaki banyak cerita. Semua terasa biasa dan lumrah.
“Berat sekali aku untuk menolak semua godaan itu. Kalu saja aku tidak ingat Tuhan atau dosa, mungkin aku sudah terjerumus bebas …” katanya. Istilah ‘terjerumus bebas’ yang disampaikannya membuat aku tersenyum.
“Mestinya kamu bersyukur masih dapat menahan diri…” kataku menghibur.
Dia mengangguk. Kami terdiam beberapa saat. Seperti ada syetan yang lewat…
Ada sesorang di teras. Joko mungkin, kataku dalam hati. Benar juga, setelah mengucapkan salam dia melangkah masuk.
“Udah lama ya, mas Amran?” tanya Joko sambil melangkah ke dapur dengan membawa bungkusan.
“Ya…” jawab Amran. “Kamu kemana saja Jok, jarang kelihatan.”
Beberapa lama kemudian Joko datang dengan piring yang penuh dengan pisang dan singkong goreng. Hm, ini makanan kesukaanku. Angin malam berhembus pelan dari pintu yang terbuka …
“Wah, Joko lagi bahagia nih…” kataku. Kuambil sepotong pisang goreng yang masih hangat terasa. Kemudian aku ke ruang tidur untuk mengambil tissu. Kembali ke ruang tamu, kulihat Joko meminum tehku.
“Hei… bikin minum sendiri saja…” kataku sambil merebut gelas yang di tangan Joko. Dia tertawa saja.
“Enak juga ya …?” komentarnya sambil berjalan ke dapur.
Kami ngobrol bertiga. Topik macam-macam hal, dari olah raga sampai politik, dari makanan sampai masalah agama. Lewat tengah malam, Amran pamit pulang. Joko menawarkan untuk nginap saja sambil meneruskan percakapan tadi.
“Lain waktu saja,” katanya. Ada nada yang aneh dari jawabannya. Aku tidak tahu pasti apa. Perasaanku mengatakan ada nada kecewa di sana, tapi dengan segera kutepiskan. ‘Kecewa apa-an?’
Joko segera merapikan makanan yang tersisa dan mengambil gelas untuk segera di cuci. Anak rajin memang, kataku dalam hati. Setelah aku menutup pintu aku ikuti dia dari belakang menuju dapur.
“Aku menjual semua yang dibelikan om Roni,” katanya sambil mencuci gelas. Aku berdiri di sampingnya. Aku memang tidak bertanya, dia dapat duit dari mana untuk membeli makanan tadi. Dia sendiri yang berinisiatif bercerita.
Setelah itu kami menuju ruang tengah. Aku rebahkan matras tempat tidurku dan merapikan alasnya. Aku duduk di atasnya. Joko sedang bersedih kulihat. Aku mesti mendengarkan dia. Dia duduk di sampingku.
“Kamu dari rumah sakit?” tanyaku.
Dia mengangguk. “Om Roni minta aku terus menemani dia,” Joko mulai bercerita. Dia mengakui kalau om Roni orangnya baik sekali. Tapi dia tidak bisa terus-terusan bersama om Roni. Dosa, katanya. Tidak jelas apa yang dia maksud dengan dosa itu. Anak abg, masih 17 belasan tahun, bisa juga menahan diri untuk senang-senang menikmati kekayaan orang lain.
Aku baru tahu kalau om Roni termasuk orang yang sukses dengan bisnisnya. Dua perusahaanya yang ada sudah diberikannya kepada kekasihnya, alias teman homonya sebagai tanda cintanya. Sekarang dia memimpin perusahaannya yang lain. Hubungan yang tidak lazim itu memang tidak berumur lama, tidak akan, setelah pacarnya menikah dan punya anak, putuslah hubungan mereka. Om Roni sudah melerelakan semuanya. Merelakan pacarnya, perusahaaanya dan semua yang telah diberikannya.
Dengan kesendirian itu, dia bertemu dengan mas Wawan. Hubungan gelap itu memang tidak berlangsung lama sampai mas Wawan dapat musibah dan om Roni diserang stroke. Dari cerita itu semua, Joko merasa hubungan dia dengan om Roni memang sesuatu yang tidak baik. Joko mengeluarkan duit dari sakunya. Lumayan banyak, lembaran seratus-ribuan.
“Aku tidak tahu mau diapakan duit ini,” katanya.
“Kamu disuruh om Roni ?” tanyaku.
“Tidak. Cuma aku nggak mau memakai pemberian om Roni. Rasanya…” Dia menggelengkan kepalanya seperti menghapus segala hal yang telah menempel di sana.
Kusarankan pada Joko untuk menyimpan kembali duitnya dan membicarakannya nanti dengan om Roni. Pasti om Roni mau mengerti, kataku. Kerisauan masih terpancar di wajahnya.
Kurebahkan tubuhku di kasur sambil memiringkan tubuhku ke arah Joko.Kupejamkan mataku. Membayangkan kesetiaan om Roni terhadap orang-orang yang di sekitarnya. Apakah itu persahabatan atau hubungan saling menguntungkan? Selama ini Joko hanya melayani nafsu sexnya om Roni, tanpa ada rasa suka. Joko memang tidak menolak karena rasa ingin tahunya sebagai remaja juga tersalurkan. Tidak seperti umumnya orang yang memang punya kecendrungan gay yang diominan, bisa saja apa yang didapat dari om Roni boleh jadi menjadikannya sebagi gaya hidup baru.
Joko memang beda, walau punya riwayat yang sangat menyedihkan. Sejak kecil, berawal sejak kelahiran adiknya – Anwar – bapaknya pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya Joko yang masih kecil itu memang tidak mengerti, kenapa ada seorang bapak yang tega seperti itu. Hari-hari pada masa anak-anak ada rasa kangen dipeluk, digendong dan disayang sang bapak kandung. Kerinduan itu memang dipendam dalam-dalam. Dia tidak mau membuat ibunya sedih. Menjelang dia remaja, saat masa kanak-kanak yang sepi dari belaian kasih sang ayah, ibunya dilamar oleh duda. Bapaknya yang sekarang, yang memberi kebahagiaan dan kecukupan hidup yang selama ini tidak didapatnya dari bapak kandungnya.
Mungkin karena merasa bapak tirinya hanya sebagai suami ibunya, jadi Joko tidak terlalu dekat dengan bapak tirinya itu. Jadilah dia mencari figur bapak kepada laki-laki lain yang diinginkannya. Tapi berefek dia seperti seorang gay, yang mencintai sesama jenis.
Sekarang Joko bimbang dengan kedekatannya dengan om Roni. Figur bapak yang dicarinya dimanfaatkan om Roni untuk melayani nafsu sexnya Ah, kenapa ada manusia yang tidak dapat mengerti kodratnya sebagai manusia?
“Mas Yadi,” bisik Joko di sampingku. Rupanya aku tertidur, dan membiarkan Joko sendiri duduk disampingku. “aku mau tidur di samping mas Yadi,” pintanya pelan. Ada nada rinu di situ.
Segera aku geser tubuhku mendekati tembok. Joko rebahan di sampingku. Aku miringkan tubuhku dan memeluk Joko yang tidur membelakangiku. Tangan kananku awalnya memeluk lengannya, kemudian pelan kugerakkan tanganku menyelusuri pinggangnya dan dengan pelan kuturunkan sampai pinggulnya. Tangannya masih mendekap dadanya. Kudekatkan wajahku ke kekepalanya. Dia pasti merasakan dengus nafasku di kupingnya.
Pinggulnya bergerak, sepertinya mengundang tanganku untuk menyelusuri bagian depannya. Pelan tanganku bergerak ke depan pinggulnya dan kurasakan tonjolan di situ. Kudekap pelan kontolnya yang sedang menegang itu dengan telapak tanganku. Kurasakan denyutnya, kurasakan hangatnya.
Entah setan mana yang mendorong tanganku untuk mnyelusupkan tanganku ke balik celananya dan masuk kebalik celana dalamnya. Kurasakan ototnya yang begitu ramping. Dari tulang pinggulnya kujelajahi telapak tanganku kembali menemukan perut bagian bawahnya yang rata dan padat. Pelan kuturunkan telapak tanganku, jariku menyentuh bagian atas ontolnya. Ada cairan yang licin di situ. Ku elus pelan kepala kontolnya, kemudian turun ke pangkalnya dan naik lagi.
Jantungku mulai berdetak kencang memberi sinyal rangsangan. Dia pasti dapat merasakan tekanan kontolku di bokongnya. Kudengar dengus nafasnya yang makin kencang ketika tanganku menekan dan menggenggam kontolnya. Akhirnya, kutarik keluar tanganku dan kembali mendekap tangannya di didadanya. kami masih tidur miring dan aku memeluknya dari belakang. Malam terasa makin dingin.
“Tidak usah diteruskan ya…” kataku sedikit bergetar menahan nafsu. Ya, harus tahan diri. Selama ini Joko sudah kuanggap sahabat dan saudara, tidak mungkin kami saling menyakiti dan saling berbuat dosa. Kembali aku menarik nafas panjang dan menghembusnya pelan. Kuulangi beberap kali, dan Joko melakukannya juga.
Dalam hati aku berdoa, semoga aku tetap dilindungi dari segala godaan. Dan beberapa kali aku menyebut nama Allah dan istigfar. Sengaja aku tidak lepaskan pelukanku, sampai akhirnya aku kembali tertidur.
Sebagai sahabat, tak mungkin aku menodainya dengan hal yang berdosa. Ada pendapat, kalau mau berbuat dosa, jangan sampai mengajak teman. Karena belum tentu sang teman akan tetap jadi teman. Pada saat dia jadi lawan kita, boleh jadi semua noda dosa akan terungkap untuk mengahalangi kita. Sahabat memang sangat diperlukan dalam dunia ini. Apakah saudara dan keluarga dapat dijadikan sahabat? Atau sahabat dapat dijadikan saudara dan keluarga? Ah, semua sangat menyenangkan. Ibarat burung, yang dapat terbang jauh karena terbang bersama-sama. Tujuan besar kita, apapun itu, akan dapat dicapai bila ada sahabat-sahabat di sekeliling kita.
Usahaku hanyalah menjadi sahabat yang dapat membuat orang lain menjadi berani, atau aku sendiri juga berani untuk menunjukkan diri siapa diriku sebenarnya. Sahabat adalah bagian penting dari jalan panjang hidup kita.
Ketika aku menggeliat bangun, masih kulihat Joko tertidur. Tapi tanpa busana! Ya Tuhan kenapa godaan ini datang lagi? Aku lihat Joko begitu indah dengan tubuh telentang pasrah. Kontolnya yang layu di pinggulnya seperti mengundang aku untuk mengeksploitasinya. Pelan Joko bangun, mungkin terasa dia aku memperhatikannya. Kami tanpa bersuara, diam, tapi mata dan tubuh kami saling bicara. Kami berpelukan lagi dan sebentar kemudian, dengan mudah aku juga telanjang di depan Joko. Kontol kami saling menekan. Kami menikmati apa yang kami lakukan. Sampai akhirnya … Ah…
Celanaku kembali basah karena semprotan spermaku sendiri. Aku mimpi basah! Kulihat Joko masih tidur nyenyak dengan pakaian lengkap, tidak seperti dalam mimpiku tadi. Ya Tuhan, kenapa seringkali mimpiku seperti ini? Mimpi berhubungan dengan laki-laki. Entah kenapa aku jadi merasa berdosa. ‘Aku mau mimpi yang normal saja, ya Allah!’ batinku berdoa.
Tak mungkin aku begini terus. Dia sahabatku, seperti dia juga menganggap aku sahabat. Aku ingin jadi sahabat yang dapat mendorongnya bila dia berhenti, sepatah kata bila kesepian, petunjuk arah bila tersesat, senyuman sabar ketika berduka, juga lagu gembira ketika sedang bahagia. Mampukah aku sebagai sahabat begitu? Tak mungkin aku turuti nafsuku. Atau aku dapat menghentikan ketika meluncur terjun kearah dosa. Aku juga mau sebagai sahabat yang siap mendengar bila orang lain mengatakan sesuatu, yang peduli dengan masalahnya dan bisa sebagai tempat berbagi rasa, tempat mencurahkan apa yang ada dalam hati.
Pelan aku bangun. Aroma spermaku terasa kental. Aku mau mandi dan sholat. Kulihat jarum jam sudah jam tiga dua puluh menit. Diluar masih terdengar suara jangkrik dan kentongan petugas siskamling.

Laut Ketang

Sore hari senin saat pemilu presiden, aku bosan di rumah dan memutuskan untuk pergi ke laut yang tidak jauh dari rumah. Tempatnya sepi apalagi kalau sudah sore dan yang ada hanya mereka yang suka memancing. Sebenarnya ini juga alasanku pergi ke .
BIasanya selesai memancing, para pemancing itu suka mandi di laut mereka berbasah-basah dan setelah selesai mereka pergi ke balik bebatuan untuk mengganti pakaiannya yang basah. Dan aku senang sekali berada di bebatuan itu bisa mengintip mereka yang tanpa malu-malu telanjang mengganti pakaiannya.
Nah di hari itu laut sedang surut dan ada dua orang yang aku nggak tau apakah mereka nelayan atau hanya orang biasa yang punya hobi mancing. Mereka berdua bertubuh tegap, satunya lumayan tampan dengan bodi kekar serta kulit tidak terlalu hitam, yang satunya lagi berkulit gelap. YAng aku incar yang berkulit tidak terlalu hitam ini, dia memakai celana training panjang putih dan berburu ikan.
Setelah aku mendekat, wuih pemandangannya menyenangkan. Ternyata dia sama sekali tidak memakai kolor, karena saat dia berdiri, terlihat jelas kontolnya tercetak di celana, dan bayangan hitam jembutnya juga terlihat. Kontolku ngaceng seketika. Lalu dengan sabar aku tunggu dia mengganti pakaian dan aku sudah menunggu disana pura-pura mengambil ikan-ikan kecil.
Tempat biasa mereka ganti pakaian itu terdiri dari bebatuan yang biasa ada di laut dan tinggi-tinggi. Sekelilingnya semak belukar dan tempat itu cukup terlindung kalau anda memang tidak sengaja untuk melihatnya atau memang berada di dekat situ. Ternyata kesabaranku berbuah hasil, dia berjalan ke arah bebatuan tempat aku berada sambil membawa celana jeans birunya, aku lihat dia lirik kiri kanan. Dia memperhatikan aku sebentar, aku tahu itu, lalu dia menurunkan celana panjangnya dan aku melirik, ASTAGA!
Itu kontol terbesar yang pernah aku lihat, bahkan dalam keadaan seperti itu, panjang kontolnya hampir menyamaiku kontolku kalau ngaceng, padahal aku pernah ukur kontolku kalau ngaceng sekitar 14cm. Aku berdiri dan berjalan ke arahnya sambil pura-pura memperhatikan sekitar. Lalu saat itu dia menatapku, dan aku juga menatapnya, lalu aku menurunkan pandanganku ke arah kontol yang kini terlihat sangat jelas.
Kontolnya ternyata tidak berjembut lebat hanya ada sedikit saja itupun tidak terlalu panjang, tapi kepala kontolnya sangat besar sampai-sampai aku tak percaya apa yang aku lihat. Lalu aku tersadar kalau aku melakukan kesalahan dengan menatap seperti itu, lalu aku menatap dia lagi dan ternyata dia masih menatapku tanpa ekspresi. Kemudian dia melirik ke arah kontolnya dan kembali menatapku. Aku mencoba tersenyum dan ternyata dia juga tersenyum meski terlihat sangat kaku.
“Maap mas, nggak sengaja. Soalnya baru sekali ini aku lihat ada kontol sebesar itu,” ujarku dengan berani. Aku melihat ekspresi wajahnya yang terkejut dengan perkataanku. LAlu dia menjawab, “Nggak apa-apa, saya biasa mandi telanjang di kali,” Aku semakin berani dan berjalan mendekatinya sambil sesekali berpura-pura melihat ikan di air. “Kalau lemes aja segede gitu, gimana kalau ngaceng,” “Ah bisa aja,” “Bener kok,” ujarku sambil kemudian duduk di batu dan aku melihat dia agak canggung namun dia masih telanjang bulat. “Kalau punya aku segede itu, aku pasti seneng banget,” Dia hanya tersenyum mendengar perkataanku barusan. “Pernah ngukur gak mas?” tanyaku lagi. “Nggak pernah, yah memang gini adanya,” “Mas, boleh nggak aku pegang kontol mas, aku pengen ngerasain sebesar apa kalau ngaceng,” Dia terlihat kaget lagi dengan perkataanku dan sedikit menelan ludah dengan agak gugup dia berkata, “Ngapaian megang kan sama aja,” “Yah nggak sama lah mas, boleh ya,” ujarku semakin berani dan semakin dekat dengannya. Dia menengok kiri kanan beberapa kali lalu berkata, “Yah.. ya boleh lah, tapi kalau ada orang lepasin ya,” “Beres,” ujarku sambil tersenyum.
Lalu aku dengan sedikit gugup memegang batang kontolnya. Hangat sekali terasa dan dalam hitungan detik kontol itu membesar di genggamanku sampai maksimal. GIla … gede banget!! kepala kontolnya itu membuat aku tak tahan. Aku melirik ke arahnya, dan ternyata dia juga sedang memperhatikan aku sambil sesekali memperhatikan sekelilingnya. Aku elus-elus kepala kontolnya, lalu batangnya mulai aku kocok-kocok. Semakin lama kocokanku semakin kencang dan sesekali aku memilin pelan batang kontolnya. Aku merasakan ada gerakan dia seperti sedikit maju mundur atau memompa tanganku dan juga seperti berputar.
Sekarang sambil aku kocok batangnya, tanganku yang kanan mulai gerilya ke arah biji pelirnya. Biji pelernya sangat tidak sinkron karena berukuran biasa saja, sementara batangnya begitu panjang dan besar serta berurat. Seperti juga dipangkal kontolnya, biji peler dia bahkan sama sekali tidak berjembut. Aku pijat pelan biji pelernya dan dia mulai berdesah-desah pelan. Aku melihat dia memejamkan matanya, aku pikir sekarang atau tidak sama sekali.
Dengan cepat aku menempelkan bibirku di kepala kontolnya. Dia segera bereaksi dan sangat kaget dengan yang aku lakukan, dia sedikit menarik dirinya. Tapi aku tidak mau melepasnya, aku pegang pantatnya lalu tarik kembali ke arahku. Sekarang batang kontolnya aku arahkan ke atas dan aku mulai menjilat bagian bawah batang kontolnya mulai dari bagian bawah hingga ke lobang kencingnya, memainkan ujung lidahku di kepala kontolnya yang semakin berwarna ungu, aku tahu dia sangat keenakan. Lalu dengan beberapa kali usaha aku berhasil memasukkan kepala kontolnya ke mulutku dan langsung aku sedot-sedot dengan kencang, dan aku bisa merasakan urat-urat disekeliling batang kontolnya semakin membesar dan dia juga semakin kuat mengocok mulutku.
“Lepas mas, lepas, saya mau keluar,” kata dia. “Mmmgrrrppphh,” ujarku tak jelas karena mulutku penuh dengan kontolnya sambil menggelengkan kepalaku tanda aku tak mau melepasnya, lalu aku pegang pantatnya dengan kedua tanganku, dan dia masih sedikit berontak. Aku terus menggerilyakan lidahku dan seperti dia pasrah, lalu dia sedikit mengerang dan tak lama mulutku penuh dengan sperma yang sangat banyak di semprotkan dari lobang kontolnya. Banyak juga yang mengalir ke luar dan menetes. Aku terus menyimpan kontolnya di mulutku sampai akhirnya perlahan kontolnya mulai lemas dan aku lepaskan.
Setelah batang kontolnya berada di luar, aku pegang sekali lagi lalu aku jilat-jilat kepalanya dan sisa-sisa sperma yang masih ada. Enak sekali. Dia terduduk di bebatuan dan sedikit terengah-engah. Dia tersenyum malu menatapku, lalu memakai celana jeansnya. “Namanya sapa mas?” tanyaku. “Ahmad,” jawabnya pendek. “Kenalin aku Adi,” ujarku lagi sambil mengulurkan tanganku. Setelah beberapa lama terdiam, dia berkata, “Mas Adi ini suka ya yang beginian,” “Iya, aku suka banget sama kontol apalagi kalo gede kayak punya sampean,” Dia tertawa pelan, lalu aku berkata, “Temen satunya nggak ganti baju juga,” Dia lagi-lagi tersenyum. “Kayaknya enggak, dia cuman pake celana itu,” “Kalo kamu pernah nggak mad yang beginian?” “Ah nggak mas, paling-paling ngocok aja,” “Mad, jangan panggil mas lagi ya, panggil aja Adi,” “Iya deh. Emm aku pergi dulu ya di, nanti temanku nungguin,” “Ya udah, tapi kalau kamu masih mau diisep lagi kapan-kapan, aku sering kok kesini. Itu mobilku, jadi kalo ada mobil itu pasti ada aku. Kalau mau ajak teman kamu itu juga nggak apa-apa,” Dia hanya tertawa saja, lalu permisi dan pergi.
Ah enak sekali ngisep kontol gede orang tak dikenal di .

Terminal Bekasi

Aku baru saja sampai di daerah Bekasi naik bis dari pelabuhan merak. Aku tinggal di Palembang dan tujuanku mau ikut tes sebuah departemen di Jakarta, jadi aku bermaksud main ke rumah temanku waktu masih kuliah yang ada di bekasi ini. Ternyata mau masuk ke bener-bener macet dan sama sekali nggak beraturan, jadi kernek bis menyuruh penumpang yang tersisa untuk turun dan lewat jalan belakang agar lebih cepat sampai.
Aku senang banget mendengarnya, karena sejak di terminal serang aku harus menahan kencing, mana AC mobilnya dingin banget, jadi aku benar-benar tersiksa selama perjalanan terutama sejak mulai masuk daerah Jakarta. Jadi aku berjalan cepat-cepat, melewati gedung yang tak terpakai dan lewat di bagian belakang gubuk-gubuk di pinggiran terminal. Lalu aku melihat sebuah WC umum dan dengan segera aku masuk kesana.
Aku lupa tempatnya di sebelah mana, tapi yang kuingat WC umum itu agak masuk kalau dari luar. Aku cepat-cepat masuk ke bagian laki-laki, dan aku kaget saat melihat 2 bilik sama sekali tidak berpintu. Satu kosong dan satu lagi ada yang sedang mandi sehingga bisa kulihat kontolnya. Meski mulai terangsang aku cepat-cepat ke tempat buang air kecil yang seperti tempat mengambil air wudhu di masjid. Jadi siapapun yang buang air kecil akan bisa melihat dengan jelas kontol orang lain.
Saat aku mulai kencing ada seorang bapak yang masuk kencing juga, saat akan mengambil kontolnya ia sempat melirik kontolku, tapi aku cuek aja karena aku memang sangat kebelet. Lalu ia selesai dan masuk lagi seorang yang masih muda, umurnya sekitar 25 tahunan, kulit agak gelap dan tingginya sekitar 160-165cm, rambutnya agak ikal dan ia memakai seragam seperti yang dipakai bis-bis kota.
AKu masih belum selesai juga saat ia membuka tali pinggang lalu menurunkan resleting dan membuka kancing celana panjangnya yang berwarna hitam lusuh. Ia sama sekali tidak memakai celana dalam, karena saat kancingnya dibuka langsung terlihat kontolnya dan jembutnya secara penuh. Aku kemudian selesai dan kulirik kontolnya sekali lagi, saat itu ia juga menatapku. Aku kaget tidak menyangka akan bertemu mata seperti itu. Dia tersenyum, tak terlalu manis memang, aku membalasnya dengan sedikit senyum. Ia kemudian mengarahkan kontolnya sedikit menyamping ke arahku dan dia sudah selesai kencing, tapi ia tak memasukkan kontolnya malahan ia sedikit memainkannya ke arahku.
Kaget dan takut serta senang, perasaan itu campur aduk. Aku melirik ke arah dia sekali lagi dan kali ini dia membuat gerakan mengocok di kontolnya. Aku sekarang melirik ke arah orang yang sedang mandi, ternyata dia sedang handukan dan memperhatikan kami berdua. Lalu laki-laki yang tadi kencing berkata, “ke belakang yuk?” “Belakang mana bang?” tanyaku “Yah kalau kamu mau ikut aja,” jawabnya “Ngapain bang,” “Biasalah, sudah lama kontolku ini nganggur,” ujarnya sambil tersenyum. Aku juga tersenyum dan sekali lagi melirik ke arah lelaki yang tadi masih handukan, ia masih handukan dan kulihat kontolnya sedikit menegang, aku rasa ia pasti mendengar apa yang kami bicarakan karena ruangan itu tidak terlalu luas. “Kenapa, takut?” tanya laki-laki itu. “tenang saja aku nggak bakal berbuat jahat, aku cuma mau ngelepasin pejuh di kontolku, liat biji pelerku sedikit membesar, kayaknya kepenuhan,” katanya lagi. Akhirnya aku mengangguk dan kami berjalan keluar setelah ia membereskan celananya.
“Hei, tak usah bayarlah,” katanya saat aku akan mengeluarkan uang untuk membayar jasa WC. “Mau kemana rip?” tanya penjaga WC yang ku taksir umurnya sekitar 23-an pada laki-laki yang bersamaku. “Ke belakang warung dodi,” jawabnya “Ngapain?” tanya penjaga itu lagi. “Kalau kau mau datang sajalah, barang baru,” ujar laki-laki yang ternyata bernama arip sambil menyenggolkan bahunya di tanganku. Aku kontan saja malu bukan kepalang. Penjaga WC itu menatapku dan ia tersenyum, lalu ia membuat gerakan oral ke arip yang kembali tertawa. Kami berdua segera meninggalkan tempat itu.
“Rame orang nggak bang disana?” tanyaku “Yah kosong, tapi kalo mau bisa juga jadi rame,” jawabnya. “Maksud abang apa?” “Yah, pesta seks. Kalo malem sih di tempat itu banyak yang ngeseks, ada yang bawa lonte, ada yang lagi diisep, yah gitulah” “Apa nggak risih bang rame-rame gitu,” “Malah enak,” “Abang pernah ya?” “Sering malah,” “Sama lonte juga?” “Kebanyakan sih sama laki-laki, lebih enak sih,” “Lah yang laen?” “YAh biasa aja lagi, yang penasaran kadang malah ngedeketin trus nyoba ikutan,” “Trus yang jaga WC tadi?” “Si Asep?, dia mah biasa isep-isepan sama saya,” lalu dia berhenti dan menunjuk sebuah bangunan yang sepertinya tidak terurus. “Di situ tempatnya, yuk masuk kita di atas aja,” Lalu kami kembali jalan dan sesampainya di atas ada bagian lantai yang sudah beralaskan tikar.
“Disini saya biasa maen. Liat nih ke tikernya, banyak sisa-sisa pejuh yang meleleh kesini, malah ada yang sengaja disemprotin disini biar jadi kenang-kenangan gitu, tuh liat banyak sisa-sisa pejuh yang kering kan?” Aku mendekati tiker itu dan baunya sangat khas sekali, yah bau sperma kering. Tanpa basa-basi Arip segera membuka celananya yang memang sudah menggembung di bagian kontolnya.
Kontolnya Arip sangat unik, panjangnya sekitar 12-13 cm tapi gemuk sekali. Saya mendekat dan segera memegang batang kontolnya dan terasa begitu besar dalam genggaman entah berapa diameternya. “Gila bang, gede banget kontolnya?” “Iya, gimana situ suka?” “Suka banget,” ujarku sambil mulai ngocokin kontolnya. Dia langsung merebahkan dirinya di tikar, dan aku menarik celana panjangnya biar aku puas eksplorasi. Aku mulai mengusap-usap jembutnya yang lebat sambil tangan kananku tak berhenti mengocok batang kontolnya. Lalu aku remat-remat biji pelernya yang juga terasa kasar karena penuh sekali dengan bulu jembut.
Aku lalu mulai menjilat pangkal kontolnya di bagian bawah. Terasa sekali aroma khas bagian itu yang jarak terjamah. Dia tampak mengerang-erang, lalu ujung lidahku mulai ke bagian pelernya kemudian perlahan bergerak naek hingga ke ke pangkal kontol bawah lalu meneruskannya ke kepala kontol masih dibagian bawah. Sesampainya di kepala kontol, aku jilat-jilat lobang kencingnya pelan-pelan sekali, lalu mengelilingi kepala kontolnya yang terus bertambah besar.
Kemudian aku kulum-kulum sedikit bagian kepala kontol itu. Aku beberapa kali mencoba memasukkan kepala kontol itu tapi selalu gagal malahan mulutku agak sedikit tegang karena kepala kontolnya memang luar biasa besar. Akhirnya aku mengalihkan lidahku ke sisi kiri dan kanan batang kontolnya. Lidahku terasa melompat-lompat saat melewati urat-urat kontolnya dan saat aku ada ditengah-tengah batang kontolnya aku mensesep-sesepi batang itu. Aku menjadi semakin gemes, tanganku kembali meremes-remes batangnya dan akhirnya aku nekat untuk mencoba sekali lagi mengulumnya dan berhasil!!
Meski terasa sangat penuh aku terus mencoba menurunkan mulutku dan berusaha mengulum habis batangnya, tapi tetap tak muat, malah aku merasa mau muntah karena mulutku yang terbuka lebar untuk beberapa lama membuat sakit. “Sialan, barusan ada ngecret disini,” katanya tiba-tiba. Aku melepaskan kulumanku dan menatap ke arah tangannya. “NIh liat, pejuhnya masih basah banyak lagi,” ujarnya lagi. Memang kulihat banyak pejuh yang berceceran di lantai, dan itu membuatku semakin ngaceng. “Bang, entotlah aku. Sudah nggak tahan,” ujarku sambil berdiri lalu menurunkan celana panjang dan celana dalamku hingga sebatas mata kaki. “Nggak diisep dulu kontol kamu?” “Nggak usah dah bang, aku sudah nggak tahan,” ujarku tersengal-sengal karena sangat bernafsu. “Ya sudah,” ujarnya. Dia memakai kondom lalu memoles lobangku dengan minyak baby oil.
Kepala kontolnya sudah ditempelkan tepat dipinggir lobangku dan dia berusaha menekannya. Tapi kepala kontolnya memang terlalu besar sehingga susah sekali masuk. Kalau dia nekat neken sekuat tenaga aku sedikit menjerit karena susah, akhirnya kita ganti posisi. Dia tiduran di bawah dan aku melepas seluruh celanaku lalu naik ke badannya. Ku arahkan kepala kontolnya ke lobangku, dan aku memejamkan mata, lalu dengan agak kuat aku menekan turun dan Blessss….!! kepala kontol itu masuk sempurna, aku masih memejamkan mataku, aku merasa lobangku robek karena diameter kepala kontol yang begitu besar. Lalu aku terus menurunkan tubuhku dan akhirnya perlahan-lahan seluruh batang kontolnya amblas. Syukurlah batang kontolnya tidak begitu panjang, kalau sudah begitu besar dan panjang apa nggak mati aku?
Lalu aku mulai naek turun perlahan. Rasa enak mulai datang pelan-pelan, apalagi karena diameternya yang besar membuat lobangku terasa sangat geli dan enak saat harus bergesekan dengan kulit kontolnya yang tidak rata oleh urat. Dia terlihat bernapsu dan ikutan menaik-naikkan pantatnya untuk menghajar lobangku. Sakit yang tadi kurasakan kini sudah berganti dengan kenikmatan yang tiada tara. Aku menggeol-geol putar lobangku dan aku melihat dia nampak tersengal-sengal. “Ayo ganti posis,” ujarnya. Tanpa melepas kontolnya kami bertukar posisi aku menghadapnya dan dia menghajar lobangku yang ditopang dengan tas yang aku bawa.
Dia bener-bener perkasa. Aku sangat suka tusukan-tusukan yang kasar dan keras serta cepat. Keringat membanjiri tubuh kami berdua, dan aku mengeluarkan airmata karena rasa nikmat yang kurasakan, apalagi dia suka sekali membenamkan seluruh kontolnya agak lama lalu memutar-mutar sehingga jembutnya menggesek-gesekkulit pantatku dan sangat geli sekaligus nikmat. Kontolku mulai mengeluarkan air, dan lumayan banyak. Baru sekali ini aku merasakan yang seperti ini.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh sebuah suara yang datang dari arah tangga. “Woi elu rip,” kata seseorang yang muncul dari tangga. Aku menjadi panik, dan aku melihat orang itu. Penampilannya biasa aja, seperti kebanyakan anak muda yang suka ada diterminal. Rambutnya dipotong cepak memakai kaos putih dan jeans biru. “Elu wan?, nggak narik,” tanya Arip. Luar biasa …..!!!! tanpa sungkan Arip tetap menghajar lobangku sementara temannya datang mendekat, bahkan dia sekarang sudah duduk disamping kami. “Baru pulang, capek gue,” katanya sambil menatapku lalu menatap kontol Arip yang keluar masuk lobangku. “Arggghhh… arghh…” erang Arip tetap mempertahankan kecepatannya. Sekarang aku sudah tidak perduli lagi dengan temannya itu malahan terasa sangat merangsang ada orang laen disitu, aku kembali menikmati sodokan demi sodokan Arip selanjutnya.
“Tadi siapa kesini wan? tuh ada yang ngecret,” tanya Arip saat seluruh kontolnya terbenam di lobangku dan tangannya menunjuk ke arah ceceran pejuh yang ada di lantai, sambil terus memutar-mutarkan batangnya di dalam. “Si Eko, tadi dia ngebawa neneng kesini,” ujar temannya Arip itu. LAlu Arip kembali mengganjar lobangku, sambil menatap mataku dia berkata, “Tenang aja, ini temen gue wawan. Dia mah nggak doyan kontol, tapi demen ngeliatin orang ngentot,” “Wawan,” ujarnya mengulurkan tangannya kepadaku. Bisa dibayangin nggak sih, aku lagi dientot orang sementara temen orang itu kenalan sama aku saat aku merasa sangat enak, wuihh bener-bener membuatku nggak tahan.
AKu mengerang, dan CROT..CROTTT….CROTTTT berkali-kali pejuhku terlontar dari lobang kontol, mengenai mukaku, daguku sebagian ada yang kelantai dan ada juga yang kena kelingking si Wawan karena ketika pejuhku nyemprot aku kelojotan nggak keruan, dia cuma tersenyum lalu mengelap kelingkingnya yang kena pejuhku di tikar yang kami pakai. Melihat aku ngecrot abis-abisan membuat Arip nggak tahan lagi. Dia menggeram keras dan kembali … CROOOOTTTT…CROTTTT…CROTTTT, pejuhnya menyemprot ke kontolku dan juga jembutku. Begitu banyak sampai-sampainya banyak yang meleleh dari pelerku yang kena semprot dan akhirnya jatuh ke tikar. “Banyak banget lo keluar rip,” kata si wawan. Arip tidak menjawab, dia masih tersengal-sengal dan terus berusaha mengatur nafasnya. Sementara kontolnya yang masih mengeluarkan lelehan pejuh di usap-usapkan ke kontol dan jembutku.
Arip lalu menindih tubuhku setelah sebelumnya mengepaskan posisi kontolnya dan kontol aku dan kemudian mencium bibirku. “Gila nih anak, lobangnya enak banget,” kata Arip ke wawan yang kemudian tertawa. Akhirnya setelah beres, Arip mengantarkan aku ke rumah temanku.

Kuli proyek nonton bioskop

Malam itu film India ditayangkan di bioskop tersebut, tak banyak lagi peminat bioskop semenjak sarana hiburan telah masuk langsung ke ruang tamu masing masing keluarga berupa TV, VCD maupun DVD. Hanya ada beberapa orang yang sedang menunggu di lobby sederhana bioskop tersebut menunggu loket karcis buka, termasuk aku yang sengaja datang ke bioskop tersebut untuk menyalurkan hobbyku menyedot kontol penonton yang memang datang dengan alasan yang sedikit berbeda yaitu kontolnya minta disedot, klop sudah. Dari penampilan pengunjung tampak umumnya laki laki berasal dari kelas bawah, tak perduli dengan penampilan, berpakaian seadanya, sendal jepit, tak ada bau parfum yang menyengat, kaos oblong lusuh atau baju terbuka dua atau tiga kancing atas telah lepas, celana pendek maupun panjang dengan robekan disana sini, pokoknya betul betul menggugah selera homo jahanamku, karena aku tahu pasti lebih dari 80% dari mereka pastilah tidak memakai celana dalam karena sudah menjadi kebiasaan kalangan pekerja kasar tidak mau direpotkan dengan segala macam asesoris termasuk celana dalam. Ada dua orang kuli proyek masuk kedalam lobby sambil menenteng helm kuning, memakai celana jeans sempit ngepas dikaki dengan robekan pada daerah kedua lutut dan paha, memakai baju kotak kotak tangan panjang yang sama lusuhnya dengan celana mereka, kancing baju terbuka menampakkan dada mereka yang bidang dengan otot dada yang menggelembung bahkan yang seorang hanya mengikat simpulkan ujung bawah bajunya karena tak berkancing lagi sehingga otot perutnya yang rata dapat aku nikmati. Hmm… aku targetkan untuk duduk didekat mereka, untung untung dapat menggoda salah seorang atau keduanya ketika didalam nanti. Tak lama kemudian loketpun buka, seperti halnya kelas bawah maka langsung saja menyerbu bergerombol didepan loket tanpa mengenal kata antri, akupun berusaha juga mendekati kedua kuli proyek tersebut dengan harapan mendapat nomer kursi yang berdekatan, namun akh… gagal. Ketika membayar uang karcis diloket, si penjaga karcis entah sengaja atau tidak meremas tanganku iihh… genit juga ini orang namun aku membiarkan saja remasan tangannya pada tanganku sambil menerima uang kembalian beserta karcis, nomer A10. Baris paling belakang pinggir kanan, aku menuju tempat dudukku sambil mataku menjalang liar kekanan kekiri melihat dimana gerangan posisi kuli proyek yang aku taksir tadi agar dapat pindah kedekat mereka ketika film mulai main. Gotcha!… baris 4 kiri tengah. Lampu dipadamkan, tayangan ekstra mulai main, kwalitas film nggak usah ditanya, banyak gerimisnya, tiba tiba ada seorang berdiri didepanku menghalangi pandanganku kelayar, busyet si penjaga karcis telah berdiri didepanku dengan kontolnya mengacung tegak keluar dari ritsleting celananya yang terbuka lebar. “Isep!” bisiknya padaku seraya menarik belakang kepalaku mendekat kearah kontolnya. Hidangan pembuka terhidang, aku tak melepaskan kesempatan itu segera saja lidahku mulai menari nari menjilati kepala kontolnya yang semakin merekah membesar berkilat. Semakin lama semakin dalam dia menyodok nyodokkan kontolnya kedalam mulutku dan aku layani saja dengan segenap kemampuanku mengulum mengemut dan mengisap kontolnya yang gede itu sampai kepangkal kontolnya sehingga jembutnya menggelitik hidungku… dan badannya mulai mengejang bergetar sementara kontolnya berdenyut denyut di dalam mulutku dan… crroot crroot arrrgh dia mengerang ketika kontolnya memuncratkan pejuhnya yang hangat kedalam pangkal tenggorokanku. Aku telan abis pejuhnya tanpa tersisa sambil menjilati membersihkan lelehan pejuh dibatang kontolnya, dia mengambil tempat duduk disebelahku terkapar lemes dan sebentar saat kemudian tertidur, dasar laki laki tipe pejantan tulen taunya ngecret dan tidur. Filmnya sudah berjalan seru, aku tak sempat memperhatikan ceritanya tentang apa karena gangguan si penjaga loket yang kini terkapar disebelahku, yang ditayangkan dilayar saat ini seorang penyanyi dengan pakaian erotis teteknya mau tumpah dari BH bergetar getar seluruh tubuhnya di pelukan seorang lelaki India… tau ah, aku bangkit menuju baris tempat duduk kuli proyek tadi berada, menuju hidangan utama setelah hidangan pembuka tadi aku tuntaskan abis. Dengan menunduk nunduk aku menyusuri baris demi baris kursi akhirnya sampai juga ketempat tujuan “Kosong mas?” pura pura aku bertanya pada kuli proyek yang sedang serius memelototi penari erotik India yang tengah ditayangkan dilayar “Hmm…” jawabnya sekenanya tanpa memperhatikan aku Aku duduk disebelah mereka, sambil melirik ekspresi dan gerak gerik kuli tersebut ketika asyik menonton. Bau mereka khas bau laki laki pekerja kasar yang menurut hematku lebih harum dari parfum perancis yang manapun, mulut ternganga, jakun naik turun menelan liur, dan tangan mereka masing masing mengusap tonjolan kontol yang menggunung di celananya wow… lagi terangsang ya. Aku beranikan diri untuk mulai meraba lututnya yang terbuka, mengelus pahanya dan naik terus kearah gundukan kontol kuli disebelahku “Iiih… ngaceng ya mas” bisikku lirih mendekati kupingnya. Dia diam saja tak bereaksi untuk menepiskan tanganku, membuat aku semakin berani meremas kontolnya yang masih terbungkus celana jeansnya itu. “Gue isep ya mas?” tanpa menunggu persetujuannya aku berjongkok di hadapannya sambil sibuk membuka membebaskan kontol kuli yang udah terangsang berat akibat tayangan film dan belaian, usapan dan remasanku dan… ploph! kontolnya tegak berdiri gagah, tak salah lagi aku menaksir orang yang menjadi inceran, kontol gede berurat urat menantang dengan kepala kontol merekah bagaikan kepala jamur. Dia memelorotkan sedikit posisi duduknya sehingga memudahkan aku menyelomoti kontolnya sementara tanganku mengusap usap perutnya yang rata menjalar kearah dadanya yang berotot dengan puting susu item gede melenting. Sementara itu temannya mulai terangsang pula melihat kegiatan yang tengah berlangsung disebelahnya, menangkap tanganku yang satu dan membawanya kearah kontolnya yang ternyata udah keluar dari sarangnya dan tak kalah gede dengan kontol temannya yang sedang aku selomoti “Gantian isep kontol gue juga dong” bisiknya padaku. Tawaran yang aku tunggu tunggu, dua kontol gede kuli proyek ngaceng berat aku genggam, jilat dan aku isep bergantian di dalam ruang bioskop yang gelap. Semakin lama semakin gede dan kenceng aja kedua kontol itu dan semakin mekar kepala kontol mereka membuat aku tak tahan lagi “Entotin pantat gue dong” pintaku pada mereka Gila, mereka menuruti kemauanku, merosot dari kursinya masing masing yang seorang mengentotin mulutku keluar masuk dengan ganas dan buas bahkan sampai melewati pangkal tenggorokanku dan yang seorang lagi menyodomi pantatku tak kalah ganas dan buasnya dengan kuli yang mengentotin mulutku, suara kecipak kecipok ploph ditingkahi dengan musik India membuat mereka semakin bersemangat menyodokkan kontolnya yang lapar dan dahaga minta segera dipuaskan… argghh,keringat membanjiri tubuh kami karena ruang bioskop tidak ber AC aku nggak perdulikan lagi keadaan sekitar apakah ada yang memperhatikan kegiatan kami atau tidak, yang jelas tak berapa lama kemudian kedua kuli itu semakin mempercepat kentotannya di mulut dan di lobang pantatku, badan mereka bergetar hebat menggelijang menggeliat dan diiringi dengan lenguhan bagaikan banteng terluka memuncratlah pejuh hangat dalam jumlah yang sangat banyak mereka kedalam mulut dan lobang pantatku hingga meleleh keluar, berkali kali dan berkali kali. Setelah beberapa saat membiarkan kontolnya didalam mulut dan didalam lobang pantatku, akhirnya mereka melepaskan kentotannya “Jilat sampe bersih” perintah kuli tersebut padaku. Aku menjilati kontol mereka bagaikan kucing membersihkan bulunya, sampai bersih mengkilap, akupun beranjak dari tempat tersebut menuju jalan keluar sementara air mani kuli proyek masih meleleh keluar dari anusku, licin anget perih membuat sensasi tersendiri sehingga membuat kontolku udah nggak tahan lagi dan muncrat didalam celana membentuk noda basah… cuek aja dah aku melenggang jalan keluar bioskop dengan bercak sperma dibaju tumpahan pejuh kuli proyek yang mengentotin mulutku dan dicelana yang keluar dari kontolku yang masih ngaceng dan dari anusku limpahan pejuh kuli proyek yang menyodomiku tadi, wow…

AH Indahnya

PENGALAMAN MENARIK
Setelah pulang kuliah, seperti biasanya aku mampir ke Fitness Center tempat aku biasa meluangkan waktu untuk membentuk tubuh. Fitness Center itu berada pada suatu hotel yang cukup besar di daerah Jakarta Pusat. Sesampainya disana ternyata masih sepi, maklum baru jam 2 siang diamana hari masih sangat panas dan masih banyak member yang masih bekerja. Segera aku meminta kunci locker dan mulai memasuki ruang ganti. Aku mulai melepaskan pakaianku satu persatu sehingga tinggal CD miniku yang tersisa lalu aku mengenakan pakaian fitness ku yang biasa berupa baju lengan buntung berwarna putih dan celana pendek hitam serta sepatu adidas dan kaus kaki berwarna putih. Aku mulai memandang ke kaca, wah ternyata badanku masih ok, terlihat bahu besar, dada terlihat menonjol berotot disertai bulu dada yang cukup banyak keluar dari batas atas kaus, pinggang yang ramping dan leher yang kekar. Aku rasa badanku cukup proporsional untuk seseorang pria. Aku memasuki ruang gym dan memulai pemanasan bagi seluruh otot tubuhku untuk menghindari cidera jika aku mengangkat beban. Tidak berapa lama, masuklah seseorang yang sering kulihat dikampusku. Ia adalah kakak kelasku 1 tahun diatasku, bernama Bram. Dari segi fisik, Bram adalah sosok yang sempurna, paling tidak itu menurutku. Ia memiliki tinggi ° 175 cm dengan rambut hitam legam lurus menutupi dahi, hidung mancung, bibir kemerahan terletak di atas dagunya yang berbelah. Wajahnya putih bersih sehingga pada daerah kumis, dagu dan cambangnya berwarna kehijauan bekas cukur bulu-bulu wajah. Tubuhnya sangat atletis, dadanya terlihat lebar berbentuk segi tiga dengan otot dadanya menonjol di balik kaus putihnya, dan terlihat lebih besar dibandingkan otot dadaku. Otot bahu, Bisep dan trisepnya terlihat menonjol membentuk lengannya sehingga sangat indah dipandang. Ia mengenakan celana aerobik berwarna hitam yang sangat ketat sehingga menonjolkan suatu gundukan sangat besar di atas selangkangannya. Yang paling kusuka adalah pantatnya yang terlihat bulat menonjol, berdiri diatas kedua paha yang berotot sangat besar. Bram terkenal sering berjalan dengan beberapa wanita cantik sehingga dijuluki Play boy campus. Walaupun aku sangat mengaguminya tetapi aku tidak pernah berbicara atau memulai pembicaraan dengannya, karena kawatir ia mengetahui bahwa aku menyukai sesama jenis, sejauh ini setahuku belum ada teman straight yang tahu. Aku pura-pura tidak melihatnya masuk. Tetapi itu menyebabkan aku sering mengimpikannya waktu tidur bahkan sampai ngimpi basah… Ah, buat apa aku menghayal terus,.. lebih baik aku memulai latihan bench press ku. Mulailah aku mengangkat barbel dengan posisi berbaring dari beban yang ringan, kemudian secara bertahap kutambah berat beban, sambil mengangkat barbel kulirik Bram sedang melatih otot bisepnya di sudut ruangan. Pada set yang ke 4 mendadak lengan kiriku terasa kram, wah jantungku berdebar-debar, celaka bisa bisa beban seberat 60 kg menimpa dadaku, aku menjerit “aduuh.. “. Sebelum barbel menipaku, mendadak tangan Bram sudah menopang kedua barbel itu dengan lengannya yang kekar dan membantu menaruh barbel ke tempat penyangganya. “Thanks” kataku kepada Bram, kulihat wajahnya tersenyum manis sehingga memperlihatkan giginya yang putih tersusun rapi dan pada pipinya terlihat lesung pipitnya, kemudia ia berkata. “Nga papa.., tapi lain kali kalo mau ngangkat barbel dan ngak ada instruktur, cari teman yang mengawasi dong”. Aku tersenyum sambil meringis menahan sakit lengan yang kram. “Kamu kram ya? Sini aku urut, kebetulan aku bisa” kata Bram. Tanpa menunggu jawaban ia langsung mulai mengurut lenganku yang kram, membuat hatiku berdebar-debar. Bram mengurut dengan begitu lembut membuatku merinding, tanpa disadari penisku mulai membengkak sehingga aku segera menutupnya dengan handuk. Setelah 10 menit mengurut, Bram berkata “sudah coba digerakkan”. Aku mulai menggerakkan lenganku, ajaib langsung tidak terasa sakit. “Sekali lagi thanks..” kataku. “Ok, tapi jagain aku yah.. aku juga ingin ngangkat barbel ini, kita gantian..” jawab Bram. Bram mulai mengangkat barbel dengan posisi terlentang, aku menjaga dari sisi samping tubuhnya. Setelah satu set, kini giliranku mulai mengangkat barbel, Bram mengambil posisi berdiri di posisi kepalaku, sehingga waktu mengangkat barbel aku melihat gundukan besar diatas selangkangannya terlihat jelas tepat diatas mataku, terlihat di atas gundukan itu ada bentuk kepala kemaluan besar yang menonjol, wah aku semakim berdebar-debar, kutekuk kedua kakiku sehingga penisku yang sudah menegang tidak terlihat dengan jelas. Bau wangi parfum Emperio Armani –nya Bram tercium olehku, membuatku semakin horny. Wah aku tidak kuat lagi nih, sehingga aku menolak ketika tiba giliranku mengangkat barbel. “Aku udah capai, kamu aja deh yang mengangkat barbel” kataku kepada Bram. Kembali aku mulai menjagai Bram waktu mengangkat barbel sambil mencuri-curi pandang pada celananya, aku tidak berani berdiri dekat-dekat karena kawatir penisku yang mengelembung super besar di celanaku terlihat olehnya. Setelah beberapa set akhirnya selesai sudah. Sewaktu istirahat aku mulai ngobrol panjang lebar kepadanya, ternyata Bram adalah orang yang enak diajak ngobrol, ia begitu dewasa dan berpandangan luas, maklumlah ia tinggal sendiri di Jakarta sudah sejak lama karena orang tuanya tinggal di luar negri. Setelah beberapa saat, Bram berkata “Aku sudah selesai, mau mandi dulu, kamu ?”. “Aku juga sudah” jawabku. Kita bersama-sama menuju ruang shower, Bram membuka pakaian fitnessnya, sehingga hanya terbalut oleh CD hitamnya, lalu ia melibatkan handuk ke pinggangnya yang ramping dan berjalan menuju ke shower. Aku mengikutinya dan berencana mengambil shower di sebelahnya. Shower disana hanya dibatasi oleh tirai plastik agak transparan. Aku sengaja mengulur waktu agar bisa melihat Bram membuka CDnya di shower. Dari sisi tirai yang terbuka terlihatlah Bram membelakangiku telanjang memamerkan punggung dan pantatnya yang putih mulus sangat indah, mulai menyabuni seluruh tubuhnya seakan acuh pada lingkungan sekelilingnya. Setelah beberapa menit memandangi dari sisi tirai yang terbuka, aku mulai takut ia menyadarinya, sehingga aku juga mulai mengambil shower sebelahnya dan mulai mandi. Sambil mandi aku mulai mencuri-curi pandang ke shower sebelah, walaupun dibatasi tirai, masih terlihat bayangan Bram menyabuni belahan pantatnya kemudian kemaluannya yang menggantung, sudah terlihat besar biarpun masih lemas.. Ah,..aku benar-benar sudah tidak kuat lagi…aku merasakan cairan bening keluar dari lubang penisku. Segera aku menyelesaikan mandiku dan berpakaian. Bram juga selesai dengan mandinya, ia mulai berpakaian. Aku berharap dapat melihat kemaluannya sewaktu ia membuka handuknya, tetapi harpan itu pupus, Bram memakai celana dalamnya dengan ditutupi handuk, kemudian ia memakai T shirt hitam dipadukan dengan blue jeans ketat yang mempertontonkan belahan pantatnya menymbul bulat dan super sexy itu. Terlihat jeans itu mengepres bagian pantat, paha dan betis dengan jelas. Tidak heran ia pernah dijadikan model iklan jeans. Setelah selesai ia berkata kepadaku, “Kamu ada acara nga? Aku mau makanan di restoran bawah, mau join?”. Dengan tanpa berpikir panjang aku langsung meganggukkan kepala, berharap bisa lebih lama ngobrol dengannya. Sesampai di restoran kita memesan pizza, lasagna, dan coke. Sambil makan aku membuka pembicaraan dengan menanyakan kabar pacar Bram saat ini. Diluar dugaan Bram mengungkapkan isi hatinya, bahwa ia baru berpisah dengan pacarnya yang terakhir. Bram berkata “Dari beberapa hubungan dengan wanita, aku belum menemukan wanita yang benar-benar aku sayang, mereka memang cantik, tapi dari segi karakter belum ada yang aku kagumi”. Terliahat wajah Bram muram, pancaran wajah yang segar terlihat pudar. Melihat wajah itu, aku jadi iba, aku memulai mengalihkan pembicaraan seputar perkuliahan. Bram sudah sampai pada tingkat akhir dimana ia sedang mengerjakan tesis akhir. Bram berkata “Aku terbentur kesulitan dalam bidang statsitik penelitianku, kamu bisa bantu? Kudengar kamu sangat pintar”. Wajahku memerah mendengarnya, “Oke deh aku bantu kamu” kataku. “Kalau ada waktu hari ini, abis makan kamu bantu aku, oke? Besok kan hari libur”. Aku menganggukan kepala mengiyakan. Setelah selesai makan, aku kendarai mobilku mengikuti BMW hijaunya Bram menuju condominiumnya di daerah Semanggi. Sesampai di tujuan, kami memarkirkan mobil di basement dan naik lift ke lantai 24. Terlihat condominium Bram tertata rapi dan nyaman. “Aku ganti baju dulu” segera Bram menyalakan AC dan memasuki kamar tidurnya. Keluar dari kamar ia mengenakan kaus legan buntung warna hitam dengan celana pendek putih tipis, karena badanya padat, celananya terlihat ngepres. Setelah ia membawakan minuman kaleng, kemudian kami bersama-sama mengerjakan statistik untuk tesisnya. Kita duduk di karpet, secara tidak disadari kadang aku memperhatikan celananya, sepertinya Bram tidak memakai celana dalam, karena kadang terlihat kepala kemaluannya yang besar berwarna kemerahan menggantung ke bawah dan menonjol dibalik celana tipisnya yang berwarna putih. Sambil mengerjakan tugas kita bercanda seperti sudah kenal lama sehingga tak terasa waktu cepat berlalu, sudah jam 12 malam, terlihat Bram sudah menguap. Bram berkata “Aku ngantuk banget nih, kamu tidur disini aja, besok baru pulang, udah tengah malem, rumahmu kan jauh?”. “Boleh aja tapi aku nga bawa baju ganti” jawabku. “Udah pakai pakaianku aja”. Segera ia mengambil sepotong baju lengan buntung dengan celana pendek seperti yang dikenakannya tetapi berwarna hitam. Aku masuk ke kamar mandi dan membuka seluruh pakaianku. Karena aku tidak membawa CD cadangan, kukenakan celana pendek yang diberikan Bram tanpa mengenakan CD, kupikir toh Bram juga tidak pakai CD. Setelah selesai ganti baju, kulihat di cermin ternyata kemaluanku yang panjang terlihat bentuknya menggantung dari luar, ah tapi masa bodoh, Bram juga tidak akan memperhatikannya. Aku berbaring si sisi kanan Bram di atas spring bednya yang besar. Kemudian Bram meredupkan lampu, dan mulai tidur dengan posisi terlentang. Tidak beberapa menit terdengar nafas Bram sudah dalam menandakan ia sudah terlelap. Aku mencoba memejamkan mata, tetapi entah mengapa aku tidak bisa tidur, pikiranku melayang mengingat kejadian tadi siang bersama Bram sambil menghayal lebih jauh. Karena tidak bisa tidur aku mulai memandangi wajah Bram, wajahnya sewaktu tidur menggambarkan pancaran kepribadian yang lembut, tenang dan dewasa. Dari sisi samping terlihat hidungnya yang mancung lurus dengan ujung yang agak lancip berada diatas bibir kemerahan dan dagu berbelah sangat indah, kemudian aku mengalihkan pandanganku ke dadanya, terlihat bulu-bulu hitam pada dadanya yang bidang. Aku mulai memandangi perutnya yang rata, dari kausnya yang tersibak terlihat bulu perutnya yang lebat berjalan sampai ke batas atas celana pendeknya. Pandanganku mulai turun lebih bawah lagi, mataku terbelalak melihat gundukan dibalik celananya, ternyata kemaluannya sudah menegang sangat besar sehingga dari samping sudah terlihat bentuknya. Kepala kemaluannya sangat besar berwarna merah jambu, berbentuk gelembung indah sekali. Dibawahnya terlihat batang kemaluannya yang sangat besar dengan diameter kurang lebih 4,5 cm dan panjang 15 cm terlihat berwarna agak kecoklatan dengan bayangan bulu-bulu berwarna kehitaman. Testisnya juga sangat besar terlihat menggantung dibawah batang kemaluannya. Aku memandangnya dengan menelan air liur, terasa celana pendekku sudah basah dengan cairan pre-cum, penisku sudah sangat tegang dari tadi, karena panjang sekitar 18 cm dan diameter 4 cm ujung kepala kemaluanku sudah menyembul keluar dari celanaku. Karena sudah tidak tahan, aku mulai mengelus batang kemaluan Bram. Kemudian terlihat batang kemaluannya semakin membesar sampai diameter kurang lebih 5 cm dan sangkin besarnya, kepala kemaluannya juga mulai keluar dari celana pendeknya. Melihat kepala kemaluannya keluar, jantungku semakin berdebar-debar, warna kepala kemaluannya merah muda teregang kuat dengan ujungnya memerbentuk 2 lekukan mengapit lubang kencingnya. Aku nekat mendekati kepala kemaluan itu dan mulai meraba dan menjilatinya, terlihat dari lubang kencingnya keluar cairan pre-cum bening. Mendadak Bram terbangun kaget, aku ikut kaget bercampur takut menyadari apa yang sedang aku lakukan. Tetapi tidak lama Bram tersenyum manis sambil mengelus kepalaku, lalu ia berkata “ kalau mau teruskan saja”. Bagai tersambar petir aku mendengarnya, tak kusangka Bram menyukainya. Tanpa berkata langsung aku turunkan celana pendeknya sampai terlihat seluruh kemaluannya. Sangat indah kemaluannya itu, begitu besar, sampai kulit kemaluannya yang tipis dan mulus terlihat sangat teregang seperti kepayahan membatasi batang kemaluannya yang sudah menegang. Kepala kemaluannya melebihi besar batangnya, berbentuk seperti buah jambu air, sehingga kulit kulupnya tertarik ke belakang karena tak dapat membendung besarnya kepala kemaluan itu. Buah zakarnya yang juga besar terlihat menggantung ditumbuhi bulu-bulu halus, dilipatan selangkangannya banyak sekali ditumbuhi bulu-bulu hitam legam. Aku mulai menjilat kepala kemaluannya yang besar itu, kutelusuri seluruh kepala itu dengan lidahku kemudian kebawah sampai ke batang kemaluannya, terlihat Bram mengerang-ngerang kecil. Setelah puas menjilati seluruh bagian, aku mulai menggulum seluruh kepala kemaluan beserta batangnya, memang agak sulit memasukannys untunglah mulutku cukup besar menampung seluruh kepala dan separuh batang kemaluannya. Batangnya walaupun sangat besar berasa lembut dimulutku, lalu aku putar-putar kepala kemaluannya di dalam mulutku, Sambil kumainkan dan kukocok-kocok kepala kemaluannya, terdengar Bram mengerang-ngerang semakin keras. Precum kurasakan di mulutku menandakan ia samakin terangsang. Setelah beberapa menit, tiba-tiba Bram menarik kemaluannya karena ia takut akan ejakulasi. Kemudian aku mulai permainan yang lain, aku mulai menindih tubuhnya dan mulai menciumi lehernya, terasa lengan Bram yang berotot besar mulai memelukku dengan erat, aku merasakan jantungku berdebar semakin keras, kurasakan pelukan hangat yang tidak pernah kurasakan sebelumnya dari lawan mainku. Tubuh Bram yang berotot dan harum parfum itu memeluk tubuhku dengan erat, otot dadanya menekan otot dadaku dengan lembut sedangkan kemaluan kita yang besar-besar beradu mengganjal diantara tubuh kita, kemudian kaki kami saling bersilangan sehingga memberikan gesekan-gesekan nikmat pada daerah kemaluan dan paha, darahku seperti berputar-putar cepat di seluruh tubuh. Baru kali ini kurasakan hal seperti itu, indah sekali jika kita bersetubuh dengan orang yang benar-benar kita sayangi. Sambil berpelukan erat aku mulai menatap matanya yang penuh dengan pandangan kehangatan, aku mulai mencium bibirnya yang merah, terasa sangat lembut sekali, Bram juga mulai memberi respons dengan melumat bibirku, baru kali ini aku menyukai berciuman. Setelah puas berciuman aku mulai bergerak ke arah puting susunya, keduanya berwarna merah jambu menonjol keluar karena otot dadanya yang besar dan terlihat menegang. Aku mulai menjilati disertai hisapan-hisapan kuat, sambil kupeluk dia dengan erat, terasa kemaluannya mengesek-gesek perutku dengan kuat, tubuh Bram mulai mengejang merasakan kenikmatan dari permainan lidahku. Tak berapa lama Bram mengambil alih permainan, ia berbali berada di atas tubuhku, aku menjepit pinggangnya yang kecil dengan kedua pahaku, ia mulai juga menghisap puting susuku yang sudah mengeras sambil tangannya yang lain mengelus-elus putingku yang lain, bekas cukuran kumis dan dagunya menyentuh dareah sekitar putting. Hisapan mulutnya semakin kuat dan cepat menimbulkan rasa yang nikmat sehingga tubuhku mulai mengelepar-gelepar. Kemudian Bram mulai mengulum kemaluanku, pada awalnya ia menghisap dengan keras sehingga aku merasakan agak ngilu, aku bisa mengerti, mungkin karena dia tidak pernah mengoral kemaluan pria. Tetapi melihat wajahku meringis ia segera mengerti dan mulai menyedot dengan lembut. Aku baru merasakan nikmatnya, penisku terasa hangat di mulutnya disertai rasa geli yang nikmat ketika lidahnya menyapu kepala kemaluanku, ternyata Bram dapat cepat sekali belajar. Beberapa menit kemudian aku mulai merasakan maniku akan menyembur, segera kucabut kemaluanku dari mulutnya. Kali ini aku mulai menjilati buah zakarnya. Mendadak Bram berkata “Kamu mau penetrasi?”. “Kalau kamu ngak keberatan..” jawabku. Bram menggeleng dan mulai membuka selangkangannya sehingga terlihat bulu-bulu di lipatan paha sampai ke lubang anusnya yang berwarna coklat kemerahan. Lalu kuambil gel pelumas dan mulai kulumuri jariku dengan gel, sambil menghisap kemaluan Bram yang seperti mentimun itu aku mulai memasukkan jariku ke anusnya. Pada awalnya terasa sempit sekali, tetapi lama-lama agak melonggar, terlihat wajah Bram tidak menunjukkan rasa sakit, mungkin karena ia menikmati penisnya yang aku hisap secara bersamaan. Setelah cukup terasa longgar, kedua betis Bram kuangkat sehingga bertumpu pada bahuku. Aku lumuri kepala penisku dengan gel dan mulai menusukkannya dengan sangat perlahan ke dalam anus Bram, karena kepala penisku termasuk besar walaupun tidak sebesar milik Bram. Wajah Bram terlihat menikmati saat kemaluanku sudah masuk seluruhnya, sambil memaju mundurkan pantatku terlihat Bram juga mengikuti iramaku. Penisku terasa diperas-peras didalam anusnya yang hangat dan sempit, dan kemaluan Bram pun juga terlihat menegang. Setelah beberpa menit terasa kemaluanku mulai berdenyut-denyut tanda akan ejakulasi, karena mau lebih lama menikmati permainan ini, aku cabut penisku sebelum memuntahkan mani. Mendadak aku ingin Bram merasakan seperti yang baru saja aku rasakan. Aku tawarkan Bram untuk pentrasi, dan Bram mengangguk. Dalam hati aku pikir, gila aku belum pernah dipenetrasi kenapa aku menawarkan diri, apalagi oleh kemaluan Bram yang sangat besar itu, mungkin aku pikir karena aku sayang sama Bram. Segera Bram melakukan hal yang sama denganku yaitu mengolesi gel ke sekitar anus dan kemaluannya. Perlahan kurasakan 1 jari memasuki anusku, kemudian 2 lalu 3 jari, ah ternyata tidak sakit. Setelah itu Bram memposisikan tubuhku dalam posisi dogy style, ia mulai menusukkan kepala kemaluannya kedalam anusku, mula-mula agak sulit karena kepala kemauannya sangatlah besar. Saat kepala kemaluannya masuk ke lubang anusku, kurasakan nyeri sampai aku berteriak, sehingga penisku mengecil. Mendengar teriakan itu Bram berhenti dan hendak mencabut penisnya, tetapi aku tolak, karena aku ingin Bram menikmatinya. Lalu ia mulai mendorong penisnya dengan lebih perlahan, aku mulai merasakan nikmatnya, dan penisku mulai mengegang kemabali. Setelah masuk seluruhnya Bram mulai mengejot pantatnya dengan perlahan sambil ia memelukku dari belakang dan bibirnya menciumi tengkukku. Aku mulai merasakan sensasi yang luar biasa, mungkin karena kemaluan Bram sangat besar sehingga waktu mengenjot kemaluannya menggesek-gesek prostatku. Semakin lama kemaluanku semakin kuat meneggang karena merasakan nikmatnya gesekan kemaluan Bram, dalam beberapa menit kemaluanku mulai berdenyut-denyut tanda akan ejakulasi. “Bram aku akan keluar….” kataku. Lalu Bram berbisik “Aku juga, kita keluarkan sama-sama..”. Bram mulai mempercepat genjotannya, kurasakan kepala kemaluan Bram semakin hebat menggesek-gesek prostatku, dan kurasakan penisnya berdenyut-denyut. “Aku keluarrrr….” kata Bram. Aku pun sudah tak sanggup membendung air maniku, dan muncratlah cairan maniku membasahi bed cover, bersamaan itu kurasakan pelukan lengan kekar Bram semakin erat dan diikuti semburan air mani hangat dalam anusku. Kita tetap berpelukan beberapa saat sebelum Bram mencabut kemaluannya dari anusku, kemudian kita mandi bersama-sama sambil saling menyabuni kemaluan satu sama lain. Sejak kejadian itu aku dan Bram sering melakukan hal itu lagi dan kami menjadi sahabat dekat sampai sekarang.

BBS Eksekutif Muda

“Beeeppppppp…………..,”
“Beeeppppppp…………..,”
“Beeeppppppp…………..,”
Suara ponsel yang diset getar berulang-ulang berbunyi diatas meja. Tak ada yang menjawab. Suara erangan memenuhi ruangan kamar hotel yang tidak terlalu luas itu. Dua pria muda sedang sibuk memacu birahi diatas ranjang empuk yang berderak-deraj.
“Oh… oh.. oh.. oh.. oh.. yeshh.. yesshh… oh… oh..,”
“Hoh..hoshh..hohh.. hohh..hosshh..orghh…,”
“Beeeppppppp…………..,”
“Beeeppppppp…………..,”
Suara ponsel terus berbunyi. Tapi dua pria muda itu tak juga menghentikan kegiatannya. Mereka sedang terbius birahi.
“Beeeppppppp…………..,”
“Beeeppppppp…………..,”
Suara ponsel tak kunjung berhenti juga. Suara itu dirasakan mulai mengganggu oleh salah seorang dari kedua pria itu.
“Oh..Tonhh… jawab dulu tuh… ohh..ohh..,” katanya. Matanya yang tadi terpejam-pejam menikmati sodokan kontol pasangannya dalam lobang pantatnya, dibukanya. Ia tak bisa menikmati lagi entotan pria muda bertubuh kekar yang sedang menindihnya itu. Ia memandangi wajah ganteng penuh keringat, milik pria pengentotnya itu. Tapi yang diajak bicara tak menghiraukan. Sang pengentot masih asik terus menghentak-hentakkan pantatnya dengan keras.
“Hosshh.. hosshh.. hosshh..ohh.. ohh..,” deru nafas sang pengentot yang memburu terus berlanjut.
“Ton.. Tonyhh.. hh..ah..ahh..jawab dulu..hh..,” kata sang pria yang sedang dientot lagi. Telapak tangannya mendorong dada bidang pria yang mengentotnya ke atas. Memintanya untuk menghentikan aksinya. Nama pengentot itu Tony, rupanya. Suara ponsel masih berbunyi.
“Beeeppppppp…………..,”
“Beeeppppppp…………..,”
“Shitt.. ganggu aja nih.. siapa sih?” kata Tony kesal. Ia bangkit dari telungkup menindih cowok yang sedang dientotnya itu. Kemudian tubuh kekarnya yang bersimbah keringat bangkit dan turun dari atas ranjang, menuju meja tempat ponsel yang berbunyi itu. Di atas meja yang terletak tak terlalu jauh dari ranjang tempat dua Tony dan cowok pasangannya ngentot itu tergelatak dua buah ponsel. Namun dari suara getar yang terus berbunyi tadi bisa dipastikan itu memang ponsel Tony. Sebab ponsel satu lagi milik cowok yang tadi dientot oleh Tony tidak seperti itu bunyinya.
“Beeeppppppp…………..,”
“Paling juga dari istri elo. Ahh…. Gue lurusin kaki dulu deh..,” sang cowok yang tadi dientot berkomentar. Kakinya yang tadi harus mengangkang lebar-lebar karena melayani Tony diluruskannya. Jemarinya menyisir rambut hitamnya yang basah dan acak-acakan.
“Beeeppppppp…………..,”
“Beeeppppppp…………..,”
“Bentar Den, nanti lanjut lagi,” kata Tony sambil menekan tombol penjawab.
“Yoi,” sahut Tony. Ia tersenyum pada Tony. Wajah gantengnya yang dihiasi kumis tipis jadi semakin ganteng karena senyumannya itu.
“Ya, halo. Iya sayang, love you too. Ini barusan makan siang bareng Tony. Sedang ngerokok-ngerokok nih. Setengah jam lagi kita berdua balik ke kantor dong. Sayang udah makan juga kan? Pake ayam goreng. Mmmm.. sedap deh. Sisain Mas ya sayang, buat entar malem. Iya, iya. Paling lama jam tujuh udah nyampe rumah kok. I love you forever. Mmuaahh… Tit,” Pembicaraan melalui ponsel usai. Tony meletakkan kembali ponselnya diatas meja.
“Dasar penganten baru. Banyak gombalnya,” kata cowok ganteng yang sedang berbaring telentang diatas ranjang pada Tony.
“Hehe. Kayak elo gak gombal aja. Ahh..,” jawab Tony. Tubuhnya yang telanjang bulat dan bersimbah keringat melompat ke atas ranjang. Kemudian berbaring telentang disamping cowok yang ngomong padanya tadi. Sama seperti Tony, tubuh bugil cowok itu, juga basah bersimbah keringat. Kontol keduanya mengacung tegak. Mengkilap karena basah oleh keringat dan juga ludah. Bak terong ungu saja layaknya.
“Sedang ngerokok-ngerokok?” tanya cowok itu pada Tony dengan tatapan menggoda.
“Iya kan. Ngerokok kontol elo. Slurppp… slurppp..mmmhh… Denis kok kontol elo bisa gede banget kayak gini sih? Slurrpp..Bikin gue nafsu aja..,” jawab Tony. Tubuhnya yang kekar melengkung ke arah selangkangan cowok yang bernama Dennis itu. Mulutnya menyedot batang kontol Denis dengan penuh semangat.
“Hahaha..ahhh…,” Dennis sempat tertawa mendengar jawaban Tony, sebelum kemudian gelagapan menghadapi serbuan mulut Tony di kontolnya. “Gak sabar amat sih,” katanya sambil meremas rambut ikal Tony yang basah.
“Sluruppp…sruppp…mmmmm….. gimana mo sabar men. Entar kita bisa telat ngantor dong,” sahut Tony, sejenak dilepaskannya kontol Dennis dari mulutnya. Ia berbicara sambil memandang wajah ganteng Dennis. Kemudian tatapannya beralih ke Seiko Kinetik yang melingkar di lengannya yang berotot dan berbulu-bulu halus. “Dua puluh menit lagi men,” katanya.
Dennis jadi ikut-ikutan melirik jam tangannya, Rolex yang melingkar di lengannya. Mencocokkan waktu dengan Tony. Memastikan perkiraan waktu Tony tidak salah. “Bener Ton. harus buru-buru nih,” katanya.
“Makanya.. srupp…srupp..mmmpp.. Ngangkang lagi deh Den,” kata Tony pada Dennis. Ia rupanya pengen ngelanjutin menyodomi Dennis yang tadi terhenti karena gangguan telepon istrinya tadi. Dennis mengikuti kemauan Tony. Namun posisi mengangkangnya diubahnya. Ia tidak telentang lagi seperti tadi. Kali ini ia menelungkup. Bantal disusupkannya dibawah selangkangannya. Buah pantatnya yang putih sedikit menungging jadinya ke atas. Kakinya sedikit menekuk. Mengangkang lebar memamerkan celah pantatnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus lembut.
Tony memandangi kemolekan buah pantat rekan kerjanya itu. Birahinya menggelegak. Ia mengambil posisi menelungkup di atas tubuh Dennis. Ditindihnya tubuh Dennis yang kekar. Tangan kirinya mengocok-ngocok kontolnya sebelum kemudian menyusupkannya ke lobang pantat Dennis yang sangat disukainya itu. Dennis mengerang. Meski berkali-kali kontol Tony, dan hanya kontol Tony saja, sudah memasuki lobang pantatnya, namun tetap saja prosesi penetrasi Tony menimbulkan sensasi yang luar biasa buatnya.
Begitu juga Tony. Setiap kali ia melakukan penetrasi di lobang pantat Dennis, dan hanya Dennis saja satu-satunya pria yang dientotnya, ia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Sangat berbeda dibandingkan ia ngentoti memek Widya, istrinya, atau perempuan-perempuan lain yang pernah dientotnya.
“Ohhhhh………..ahhhhhh…,” kedua pria muda ganteng itu mengerang menikmati penetrasi yang sedang mereka lakukan. Setelah kontol Tony terbenam seluruhnya, saat mereka nikmati sensasi penetrasi itu. Bongkahan pantat mereka bergerak-gerak dengan lembut. Mulut mereka saling berciuman dengan penuh kemesraan. Rasanya begitu nikmat. Waktu yang sempit membuat keduanya tak bisa berlama-lama seperti itu. Sesaat kemudian gerakan pantat keduanya menjadi liar. Keras dan menghentak-hentak. Berbalasan. Mendaki puncak birahi.
Sprey penutup ranjang tempat mereka memacu birahi, berantakan. Bantal yang disumpalkan Dennis dibawah selangkangannya sudah basah oleh keringat dan cairan precum dari lobang kencingnya. Tapi dua pria muda itu tak peduli. Mereka terus mereguk kenikmatan, berpacu keperkasaan dan kejantanan masing-masing.
“Hohhh.. hohhh.. hohhh… hohh.. godhhh..hhh.. hohh.. hoohhh….,” dengus Tony.
“Erghhh…engghhhh…ahhh…ahhh…ahhh…enghhh…enghhh..ahhh..,” erang Dennis.
Akhirnya pendakian cinta Tony berakhir juga. Dengan tubuh mengejang dan pantat menekan kuat ke buah pantat Dennis, Tony akhirnya meraih puncak kenikmatan. Pria muda itu menggeram, mendengus. Kulitnya yang putih bersih merah padam. Otot-ototnya mengencang. Semburan sperma dari lobang kencingnya membasahi rongga lobang pantat Dennis, membuat pria muda yang sedang dientotnya itu kelojotan. Dennis merasakan kenikmatan yang luar biasa. Saking nikmatnya, ia tak sanggup lagi untuk menahan orgasmenya.
“Ton, gue mau nyampe juga nih,” katanya. Tony segera merespon. Ia mencabut kontolnya dari lobang pantat Dennis. Kontolnya mengkilap berlumuran spermanya sendiri. Kemudian ia membalikkan tubuh Dennis. Setelah rekan kerjanya itu telentang ia langsung mengangkangkan paha putih mulus Dennis lebar-lebar. Tanpa sungkan, mulutnya melahap kontol Dennis. Tangannya mengocok-ngocok batang kontol Dennis yang gemuk dan panjang.
Dennis mengerang. Ia merasakan spermanya sudah bergerak memaksa untuk keluar. “Uhh.. uhh.. uhh.. uhhh.. uhh.. Tonyhhh… I’m cumming.. hhh….ahhh…,” erangnya. Tubuh kekarnya kelojotan. Tony sendiri tak menghiraukan peringatan Dennis itu. Ia terus asik menghisap kepala kontol Dennis sambil mengocok batang kontol yang berkedut-kedut itu. “Ohhh… ohhh… ohhh…..ohhhhhhh….” Crot. Crottt… crottt…. Crott… crot.
Sperma Dennis tumpah ruah dalam rongga mulut Tony. Tak ada sperma yang tumpah keluar dari mulut itu, karena Tony mengatupkan mulutnya rapat. Ia seperti tak rela satu tetes sperma Dennis tumpah keluar mulutnya.
Dennis terkulai lemas. Jemarinya membelai lembut rambut ikal Tony. Sementara Tony terus menunggu semburan sperma Dennis tuntas. Mulutnya masih mengatup rapat di batang kontol rekan kerjanya itu.
“Oh Tony…. Nikmat banget men..,” desah Dennis pelan. Matanya terpejam. Ia menikmati orgasmenya. Tony menyudahi katupan mulutnya di batang kontol Dennis. Dirasakannya tak ada lagi sperma yang menyembur. Wajahnya bergerak naik keatas dengan perlahan. Mulutnya dibukanya sedikit. Sperma kental Dennis berampur ludah menetes dari mulutnya. Dilumurinya sperma itu ke tubuh Dennis yang berkeringat. Mulai perut sampai dada bidang Dennis yang ditumbuhi bulu-bulu halus nan lebat. Pada putting susu Dennis, mulut Tony berputar-putar. Sperma Dennis dilumurinya secara merata di putting susu itu. Dennis menikmati perbuatan Tonny. Ia mendesah-desah.
Sebagian sperma Dennis masih menempel di mulut Tony. Putih dan kental. Mulut Tony bergerak ke atas. Menciumi leher Dennis hingga dagu dan pipi. Akhirnya tiba di bibir tipis Dennis yang dihiasi kumis tipis diatasnya. Mulut Tony langsung mengulum bibir itu. Dennis membalas. Kedua pria muda itu berbagi sperma dalam mulut mereka. Tak merasa jijik dan sungkan. Keduanya saling beradu lidah dan menghisap isi mulut masing-masing dengan tubuh Tony menindih tubuh Dennis. Mmm…
“Ahhh..,” desah Tony. Tindihannya pada tubuh Dennis dilepaskannya. Ia menggapai bungkus rokok yang tergeletak di lantai dekat ranjang. Kemudian dinyalakannya sebatang rokok. Setengah berbaring, bersandar pada tepi ranjang Tony menghisap rokoknya dengan nikmat. Asap rokok mengepul dari celah bibir dan lubang hidungnya. Dennis yang berbaring rapat disisinya memandangi rekan kerjanya yang ganteng itu. Tangannya membelai-belai dada bidang Tony yang berkeringat. “Lima menit lagi Ton,” katanya pelan. Tony mengangguk. Tersenyum manis pada pria muda yang tadi dientotnya itu.
“Kita bakalan telat Ton,” kata Dennis lagi.
“Gak papa. Telat dikit juga,” sahut Tony.
“Hehe. Lagian udah sering telat ya Ton,” kata Dennis. Tony tertawa juga. Dijawilnya hidung mancung Dennis dengan jarinya.
“Gak ngerokok Den?” tanya Tony.
“Boleh. Minta satu,” jawab Dennis. Ia bangkit dari telentangnya. Seperti Tony, iapun duduk setengah berbaring disamping rekan kerjanya itu. Setelah menyalakan rokok, iapun asik mengepulkan asap seperti Tony.
“Jangan buang abu rokok sembarangan,” kata Dennis mengingatkan Tony. Ia melihat rekan kerjanya itu dengan santai membuang abu rokok ke lantai.
“Hehe. Cuek. Entar malah gak ada kerjaan pegawai hotel sini kalo kamarnya gak dibikin kotor,” sahut Tony tertawa.
“Kesian lagi. Jangan ditambahin dong kerjanya. Dia juga udah repot kan ganti sprey yang udah kita buat basah dan kusut,” kata Dennis.
“Iya. Iya,” jawab Tony. Diambilnya asbak rokok yang juga tergeletak di lantai. Kemudian diletakkannya di atas ranjang. Abu rokokpun dibuangnya kesitu. Keduanya berpandangan. Dengan jahil mereka saling menghembuskan asap rokok ke wajah masing-masing, sembari tertawa-tawa seperti anak kecil.
“Udah ah. Mandi yok,” ajak Tony.
“Ayok,” jawab Dennis.
Tubuh telanjang keduanya berlarian ke kamar mandi. Berebutan untuk duluan mencapai shower yang cuma sebuah didalam kamar mandi itu. Keduanya membersihkan seluruh tubuh mereka dengan guyuran air dari shower. Saling menyabuni satu sama lain. Tony membantu Dennis membersihkan lobang pantatnya yang berlumuran sperma milik Tony. Jari telunjuk tangan kiri Tony merojok-rojok lobang pantat Dennis yang dipenuhi bulu-bulu halus nan lebat itu.
Usai mandi dan mengeringkan badan dengan handuk, keduanya segera berpakaian. Sama-sama menggenakan setelan kemeja lengan panjang dan celana panjang plus dasi yang melingkar di leher. Keduanya memang eksekutif muda yang mapan. Bekerja pada perusahaan swasta asing yang berkantor di jantung bisnis ibukota.
Setelah berpakaian rapi, Dennis merapikan juga sprey yang berantakan. Dibandingkan Tony, pria muda ini memang lebih peduli hal-hal yang menyangkut kebersihan dan kerapian seperti ini. Sedangkan Tony lebih cuek. Setelah Dennis beres, merapikan sprey dan mengembalikan bantal ke posisi semula, keduanya bersiap-siap meninggalkan kamar hotel tempat mereka memacu birahi tadi. Acara BBS alias Bobok Bobok Siang mereka sudah selesai. Dan sekarang harus bersegera kembali ke kantor. Melanjutkan rutinitas pekerjaan seperti biasa.
“Den, plastik yang tadi elo bawa mana?” tanya Tony pada rekan kerjanya itu saat mereka berjalan di lorong hotel meninggalkan kamar.
“Astaga! Iya gue lupa. Bentar Ton, gue ambil dulu,” sahut Dennis. Ia segera kembali ke kamar hotel. Tak lama ia sudah kembali dengan menenteng plastik kecil di tangannya.
“Udah beres? Gak ada yang ketinggalan lagi?” tanya Tony memastikan.
“Beres. Untung elo ingatin gue Ton. Kalo tadi kelupaan terpaksa deh kita ke supermarket lagi untuk membelinya,”
“Makanya, jadi orang jangan suka lupa,”
“Hehe. Makasih men. Ini barang penting memang. Kalo sempat gue gak bawa pulang si Nina bisa bakalan ngambek deh sama gue. Gak dapat jatah deh gue entar malem,” kata Dennis nyengir.
“Masih mau ngambil jatah lagi? Gak capek emang?” ledek Tony.
“Emang elo gak ngambil jatah?” balas Dennis ngeledek.
“Ngambil sih. Hehehe,” jawab Tony nyengir.
“Lagian juga tadikan elo yang ngambil jatah ke gue. Kan gue gak sempat. Makanya entar malem harus dibales. Ngambil jatah ke istri sendiri. Hehehe,”
“Hehehe. Hati-hati lo. Jangan terlalu keras. Entar kandungan istri elo bakal ambrol deh kena hajar elo,” kata Tony mengingatkan.
“Beres bos. Lagian kan ada elo. Kalo untuk yang keras-keras, kan gue bisa lampiasin ke elo,”
“Dasar maniak,”
“Samma,”
“Hehehe. Kandungan istri elo sehat?” tanya Tony saat mereka memasuki lift.
“Mudah-mudahan. Makanya dia selalu minta gue beliin susu kandungan kayak gini,” kata Dennis menunjukkan plastik kecil yang dibawanya. “Katanya supaya kandungannya sehat,” sambung Dennis.
“Jalan berapa bulan sih?” tanya Tony.
“Jalan lima,”
“Bentar lagi jadi Bapak dong elo,”
“Yoi men. Istri elo gimana?”
“Belum juga,”
“Sabarlah. Baru dua bulan kan elo kawin. Mudah-mudahan gak lama lagi, jadi deh. Gue doain,” kata Dennis.
“Thanks men,”
Lift yang bergerak turun akhirnya tiba di lobby hotel. Tony dan Dennis keluar dari lift bersama beberapa orang yang juga ada dalam lift tadi. Setelah menyerahkan kunci dan membayar sewa hotel, keduanya menuju lapangan parkir, tempat mobil Tony. Setelah itu mobil yang dikemudikan Tony itu, melaju meninggalkan hotel menuju kantor mereka kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar